Borobudur Student Festival 2022 Melibatkan Ratusan Sekolah di Indonesia
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN- Borobudur Student Festival (BSF) kembali digelar tahun ini mulai 27 Juni hingga 2 Juli mendatang. Program ini melibatkan guru dan siswa dari 101 sekolah dari 10 provinsi di Indonesia.
Koseptor BSF Soesilo Adinegoro mengatakan festival tersebut bukan merupakan ajang kompetisi melainkan sebagai media mengapersiasi karya para siswa dan mempertemukan semua orang yang selama ini dianggap bukan sumber belajar. "Subjek utama festival ini adalah siswa. Pidato kebudayaannya juga dari siswa. Karya-karya siswa inilah yang kami tampilkan," katanya.
Advertisement
Festival tersebut, katanya, digelar di sekitar Borobudur karena mereka ingin menghidupkan Candi Borobudur bukan hanya sebagai tempat pariwisata tetapi sebagai sumber pengetahuan dan kebajikan nilai-nilai melalui relief. "Kami tidak hanya fokus pada candinya, tetapi juga kawasannya. Bagaimana menghidupkan kawasan tersebut," katanya.
BACA JUGA: Jabatan Gubernur DIY Akan Habis Pada Oktober Mendatang
Direktur BSF 2022 Dina Triastuti menyatakan BSF merupakan pengejawantahan paradigma “Merdeka Belajar” ke dalam konteks keberagaman seni budaya lokal sebagai sumber pengetahuan serta upaya menguatkan pembiasaan pembelajaran mandiri. "Selama setahun mereka bersama-sama menghidupi proses belajar yang melibatkan cipta, karsa, dan rasa seturut paradigma pendidikan Ki Hajar Dewantara dan N. Driyarkara," katanya.
Dina menambahkan Apresiasi Pembelajaran Berbasis Proyek Praktik ini menunjukkan bagaimana Program Presisi digerakkan di lapangan dan kemudian diukur pelaksanaannya. "Diukur tidak dalam parameter kuantitatif, melainkan kualitatif, yakni bagaimana setiap mereka yang berproses merefleksikan apa yang sudah mereka temukan dan kerjakan dari setiap pengalaman belajarnya," katanya.
Dia menjelaskan, terdapat 1.685 ide karya selama Program Presisi, berasal dari 101 sekolah di 10 provinsi di Indonesia. Festival tersebut digelar dari 27 Juni sampai 2 Juli. Karya-karya siswa yang difestivalkan di BSF dalam beberapa sesi. Mulai sesi ekologi, humaniora, sosial budaya, sandang, pangan, dan papan lokal. "Sebelum karya ditampilkan, kami melibatkan pendampingan dari para seniman kolektif untuk dikurasi," katanya.
Di sela kegiatan juga akan diluncurkan buku “Perubahan Itu Nyata: Praktik Baik Pendidikan Kontekstual”. Buku ini tersusun dari 45 naskah tulisan 23 guru dan 22 siswa dari berbagai sekolah di seluruh Indonesia. Ada pula panggung seni dari para siswa.
Kegiatan tersebut juga diisi Simposium Pendidikan Indonesia: Kontekstualisasi Pandangan Ki Hadjar Dewantara Tentang Pendidikan di Era Digital dan Pameran Karya Siswa: arsip art project, showcase siswa, art collaboratory. "BSF dimaksudkan sebagai upaya menghidupi Tri Sentra Pendidikan Ki Hadjar Dewantara: keluarga, sekolah, dan masyarakat," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Bawaslu Bakal Terapkan Teknologi Pengawasan Pemungutan Suara di Pilkada 2024
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Tarik Uang Taruhan dari 10 Orang, Pemain Judi Online asal Bantul Ditangkap Polisi
- Awasi Masa Tenang, Bawaslu Siagakan Semua Petugas Pengawas
- Selamatkan Petani karena Harga Cabai Anjlok, Pemkab Kulonprogo Gelar Bazar dengan Harga Tinggi
- Kantor Imigrasi Yogyakarta Catat 26.632 Turis Asing Masuk Yogyakarta via YIA pada Agustus-Oktober 2024
- Bawaslu dan KPU Kulonprogo Bersiap Masuki Masa Tenang dan Pemilihan
Advertisement
Advertisement