Advertisement

Lestarikan Aksara Jawa Melalui Digtalisasi

Media Digital
Sabtu, 10 September 2022 - 07:47 WIB
Arief Junianto
Lestarikan Aksara Jawa Melalui Digtalisasi Para narasumber dalam Talkshow hari Aksara Internasional di Gerbang Pleret, Kalurahan Pleret, Kapanewon Pleret, Bantul, Kamis (8/9/2022) malam. - Harian Jogja/Ujang Hasanudin

Advertisement

BANTUL — Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayaan) DIY terus berupaya melestarikan aksara Jawa supaya tidak punah. Berbagai cara mereka lakukan, mulai dari pembiasaan penggunaan aksara Jawa di masyarakat hingga digitalisasi aksara Jawa.

Hal itu juga dikuatkan dengan Peraturan Daerah (Perda) DIY No.2/2021 tentang Pemeliharaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Jawa.

Advertisement

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Laksmi Pratiwi mengatakan sebenarnya upaya-upaya pengembangan aksara Jawa sudah dilakukan sejak 2016 lalu melalui berbagai komunitas yang peduli dengan kelestarian aksara Jawa. Kemudian sejak 2019 mulai ada upaya untuk mendokumentasikan aksara Jawa melalui berbagai platform.

“Kita mencoba melestarikan aksara Jawa agar tidak langka, caranya harus terdokumentasi agar tidak hilang. Harus masuk internasional plafform aksara kalau sudah masuk situ tak bakalan hilang,” kata Dian, dalam Talkshow Perayaan Aksara Internasional di Gerbang Pleret, Kalurahan Pleret, Kapanewon Pleret, Bantul, Kamis (8/9/2022) malam.

Kegiatan tersebut merupakan bagian dari rangkaian memperingati Satu Dasawarsa Undang-Undang Keistimewaan DIY yang digelar oleh Dinas Kebudayaan DIY dan Paniradya Kaistimewaan DIY.

BACA JUGA: Tingkat Pusat Bergejolak, PPP Bantul Klaim Tetap Solid

Dian mengatakan proses digitalisasi aksara Jawa bagian dari upaya supaya aksara tersebut tidak punah. Meski begitu, proses digitalisasi butuh kerja keras supaya diakui secara internasional, salah satunya melalui kongres yang menjadi salah satu standarnya melalui kesepakatan bersama.

Saat ini proses itu masih dalam level limited use atau penggunaan aksara Jawa masih terbatas dan belum meluas, sehingga butuh kongres aksara Jawa yang melibatkan berbagai ahli. Setelah itu kemudian baru masuk digitalisasi secara perangkat lunak dan perangkat keras serta dapat diakses melalui aplikasi dan Internet

“Kemudian kami ajukan standardisasi font dan keyboard di perangkat laptop maupun telepon selular perlu dilakukan supaya masuk dalam perangkat sehari-hari, supaya terbiasa melakukan dan menggnakan aksra, karena aplikasi ponsel bagian keseharian. Ada proses lebih cepat. Sebenarnya bisa manual menulis tapi begitu terdigitalisasi penggunaan lebih luas mudah dan cepat dan itu sangat sesuai dengan kondisi sekarang dengan berbagai perangkat ponsel dan laptop,” papar Dian.

Selain digitalisasi aksara Jawa, pihaknya juga melakukan gerakan pelaziman penggunaan aksara Jawa di masyarakat mulai dari keluarga, sekolah, hingga instansi pemerintah. Bahkan pihaknya sudah membentuk 76 kampung aksara di DIY melalui Desa Budaya.

Selain itu juga melalui film-film dan iklan layanan masyarakat. Dia ingin pelestarian aksara Jawa sama seperti yang dilakukan India, Thailand, Korea, dan Jepang.

Tak hanya itu, penggunaan aksara Jawa mulai dimasukkan dalam berbagai produk dan suvenir. Dia mengapresiasi para pembatik dan juga produk makanan yang sudah menuliskan aksara Jawa dalam produknya yang sudah dipamerkan di bandara maupun di toko swalayan.

Aksara Jawa juga, kata dia, kini sudah digunakan untuk berbagai penanda visual di wilayah DIY.  “Makin banyak kita lihat aksara mungkin biasa tapi lama-lama mengendap dalam bawah sadar. Karena kunci sukses digitalisasi aksara jawa adalah pembiasaan di masyarakat, ” katanya.

Wakil Penghageng Tepas Widya Budaya, KRT Rinto Iswara mengatakan sebelum kenal huruf latin, aksara tulis di Mataram semua ditulis dengan aksara Jawa, baik itu undangam, pengumuman, keputusan atau surat perjanjian semua ditulis aksara Jawa.

“Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menjadi pusat pelestarian budaya Jawa dalam hal ini aksara jawa,” katanya.

Sampai saat ini Kraton masih berupaya melestariakn aksara jawa, bahkan syarat menjadi abdi dalem saat ini harus pandai menulis aksara Jawa. Karena itu pihaknya melenyelengarakan pelatihan atau pawiyatan membaca dan menulis aksara jawa bagi abdi dalem.

Meski begitu, lantaran saat ini zaman sudah maju, tetapi Kraton juga tidak menutup diri untuk menyesuaikan dengan kondisi perkembangan teknologi. “Abdi dalem tua maupun muda dengan ponsel mereka belajar menulis kata dengan huruf jawa. Perkara kurang tepat itu bagian proses,” katanya.

Romo Rinto juga meminta masyarakat mulai membiasakan diri dengan menulis nama sendiri dengan aksara jawa di rumah masing-masing sehingga menjadi terbiasa dalam kehidupan sehari-hari.

Selain Dian Laksmi Pratiwi dan KRT Rinto Iswara, narasumber dalam Talkshow Aksara Jawa tersebut adalah Kepala Bidang Urusan Kebduayaan Paniradya Kaistimewaan DIY, Nugroho Wahyu Winarno dan Konsultan IDN Aksara Nusantara Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (Pandi), Ilham Nurwansyah.

Ilham mengatakan proses digitalisasi aksara Jawa saat ini sudah dalam tahap penggunaan aksara digital di masyarakat. “Aksra Jawa sudah ada dalam paltform digital seperti website dan android walaupun belum terstandar nasional seperti tata letak font harus baik sesuai kaidah,” kata Ilham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kemenkes Buka Pendaftaran Lowongan Nakes untuk 4 Rumah Sakit

News
| Kamis, 25 April 2024, 01:17 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement