Advertisement

Begini Kesaksian Ayah Bayi 7 Bulan yang Meninggal Akibat Gagal Ginjal Akut

Sunartono
Jum'at, 21 Oktober 2022 - 08:17 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Begini Kesaksian Ayah Bayi 7 Bulan yang Meninggal Akibat Gagal Ginjal Akut Foto Ilustrasi. - Ist/Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Pria berusia 44 tahun, Yusuf Maulana kehilangan anaknya berinisial ET yang baru berusia tujuh bulan. Meski sempat berjuang di ruang perawatan PICU RSUP Sardjito namun nyawanya tak terselamatkan. Penyakit yang diderita bayi tersebut belakangan diketahui merupakan gangguan ginjal akut progresifatipikal atau Acute Kidney Injury (AKI).

"Anak saya meninggal genap dua hari setelah dia berusia tujuh bulan, tepatnya tanggap 25 September 2022," kata Yusuf saat ditemui sejumlah wartawan di kawasan Embung Potorono, Banguntapan, Bantul, Kamis (20/10/2022) siang.

Advertisement

BACA JUGA : Kasus Meninggal Akibat Gagal Ginjal Akut di DIY Bertambah

Yusuf pun kembali mengenang wajah ceria anaknya ET pada 16 September 2022 lalu atau sehari sebelum mulai sakit. Saat itu anak masih ceria ketika diajak ibunya beraktivitas di sekitar rumah di kawasan Sedayu, Bantul.

Kemudian tepatnya hari Sabtu 17 September, anak mulai demam hingga 38 derajat celcius. Akan tetapi masih lahap diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). Karena kebetulan jelang tujuh bulan, ET mulai dikenalkan dengan makanan pendamping. Adapun makanan tersebut pun merek umum dan telah lolos BBPOM dan dipastikan aman. Selain itu anak tersebut tidak diberi susu formula, melainkan murni dari asupan ASI.

Saat demam tersebut anak sempat mengalami tatapan kosong, meski belum ada gejala kejang yang berkepanjangan. Ia pun menganggap hanya demam seperti kakaknya, karena kebetulan di keluarga tersebut beberapa ada yang mengalami demam. "Tetapi di hari itu produksi urine mulai berkurang. Awalnya kami mengira disebabkan karena produksi ASI ibunya yang tidak terlalu banyak," ucap Yusuf.

Kemudian pada Minggu (18/9/2022) anak mulai kejang dengan intensitas sering disertai dengan tatapan kosong. Akan tetapi saat itu bayi masih mau makan MPASI. Kondisi kejang semakin meningkat pada Senin (18/9/2022) meski bayi tersebut kembali masih bersedia makan asupan. Pada awalnya ia mengira hal itu disebabkan karena dehidrasi, sehingga untuk pertama kalinya tepatnya pada Senin diberikan susu formula.

Ia mengatakan kondisi anaknya makin parah dan berkurang kesadarannya pada Senin malam. Kemudian berinisiatif membawa ke klinik terdekat di Sedayu, Bantul. Tak lama, petugas klinik kemudian merujuknya ke rumah sakit terdekat, tepatnya RS PKU Gamping dengan kondisi yang terus menrus menurun. "Waktu di rumah sakit itu, seingat saya dokter menyampaikan bahwa kondisi paru-paru menurun fungsinya. Saat itu di IGD memang sudah drop," kenangnya.

Malam itu juga ET dirujuk ke RSUP Sardjito, tetapi karena ruang PICU penuh kemudian dibawa ke PKU Muhammadiyah Kota Jogja karena kebetulan dokter yang menanganinya sama. Barulah kemudian Selasa pagi dirawat di PICU RSUP Sardjito.

BACA JUGA : Dua Bayi di Bantul Meninggal karena Ginjal Akut

Saat itu kondisi anaknya menurun termasuk organ fungsinya. Mulai dari paru serta organ lainnya seperti liver, saraf dan ginjal. Tim dokter lengkap pun dikerahkan untuk menangani. Saat di Sardjito, ET dibantu dengan berbagai alat bantu dalam upaya penyelamatan tersebut.

Penyakit yang diderita anak kelimanya tersebut dikategorikan gangguan ginjal akut progresifatipikal atau Acute Kidney Injury (AKI). Di Sardjito inilah ia mendapatkan gambaran tentang AKI, saat itu ia mencoba melakukan searching di Google namun belum banyak referensi. Bahkan ia saat itu meminta mencari tahu tulisan yang benar dalam bentuk bahasa Inggris terkait AKI tersebut. Setelah mengetahui sejumlah risikonya dari dokter, ia pun mencoba untuk ikhlas dengan kondisi anaknya. 

"Di Sardjito itu semua dokter dikerahkan dari organ dalam, saraf sampai dokter anak yang khusus untuk menangani anak saya. Pelayanannya cukup baik. Memang sejak awal saya sudah merasa ada yang aneh dengan penyakit anak saya," ucapnya.

Namun Tuhan berkehendak lain, hingga pada 25 September tidak sadarkan diri dan kemudian dinyatakan meninggal dunia. Dua pekan setelah itu, jenis penyakit misterius ini ramai menjadi bahasan publik. Di DIY ternyata sudah ada 13 kasus yang terungkap, sebanyak enam anak di antaranya meninggal dunia.

Tak Ada Riwayat

Yusuf mengatakan pihak rumah sakit sempat melakukan tracing riwayat penyakit keluarga. Selain tidak ada positif Covid-19, juga tidak ada yang mengonsumsi sirop paracetamol. Ibu dari ET pernah mengonsumsi paracetamol namun dalam bentuk tablet, itu pun jaraknya sudah lama, obat-obatan lain pun tidak pernah. Begitu juga dengan ET tidak pernah diberikan obat seperti sirop cair dan tidak pernah mengalami sakit berat. Di sisi lain semua anggota keluarga tidak ada riwayat penyakit ginjal.

"Waktu itu dokter secara fair mengatakan bahwa ini memang misterius [penyebabnya]," katanya.

Ia tidak menampik bahwa kejadian antara kondisi anaknya dalam keadaan sehat hingga meninggal dunia tergolong sangat cepat. Bahkan hanya sekitar sepekan saja. Menurutnya secara umum terserangnya penyakit berlangsung cepat yang menimbulkan penurunan kondisi organ tubuh secara drastis. "Saya kira jam demi jam saat itu sangat berharga," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng

News
| Kamis, 25 April 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement