Advertisement

AKI Renggut Nyawa Anaknya dalam Sepekan, Yusuf: Waktu Itu, Jam Demi Jam Sangat Berharga

Sunartono
Jum'at, 21 Oktober 2022 - 09:07 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
AKI Renggut Nyawa Anaknya dalam Sepekan, Yusuf: Waktu Itu, Jam Demi Jam Sangat Berharga Foto Ilustrasi. - Ist/Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Yusuf Maulana, 44, warga Sedayu Bantul kehilangan anaknya berinisial ET yang baru berusia tujuh bulan. Ia mengungkap penurunan kesehatan yang terjadi sangat cepat. Bahkan tidak lebih dari sepekan.

Tepat 25 September tidak sadarkan diri dan anaknya dinyatakan meninggal dunia setelah mendapatkan perawatan di RSUP Sardjito selama lima hari. Penyakit yang diderita anak kelimanya tersebut dikategorikan gangguan ginjal akut progresifatipikal atau Acute Kidney Injury (AKI).

Advertisement

Yusuf mengatakan pihak rumah sakit sempat melakukan tracing riwayat penyakit keluarga. Selain tidak ada positif Covid-19, juga tidak ada yang mengonsumsi sirop paracetamol. Ibu dari ET pernah mengonsumsi paracetamol namun dalam bentuk tablet, itu pun jaraknya sudah lama, obat-obatan lain pun tidak pernah. Begitu juga dengan ET tidak pernah diberikan obat seperti sirop cair dan tidak pernah mengalami sakit berat. Di sisi lain semua anggota keluarga tidak ada riwayat penyakit ginjal.

Ia tidak menampik bahwa kejadian antara kondisi anaknya dalam keadaan sehat hingga meninggal dunia tergolong sangat cepat. Bahkan hanya sekitar sepekan saja. Menurutnya secara umum terserangnya penyakit berlangsung cepat yang menimbulkan penurunan kondisi organ tubuh secara drastis. "Saya kira saat itu jam demi jam saat itu sangat berharga," katanya saat ditemui wartawan di kawasan Embung Potorono, Banguntapan, Bantul, Kamis (20/10/2022) siang.

Baca juga: Anak Demam? Coba Beri Ramuan Herbal Penurun Demam Ini

Yusuf pun kembali mengenang wajah ceria anaknya ET pada 16 September 2022 lalu atau sehari sebelum mulai sakit. Saat itu anak masih ceria ketika diajak ibunya beraktivitas di sekitar rumah di kawasan Sedayu, Bantul. Kemudian tepatnya hari Sabtu 17 September, anak mulai demam. Akan tetapi masih lahap diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). Karena kebetulan jelang tujuh bulan, ET mulai dikenalkan dengan makanan pendamping. Adapun makanan tersebut pun merek umum dan telah lolos BBPOM dan dipastikan aman. Selain itu anak tersebut tidak diberi susu formula, melainkan murni dari asupan ASI.

Saat demam tersebut anak sempat mengalami tatapan kosong, meski belum ada gejala kejang yang berkepanjangan. Ia pun menganggap hanya demam seperti kakaknya, karena kebetulan di keluarga tersebut beberapa ada yang mengalami demam. "Tetapi di hari itu produksi urine mulai berkurang. Awalnya kami mengira disebabkan karena produksi ASI ibunya yang tidak terlalu banyak," ucap Yusuf.

Kemudian pada Minggu (18/9/2022) anak mulai kejang dengan intensitas sering disertai dengan tatapan kosong. Akan tetapi saat itu bayi masih mau makan MPASI. Kondisi kejang semakin meningkat pada Senin (18/9/2022) meski bayi tersebut kembali masih bersedia makan asupan. Pada awalnya ia mengira hal itu disebabkan karena dehidrasi, sehingga untuk pertama kalinya tepatnya pada Senin diberikan susu formula.

Kondisi anaknya makin parah dan berkurang kesadarannya pada Senin malam. Kemudian berinisiatif membawa ke klinik terdekat di Sedayu, Bantul. Tak lama, petugas klinik kemudian merujuknya ke rumah sakit terdekat, tepatnya RS PKU Gamping dengan kondisi yang terus menrus menurun. "Waktu di rumah sakit itu, seingat saya dokter menyampaikan bahwa kondisi paru-paru menurun fungsinya. Saat itu di IGD memang sudah drop," kenangnya.

Malam itu juga ET dirujuk ke RSUP Sardjito, tetapi karena ruang PICU penuh kemudian dibawa ke PKU Muhammadiyah Kota Jogja karena kebetulan dokter yang menanganinya sama. Barulah kemudian Selasa pagi dirawat di PICU RSUP Sardjito.

Saat itu kondisi anaknya menurun termasuk organ fungsinya. Mulai dari paru serta organ lainnya seperti liver, saraf dan ginjal. Tim dokter lengkap pun dikerahkan untuk menangani. Saat di Sardjito, ET dibantu dengan berbagai alat bantu dalam upaya penyelamatan tersebut. "Di Sardjito itu semua dokter dikerahkan dari organ dalam, saraf sampai dokter anak. Pelayanannya cukup baik. Saya sudah merasa ada yang aneh dengan penyakit anak saya," ucapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng

News
| Kamis, 25 April 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement