Advertisement

Penusukan di Sarkem Dinilai Bukti Jogja Belum Aman

Triyo Handoko
Senin, 21 November 2022 - 17:17 WIB
Bhekti Suryani
Penusukan di Sarkem Dinilai Bukti Jogja Belum Aman Ilustrasi. - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Penusukan di kawasan Pasar Kembang (Sarkem) pada Senin pagi (21/11/2022) jadi alarm keamanan di Jogja. Insiden tersebut ditakutkan menjadi penghambat pariwisata mengingat tempat kejadian yang berada dekat dengan Malioboro. Hal itu diutarakan aktivis Jogja Police Watch (JPW).

JPW menilai kawasan Malioboro adalah jantung DIY karena lokasi tersebut selain sebagai objek wisata juga dijadikan tempat pemerintahan dimana Kantor Gubernur dan DPRD DIY berada. Menurut JPW berbagai program untuk menunjang keamanan wilayah sudah dicanangkan Pemda DIY, misalnya, Jaga Warga untuk seluruh wilayah DIY dan Jagaboro khusus untuk kawasan Malioboro. Namun hasilnya belum maksimal.

Advertisement

Kepala Humas JPW Baharudin Kamba menilai program Jaga Warga belum efektif dan tepat sasaran. “Belum efektif karena masih banyak kasus kekerasan yang mengganggu keamanan terus terjadi,” katanya, Senin siang.

BACA JUGA: Rekahan Tanah Sepanjang 100 Meter Ditemukan di Sambeng Gunungkidul

Kamba menyebut program Jaga Warga perlu ditingkatkan hingga tataran praktis. “Selama ini kalau saya lihat hanya semacam jadi slogan saja, dijadikan kaos dan semacamnya, prakteknya belum saya lihat,” jelasnya.

Praktik Jaga Warga, jelas Kamba, bukan hanya pos ronda atau siskamling. “Kalau lihat peraturannya program Jaga Warga ini lebih dari sekadar pos ronda, Jaga Warga harus bisa mengantisipasi konflik sosial artinya ini program yang bagus dan kompleks jadi harus lebih ditingkatkan,” katanya.

Cara mengatasi masalah kekerasan dan kejahatan yang mengganggu keamanan DIY, lanjut Kamba, memang diperlukan program yang kompleks untuk menangani akar masalahnya. “Jaga Warga ini bagus dan bisa memecahkan akar masalah kekerasan dan kejahatan, tapi harus lebih praktis dan konkret programnya, misalnya melakukan pemetaan potensi kekerasan, terus cari cara mengatasinya,” katanya.

Langkah praktis dan konkret, sambung Kamba, diperlukan agar kekerasan terhenti dan tak membudaya. “Misalnya menghapus istilah klithih beberapa bulan lalu itu, ternyata tak terbukti berhasil karena kekerasan jalanan masih terus ada, jadi harus ada langkah konkretnya,” tegasnya.

Sebelumnya diketahui penusukan di Sarkem dilakukan karena cekcok. Korban dan pelaku tak saling kenal. Korban merupakan warga Gunungkidul, dan Polresta Jogja masih menyelidiki kasus ini. Enam orang terduga pelaku sudah dibekuk Polresta Jogja.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Gabung Afsel, Turki Ajukan Kejahatan Genosida Israel ke Mahkamah Internasional

News
| Jum'at, 03 Mei 2024, 07:37 WIB

Advertisement

alt

Jadwal Agenda Wisata Jogja Sepanjang Bulan Mei 2024, Ada Pameran Buku Hingga Event Lari

Wisata
| Rabu, 01 Mei 2024, 17:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement