Advertisement
10 Film Pendek Hasil Kompro Tayang Perdana di JAFF 2022

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Sepuluh film pendek hasil Kompetisi Produksi Film Pendek (Kompro Film) tayang perdana di Jogja Asean Netpac Film Festival (JAFF) ke-17 tahun 2022. Kompro yang merupakan gagasan Direktorat Perfilman Musik dan Media Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemenristik) ini telah melawati berbagai tahap seleksi.
Film-film dari berbagai daerah tersebut tayang di program khusus Layar Indonesiana di Empire XXI, Jogja, Senin (28/11/2022). Direktur Perfilman Musik dan Media Kemenristek, Ahmad Mahendra, mengatakan proses produksi film pendek Kompro mendapatkan fasilitas pendampingan dari mentor.
Advertisement
PROMOTED: Dari Garasi Rumahan, Kini Berhasil Perkenalkan Kopi Khas Indonesia di Kancah Internasional
“Banyak film pendek yang ceritanya kuat. Semoga ini baik untuk masa depan perfilman kita,” kata Mahendra. “Tahun ini kami bekerja sama dengan New York Film Academy.”
Tahun-tahun sebelumnya, beberapa film pendek Kompro berhasil masuk nominasi Festival Film Indonesia. Mahendra berharap ke depan ada yang memanangi penghargaan tersebut.
Setelah tayang di JAFF, sepuluh film ini akan tayang di beberapa festival nasional maupun internasional. “Seperti tahun lalu, film-film pendek ini akan berkeliling di festival-festival yang sekiranya cocok. Kemarin ada [film Kompro] yang menang di beberapa festival, termasuk di Australia,” katanya.
Tidak hanya di festival, penayangan film pendek ini juga akan berlangsung di beberapa daerah. Harapannya daerah yang disambangi akan terinspirasi untuk juga melahirkan karya-karya film. Adapun sepuluh film tersebut yaitu Bloody Rose, Teh Tawar untuk Akong, Kakak Jenggot, Heirlooms, Bersama Membangun Negeri, Pabaruak, Stroke, Mahkota yang Terbang Bersama Anginm Toya, dan Roh Seninya, serta Arjuna.
Salah satu film, Pabaruak bercerita tentang pekerjaan mengambil kelapa menggunakan beruk. Di satu sisi, penggunaan beruk dalam pekerjaan merupakan adat istiadat setempat. Bagi beberapa orang, perlu dilestarikan. “Namun di sisi lain, beruk yang dipekerjakan merupakan perbudakan peliharaan. Kedua hal itu yang berputar-putar di kepala kami, sehingga dituangkan ke dalam film,” kata sutradara Pabaruak, Indah Septy Elliyani.
Sementara sutradara dan penulis Arjuna, Jihad Adjie mendapat ide tentang filmnya setelah menikah. Seiring dengan perubahan pola hidup, obrolan bersama sesama teman yang sudah menikah juga berbeda. Salah satunya tentang keinginan anak pertama laki-laki atau perempuan.
“Kebanyakan teman-teman saya pengin anak pertamanya cowok. Sementara saya penginnya cewek, tapi justru yang lahir cowok,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Berita Pilihan
Advertisement

Ingin Temui Megawati, Surya Paloh: Kita Kasih Kode-Kode Dulu
Advertisement

Seru! Ini Detail Paket Wisata Pre-Tour & Post Tour yang Ditawarkan untuk Delegasi ATF 2023
Advertisement
Berita Populer
- Remaja DIY yang Melahirkan Turun 6 Kali Lipat, yang Kuliah dan Kerja Naik Pesat
- Lowongan Kerja Nih Lurs...DIY Butuh Ribuan Satpam
- Mahasiswa KKN UMBY Bantu Kemajuan UMKM
- Non Pemegang KMS Tak Bisa Masuk Sekolah Negeri, Sejumlah Warga Jogja Datangi DPRD
- Anggaran Pemeliharaan Pasar Tradisional Turun ketimbang Tahun Lalu, Segini Besarannya untuk 2023
Advertisement
Advertisement