Berbagai Kendala yang Dialami FKY
Advertisement
JOGJA—Dinas Kebudayaan DIY menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Hotel Horison Riss Gowongan, Kamis (1/12/2022). FGD tersebut merupakan diskusi kedua terkait Forum Kebudayaan Yogyakarta (FKY).
Kusen Alipah Hadi mengatakan Jogja sebagai kota seniman, kota budaya dan tidak luput kota dengan seribu festival. Ia mengumpamakan festival seperti hujan gerimis di atas seng.
Advertisement
“Suaranya besar sekali kenyataannya airnya sedikit,” katanya. Menurut Kusen, beberapa festival mengalami penurunan anggota menuju penghujung acara.
Menurut Kusen, tantangan mempertahankan jumlah panitia hingga penghujung acara paling banyak dihadapi. “Kalau kami membuat di Gayo, di beberapa tempat gampang. Kalau kita membuat festival kita jadi keren, rame [panitianya],” kata Kusen.
“Di banyak tempat kami menemui apa yang disebut trust [kepercayaan],” kata Kusen. Menurut Kusen, ketidakpercayaan antar pelaksana festival sangat kompleks. “Halaman pertama yang saya sebut tadi, muncul karena ketidak trust-an di banyak sisi, entah panitia mulai tidak trust sama stakeholder utamanya namanya Pemda, dalam hal itu dinas. Dinas tidak trust sama pelaku utamanya, tidak trust sama calon konsumennya, warga,” kata Kusen.
Selain itu, Kusen juga mengatakan festival yang sudah terbentuk pun masih kesulitan untuk mencari penonton. Ali menceritakan pandangan temannya tentang festival di Jogja. “Narasi yang diceritakan oleh frasa yang disebut teman saya itu karena saya orang di Jogja yang mengamini iya ya meng ngono ngono terus,” kata Kusen.
Menurut Kusen, kebudayaan harus memberikan kebermanfaatan untuk warga. “Kalau bergerak dibidang kebudayaan, kalau menyentuh warga yang menjadi domainnya warga, dalam hal ini pemanfaatan. Jangan coba-coba kita ngomong untuk pelestarian, kita tidak punya infrastruktur,” kata Kusen.
Menurut Kusen perlu dilakukan peningkatan kolaborasi antar budaya. “Jogja selalu tidak bisa dipandang sebagai kabupaten, tapi sebagai barometer Indonesia,” kata Kusen.
Dalam diskusi tersebut, Budi Hermanto penggiat festival menyampaikan beberapa fenomena yang terjadi di DIY belakangan, antara lain masyarakat yang mulai tidak sabar menunggu lampu hijau dan membunyikan klakson meski lampu masih merah. Selain itu, ia juga menyorot fenomena masih adanya orang yang bersedia menolong ketika kehabisan bensin di jalan. Lebih lanjut, Budi menyorot salah satu festival jass yang digarap antar umat beragama Kota Jogja. Menurutnya, proses interaksi antar manusia yang membuat kisah itu menarik. “Festivalnya biasa aja, tetapi proses ini yang aku senang,” kata Budi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Satu-satunya yang Gelar Kampanye Akbar, Heroe-Pena Gandeng 15.000 Kawula Muda
- Jadwal Terbaru KRL Jogja-Solo Jumat 22 November 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu, Lempuyangan dan Maguwo
- Jadwal SIM Keliling di Kulonprogo Jumat 22 November 2024
- Heroe-Pena Optimistis Kantongi 40 Persen Kemenangan
- Jadwal Terbaru KRL Solo-Jogja Jumat 22 November 2024: Berangkat dari Palur Jebres, Stasiun Balapan dan Purwosari
Advertisement
Advertisement