Pengeluaran Per Kapita Rp28.700 per Hari, Jumlah Warga Miskin Ekstrem di Kota Jogja 3.010 Jiwa
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pemerintah Kota (Pemkot) Jogja menyebut jumlah penduduk miskin ekstrem sebanyak 3.010 jiwa. Penduduk yang dikategorikan miskin ekstrem adalah yang pengeluarannya Rp28.700 per hari.
Kepala Bappeda Kota Jogja Agus Tri Haryono mengatakan definisi kemiskinan ekstrem yang dipakai untuk menghitung angka kemiskinan adalah definisi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Advertisement
Jika diterjemahkan di dalam data, penduduk yang dikategorikan miskin ekstrem adalah mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan ekstrem. Garis kemiskinan ekstrem yang dimaksud pengeluaran per kapita per hari US$1,9 atau setara Rp28.700.
"Menurut estimasi, Kota Jogja memiliki penduduk miskin ekstrem sekitar 0,67 persen atau setara dengan 3.010 jiwa," ucapnya, Kamis (23/3/2023).
Dia menjelaskan data tersebut merupakan data estimasi yang diperoleh dengan sampling. Dengan demikian, tidak bisa dipastikan 3.010 jiwa yang tercatat miskin ekstrem tinggal di mana saja.
BACA JUGA: Kemiskinan DIY Tertinggi di Jawa, Sultan: Ukurannya Tidak Adil
Menurutnya, Pemkot Jogja berkewajiban mengentaskan kemiskinan, termasuk kemiskinan ekstrem, dengan mengolah data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) dan hasil verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)."
Data P3KE dan DTKS merupakan data resmi penanggulangan kemiskinan dari Pemerintah Pusat. Akan tetapi data tersebut sangat banyak jumlahnya, lebih dari seperempat penduduk Kota Jogja.
"Overlay [penyatuan] data kemudian menghasilkan jumlah sasaran kemiskinan ekstrem 13.151 jiwa. Jadi ini bukan penduduk miskin ekstrem, melainkan sasaran intervensi kemiskinan ekstrem. Jumlah penduduk miskin ekstrem menurut Pemerintah Pusat adalah 3.010 jiwa," ungkapnya.
"Namun, untuk sementara kami asumsikan sebanyak 13.151 jiwa tersebut memiliki kondisi kemiskinan ekstrem."
BACA JUGA: Pemkab Gunungkidul Alokasikan Rp298,8 Miliar untuk Pengentasan Kemiskinan
Sebelumnya, Penjabat Wali Kota Jogja Sumadi mengatakan kemungkinan masyarakat miskin ekstrem di Kota Jogja didominasi warga lansia. Menurutnya ada anomali di Kota Jogja karena angka harapan hidup tinggi, indeks kebahagiaan tinggi, tetapi kemiskinan juga tinggi.
Menurutnya, indikator kemiskinan yang digunakan secara nasional kurang cocok dengan gaya hidup warga Jogja. Misalnya indikator ketercukupan gizi. Orang Jogja suka prihatin dan tirakat seperti puasa.
"Sehingga dianggap kurang asupan, padahal mereka punya aset. Kriteria kemiskinan enggak bisa diberlakukan menyeluruh. Di Jogja karakter masyarakatnya yang suka hemat dan laku prihatin," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kejaksaan Tahan Panglima Komando Pertahanan Korsel, Diduga Terlibat Kudeta
Advertisement
Mingguan (Jalan-Jalan 14 Desember) - Jogja Selalu Merayakan Buku
Advertisement
Berita Populer
- Ini Dia Nama-Nama Pemenang Kompetisi Foto dan Videografi Sumbu Filosofi Jogja
- Belasan Kalurahan di Kulonprogo Dirancang Bersih Narkoba
- KTB Sudah Terbentuk di Semua Kampung, Tahun Depan Mulai Pembinaan
- Kemenkumham DIY Libatkan Ahli Madya sebagai Penguji di Seleksi CPNS
- TPID DIY Jamin Pastikan Stok dan Harga Pangan Jelang Natal dan Tahun Baru Aman
Advertisement
Advertisement