Advertisement
4 Alat Peringatan Dini Bencana di Bantul Rusak

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Empat Early Warning System (EWS) atau alat peringatan dini kebencanaan yang rusak. Dua dari EWS yang rusak di antaranya adalah EWS bencana tsunami di pesisir selatan Bantul.
“Letak dua EWS tsunami yang rusak itu ada di wilayah Kalurahan Srigading, Kapanewon Sanden,” kata Manajer Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul Aka Luk Luk Firmansyah, saat dihubungi awak media, Kamis (15/6/2023).
Advertisement
BACA JUGA: Ancaman Cuaca Panas Ekstrem, BPBD: Kota Jogja Relatif Aman
Aka menjelaskan kerusakan EWS tsunami itu karena faktor usia pemakaian yang sudah lama sehingga mengahruskan untuk diganti. Sementara satu EWS tsunami lagi masih dalam masa perawatan karena harus ada penggantian horn dan ACCU.
Aka menyebut BPBD Bantul sebenarnya memiliki 29 EWS bencana tsunami yang tersebar di sepanjang pantai selatan. Dengan adanya dua EWS yang rusak, maka hanya ada sebanyak 27 EWS tsunami yang mampu menyampaikan deteksi dini bencana.
Selain dua EWS bencana tsunami yang rusak, Aka juga mencatat satu EWS bencana gerakan tanah atau tanah longsor di Kalurahan Muntuk, Kapanewon Dlingo yang rusak. Sehingga dari empat EWS tanah longsor milik BPBD Bantul, hanya ada tiga yang masih bisa berfungsi dengan baik.
“Sementara untuk EWS banjir kami memiliki lima titik, ada satu yang rusak. Untuk titik yang rusak berada di Jembatan Pelemadu, Sriharjo, Imogiri,” ujarnya.
BACA JUGA: Ketergantungan Impor Membuat Ketahanan Pangan Indonesia Lemah
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DIY menyebut semua pesisir selatan Bantul berpotensi terjadinya tsunami. “Yang potensi paling besar itu di daerah [Kapanewon] Kretek dan [Kapanewon] Srandakan karena Sungai Opak dan Sungai Progo. Karena sungai itu ibarat jalan tolnya tsunami. Jadi biasanya daerah sepanjang sungai mengalami landasan tsunami cukup signifikan,” kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG DIY, Setyoajie Prayoedhi, kepada wartawan sesuai menyerahkan peta tsunami kepada Pemkab Bantul di ruang Bupati Bantul, akhir tahun lalu.
Adji mengatakan memang wilayah DIY khususnya Bantul merupakan daerah kegempaan dan itu berdasarkan historis dan berdasarkan data pengamatan memang banyak gempa di wilayah tersebut. Karena itu semuanya perlu memahami langkah-langkah mitigasi, bagaimana meminimalisir dampak akibat gempa bumi.
“Karena itulah kami membuat kajian berupa peta bahaya tsunami berdasarkan skenario terburuk. Jadi perlu kita ketahui tsunami diawali dengan gempa bumi besar dan kita tahu sisi selatan ada zona subduksi, di mana zona tersebut menyimpan potensi gempa yang diperkirakan bisa memicu 8,8 SR,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Korupsi ASDP, KPK Panggil 2 Mantan Bos Pt Jembatan Nusantara
Advertisement

Asyiknya Interaksi Langsung dengan Hewan di Kampung Satwa Kedung Banteng
Advertisement
Berita Populer
- Pembeli Tanah Pertanyakan Langkah Anak Mbah Tupon Melaporkan Dirinya ke Polda DIY
- Hore! Jaringan Internet di Kawasan Wisata Pantai Selatan Kulonprogo Diperluas
- Sampah dari Pasar Gamping yang Dibuang di Kawasan Pantai Dewa Ruci Akhirnya Dikubur
- Terganggu Bau, Warga Jaranan dan Sawit Panggungharjo Tolak Perluasan ITF Niten
- Kasus Mafia Tanah Menimpa Mbah Tupon, Polisi Periksa Sejumlah Saksi
Advertisement
Advertisement