Advertisement
Masa Pengenalan Sekolah Jogja Wajib Didesain Menyenangkan, Pemkot: Kami Awasi!
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) di Kota Jogja yang diikuti siswa baru didesain menyenangkan tanpa ada kekerasan. Untuk memastikannya, Pemkot Jogja akan terus memantau pengenalan sekolah pada siswa baru tersebut hingga rampung.
Pejabat Wali Kota Jogja, Singgih Raharja yang membuka MPLS di SMPN 5 Jogja menegaskan pelarangan perpeloncoan atau budaya kekerasan dalam kegiatan yang menyasar siswa baru tersebut.
Advertisement
“Saya berpesan tidak ada bullying, perpeloncoan, body shaming dan sebagainya. Kakak kelas pasti akan memberikan bimbingan yang baik kepada adik-adiknya. Saya percaya kepala sekolah yang ada di Kota Jogja ini akan melakukan aktivitas MPLS dengan cara yang lebih kreatif dan bisa diterima anak-anak,” katanya, Senin (10/7/2023).
Singgih menyebut MPLS sebagai kegiatan penting bagi siswa baru agar dapat menyesuaikan proses pembelajaran dengan baik. “Kami sudah membuat surat edaran ke seluruh sekolah. Kegiatan MPLS ini adalah membangun siswa agar lebih mengenal sekolah, teman-teman baru,” ujarnya.
BACA JUGA: Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah, Disdikpora DIY Melarang Perpeloncoan
Sementara itu, terdapat model baru pada kegiatan MPLS di tingkat SD. “Waktunya sekarang lebih lama, selama 10 hari. Dimana siswa baru jenjang SD tidak dipaksakan untuk mengejar calsitung [baca, tulis, dan berhitung] tapi lebih ditransisikan kepada pemahaman bahwa belajar itu menyenangkan,” terang Kepala Bidang SD Disdikpora Jogja Mujino, Selasa (11/7/2023).
Mujino menyebut perpanjangan waktu MPLS tingkat SD tersebut dilakukan sesuai arahan Kementerian Pendidikan. “Ini bagian dari mengakselerasikan kurikulum merdeka belajar, kami juga sudah koordinasi dengan berbagai sekolah, guru TK, dan lainnya untuk mendesain kegiatan tersebut tepat sasaran,” jelasnya.
MPLS tingkat SD tersebut, jelas Mujino, mencangkup pelatihan siswa agar memiliki kematangan emosi, pemaknaan belajar yang menyenangkan, keterampilan sosial dalam berbahasa yang tepat, hingga pengembangan motorik anak. “Kegiatnaya sangat beragam, dari outbound di lingkungan sekolah, permainan pembelajaran, dan lainnya,” terangnya.
Bentuk desain kegiatan MPLS tersebut, lanjut Mujino, tak memberikan ruang kekerasan dalam bentuk apapun termasuk pemaksaan belajar. “Jelas tidak ada kekerasan sekecil apapun desainnya, karena tujuannya agar siswa ini punya keyakinan bahwa belajar itu menyenangkan dengan berbagai caranya,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Profil Mari Elka Pangestu, Mantan Menteri SBY Kini Jadi Staf Khusus Presiden Prabowo
Advertisement
Menengok Lagi Kisah Ribuan Prajurit Terakota Penjaga Makam Raja di Xian China
Advertisement
Berita Populer
- Bawaslu Bantul Hentikan Kasus Dugaan Hoaks dan Fitnah dari Salah Satu Pimpinan Parpol, Ini alasannya
- Mafindo Jogja Sebut Hoaks Meningkat di Pilkada 2024
- Perubahan Suhu Ekstrem, Dalam Lima Hari Ada 485 Kasus ISPA di Jogja
- Jaga Warga Punya Andil Cegah Polarisasi Imbas Pilkada
- Didukung Pekerja Informal di Pilkada Sleman, Harda-Danang Siap Naikkan UMK Sleman
Advertisement
Advertisement