Advertisement
Musim Panen Keong Macan, Nelayan Gesing Gunungkidul Raup Rezeki
Ilustrasi nelayan. Foto dibuat oleh AI - Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Nelayan di Pantai Gesing, Gunungkidul kini sedang menikmati musim panen keong laut jenis Babylonia spirata atau dikenal dengan sebutan keong macan. Hasil tangkapan tahun ini melimpah sejak pertengahan September hingga Oktober, dengan produksi rata-rata mencapai 1,5 ton per hari.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Gunungkidul, Johan Wijayanto mengatakan, musim keong laut memang bersifat musiman dan biasanya terjadi setahun dua kali. “Kalau bulan Oktober ini memang musimnya keong laut atau keong macan. Mulai sekitar pertengahan September hasilnya cukup melimpah,” ujar Johan, Senin (20/10/2025).
Advertisement
Keong macan dikenal dengan cangkangnya yang bermotif seperti kulit harimau. Hewan ini hidup di dasar pasir laut pada kedalaman sekitar 10 meter dan banyak ditemukan di wilayah Indo-Pasifik, termasuk perairan selatan Gunungkidul.
Menurut Johan, penangkapan keong laut di Gesing dilakukan dengan sembilan unit perahu motor tempel (PMT). Hasil tangkapan didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Gesing untuk dilakukan pencucian, penimbangan, dan penarikan retribusi yang kemudian masuk ke kas daerah. Setelah itu, hasil tangkapan dikirim ke pedagang ikan atau diteruskan ke Cilacap, Jawa Tengah, untuk proses pembekuan sebelum akhirnya diekspor ke Cina.
BACA JUGA
Meski hasilnya cukup banyak saat musim panen, Johan menyebut bahwa keong laut bukan termasuk komoditas unggulan karena nilai ekonominya tidak setinggi ikan pelagis seperti tuna, cakalang, dan layur, yang menjadi andalan utama perikanan tangkap di Gunungkidul.
“Harga keong macan hanya sekitar Rp5.000 per kilogram. Jadi bukan komoditas unggulan, tapi tetap memberi tambahan pendapatan bagi nelayan saat musim panen,”katanya.
Selain persoalan produksi, Johan juga menyoroti rendahnya tingkat konsumsi ikan masyarakat Gunungkidul meski daerah ini menyumbang sekitar 60 persen produksi perikanan tangkap di DIY. “Produksi perikanan tangkap kami memang besar, tapi konsumsi ikan masih rendah. Salah satu penyebabnya karena belum ada cold storage besar di Wonosari, jadi ikan segar sulit tersedia setiap saat,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
KA Panoramic Kian Diminati, Jalur Selatan Jadi Primadona
Advertisement
Berita Populer
- UGM Kirim 15 Tenaga Medis Dukung Penanganan Bencana di Sumatera
- Relokasi Makam Terdampak Tol Jogja-Solo Dimulai, 451 Jenazah Dipindah
- Sistem OSS Bermasalah, Izin Usaha di Sleman Terhambat sejak Oktober
- Donat Maryam, Kisah Sukses dari Bantuan PKH
- Kelurahan Rejowinangun Jogja Kembangkan Sabun Power Liquid
Advertisement
Advertisement




