Advertisement

Restorasi Sosial DIY, Pikiran Boleh Global, tetapi Akar Jati Diri Budaya Jawa Harus Dipertahankan

Media Digital
Selasa, 15 Agustus 2023 - 22:47 WIB
Maya Herawati
Restorasi Sosial DIY, Pikiran Boleh Global, tetapi Akar Jati Diri Budaya Jawa Harus Dipertahankan Dosen UNY, Suwarno saat menjadi pembicara dalam kegiatan Restorasi Sosial Berbasis Budaya Jawa Mewujudkan Kesejahteraan Sosial di Balai Kalurahan Bendungan, Karangmojo, Gunungkidul, Selasa (15 - 8)

Advertisement

GUNUNGKIDUL—Dinas Sosial DIY terus menyosialisasikan Penguatan Nilai-Nilai Kesetiakawanan Sosial Melalu Restorasi Sosial. Kali ini, sosialisasi dilaksanakan di Balai Kalurahan Bendungan, Karangmojo, Gunungkidul, Selasa (15/8/2023).

Dosen UNY, Suwarno, mengatakan program restorasi sosial berbasis budaya Jawa sangatlah penting di masyarakat. Hal ini tak lepas masuknya budaya-budaya luar di era globalisasi seperti sekarang.

Advertisement

“Globalisasi membuat dunia menjadi tanpa sekat. Kemajuan teknologi membuat informasi dapat diakses kapan dan di mana pun tempat berada,” kata Suwarno saat menjadi pembicara Restorasi Sosial Berbasis Budaya Jawa Mewujudkan Kesejahteraan Sosial di Balai Kalurahan Bendungan, Selasa (15/8/2023).

Menurut dia, era globalisasi juga memiliki dampak negatif, salah satunya mengancam karakter jati diri yang dimiliki, khususnya budaya Jawa di Yogyakarta, seperti sikap kesetiakawanan, tepo sliro, hingga tutur Bahasa Jawa mulai berkurang. Sebaliknya, budaya barat semodel gaya hedonis, pragmatis hingga megalomania berkembang pesat di masyarakat. “Ini yang harus dicegah. Kita boleh berpikiran global, tapi karakter dan jati diri Jawa harus tetap dipertahankan,” katanya.

Oleh karenanya, restorasi sosial berbasis budaya Yogyakarta harus terus digalakkan di masyarakat. Terlebih lagi, generasi muda saat ini sudah mulai kehilangan identitas jati diri dan lebih memilih senang terhadap budaya barat. “Ya kalau terus dibiarkan, budaya sendiri akan menghilang. Contoh paling konkret adalah bahasa, banyak anak-anak yang sekarang tidak bisa berbahasa Jawa,” katanya.

Suwarno menuturkan dari sisi aturan sudah dibuat berbagai peraturan untuk mempertahankan budaya Jawa tetap eksis. Namun, ia menilai kunci pelestarian berada di tangan pejabat dan keluarga.

Baginya, pejabat merupakan kaca benggala karena tindak lakunya akan banyak ditiru oleh masyarakat. Adapun keluarga merupakan bagian pendidikan pertama sehingga memegang peranan penting dalam pertumbuhan dalam diri anak-anak. “Pejabat harus menjadi contoh sehingga bisa ditiru oleh masyarakat. ujung-ujungnya nanti bisa diterapkan dalam keluarga,” katanya.

Menurut Suwarno, di awal-awal penerapan akan susah dan ada ketakutan membuat kesalahan. Namun, apabila tidak dilakukan atau diimplementasikan maka usaha pelestarian menjadi sia-sia.

“Jangan takut salah karena dengan berlatih secara rutin, maka bisa menjadi mahir. Itu kuncinya,” katanya.

BACA JUGA: Golkar, PAN, PKB dan Gerindra Berkoalisi, Megawati: Perkuat Akar Rumput

Ia mencontohkan untuk mengasah kemampuan Bahasa Jawa mewajibkan anak-anak dan cucu memakainya dalam percakapan sehari-hari di rumah. Adapun untuk kemampuan Bahasa Indonesia menyerahkan sepenuhnya saat di sekolah.

“Bukan malah terbalik. Karena waktu dua jam untuk belajar Bahasa Jawa selama satu minggu di sekolah, jelas sangat kurang. Jadi, pembelajaran yang efektif ada di keluarga,” katanya.

Sub Koordinasi Seksi Kepahlawanan Keperintisan Kejuangan Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial, Dinas Sosial DIY, Parjono, mengatakan dampak buruk dari globalisasi mulai terlihat, salah satunya sikap individu dan egois yang dominan. Kondisi ini dinilai sangat memprihatinkan karena bukan merupakan ciri dari masyarakat di DIY yang mengedepankan kesetiakanawan sosial, sopan santun hingga kegotongroyongan.

“Nilai-nilai sosial ini masih ada, tapi mulai memudar sehingga kami memiliki tanggung jawab untuk merekatkan kembali sehingga tetap bisa lestari,” katanya.

Menurut dia, keberadaan nilai-nilai sosial di masyarakat sudah terdegradasi sehingga butuh dikembalikan sebagai identitas di DIY. Salah satu cara dilakukan dengan menggelar kegiatan Penguatan Nilai-Nilai Kesetiakawanan Sosial bertajuk Restorasi Sosial Berbasis Budaya Jawa Mewujudkan Kesejahteraan Sosial. “Kegiatan ini dilaksankaan di seluruh kabupaten dan kota di DIY,” katanya.

Kegiatan ini dilaksanakan di tingkat kalurahan/kelurahan di seluruh kabupaten/kota di DIY. (BC)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kaesang Tak Sengaja Bertemu Ketum Perindo Hary Tanoe

News
| Rabu, 27 September 2023, 04:57 WIB

Advertisement

alt

Tiket Gratis Masuk Ancol, Berlaku Bagi Pengunjung Tak Bawa Kendaraan Bermotor

Wisata
| Selasa, 26 September 2023, 05:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement