INA-TIME Jadi Ajang Sharing Riset untuk Cari Solusi Penanganan TBC
Advertisement
SLEMAN—Perhelatan Indonesia Tuberculosis International Research Meeting (INA-TIME) 2023 resmi digelar di DIY. Tempat berkumpulnya para praktisi dan akademisi nasional maupun dunia ini diharapakan mampu meramu penanganan tuberkulosis (TBC) yang implementatif.
Direktur Pusat Kedokteran Tropis UGM, dr. Riris Andono Ahmad mengungkapkan INA-TIME merupakan pertemuan tahunan para Jejaring Riset Tuberkulosis (JetSet TB) bersama Kementerian Kesehatan untuk membahas persoalan TB.
Advertisement
Pertemuan ini, kata Riris, mencoba meng-update ilmu terbaru tentang TBC juga penelitian-penilitian yang ada. "Arahnya agar kami bisa men-support program TBC nasional untuk mencapai target eliminisasi TBC di indonesia," kata Riris pada Jumat (1/9/2023).
INA-TIME kelima ini digelar dua hari mulai 1-2 September 2023 di Sahid Raya Hotel and Convention. Peserta kegiatan ini merupakan pakar, praktisi dari berbagai macam pemegang program TB di kabupaten/kota serta peneliti dari berbagai institusi penelitian rumah sakit, universitas dan lain sebagainya. Beberapa kolaborator luar negeri juga diundang untuk memberikan update dan sharing riset tentang TB.
Selain sharing tentang berbagai macam pengetahuan terbaru, kegiatan ini juga tempat bertemu dan berjejaring yang diharapkan ada sinergi yang lebih erat antara program TB nasional dengan penelitian-penilitian. "Output penelitian yang memang mendukung untuk peningkatan kapasitas program itu bisa kemudian diadopsi sehingga bisa meningkatkan kinerja program TB nasional," tuturnya.
BACA JUGA: Praktisi dan Pemerhati TBC Akan Berkumpul di Jogja Akhir Pekan Ini
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin yang mengikuti kegiatan ini secara daring mengungkapkan bahwa WHO mengestimasi jumlah kasus TBC di Indonesia mencapai 969.000. Namun, sampai saat ini, Budi kesulitan melacak kasus TBC secara by name by address. "Selama ini sulit sekali kita bisa mengidentifikasi orang yang benar-benar terkena, yang by name by address. Sehingga penyakit menular ini sulit dikendalikan," ungkapnya.
Pasalnya sampai kini cakupan temuan kasus TBC masih jauh dari estimasi yang diperkirakan WHO. "Angka yang paling tinggi yang pernah Indoensia capai adalah 568.000 pasien TBC yang bisa diidentifikasi benar-benar positif TBC sehingga bisa dilakukan pengobatan," ujarnya.
"Padahal estimasinya 969.000, artinya masih ada ratusan ribu teman-teman kita yang kena TBC tidak teridentifikasi, masih bisa jalan-jalan bergerak dan secara luas, tidak diberikan pengobatan sehingga bisa menulari masyarakat kita," imbuhnya.
Fakta ini membuat Budi meminta Kemenkes untuk berkonsentrasi dalam penanganan TBC. Ia mematok minimal 90% dari estimasi kasus TBC yang diperkirakan WHO bisa terdeteksi. "Saya selalu meminta kepada teman-teman Kementerian Kesehatan, ayo konsentrasi bereskan masalah ini dahulu supaya slesai. Minimal 90 persen dari estimasi 969.000 masyarakat yang terkena kita bisa diidentifikasi secara pasti, di mana mereka, siapa mereka, sehingga mereka tidak menularkan terus TBC ini kemana-mana," tegasnya.
Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie mengungkapkan penemuan kasus TBC di DIY baru mencapai sekitar 51 persen dari estimasi kasus yang ada di DIY. Catatan ini membuat Dinkes DIY berupaya meningkatkan capaian temuan kasus dengan kerja sama lintas sektor.
Berbagai institusi kata Pembajun, harus ambil bagian dalam pencegahan dan penemuan kasus TBC. Tak terkecuali institusi pendidikan. Pasalnya temuan kasus TBC banyak menjangkit pada masyarakat usia produktif. "Pendidikan, sekolah, khususnya anak-anak sekolah. Kita tahu TBC ini banyak kasusnya pada usia produktif kalau di DIY. Kalau secara nasional antara 25-35 tahun," jelasnya.
Kolaborasi lintas sektoral disebutkan Pembajun berhasil meningkatkan temuan kasus TBC di DIY. "Kolaborasi antara Pemda DIY dengan institusi pendidikan dengan UGM sudah berjalan baik. Alhamdulilah dari awal kami hanya sekitar 30 persen kita sudah sekarang sudah 51 persen untuk capaian penemuan kasus," ungkapnya
Pembajun berharap dengan kegiatan INATIME sebagai wadah berkumpulnya pada pakar dan praktisi kesehatan di bidang TBC mampu menelurkan solusi yang dapat diimplementasi Pemda DIY. "Harapan kami apa yang dihasilkan dari pertemuan ini kemudian bisa diimplementasi di DIY. Kita berharap DIY juga bisa menjadi satu provinsi yang baik, cepat untuk mengeliminasi TBC ini," lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Puncak Arus Mudik Liburan Natal Diprediksi Terjadi pada 24 Desember
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Bencana Hidrometeorologi, Pemkab Gunungkidul Segera Tetapkan Status Siaga
- Prediksi Cuaca BMKG, Seluruh Wilayah DIY Diguyur Hujan Lebat 3 Hari ke Depan
- Liga 1 Besok, PSS Jamu PSBS Biak, Ini Head to Head Kedua Tim
- KPU Bantul Mulai Mendistribusikan Undangan Nyoblos di Pilkada
- KPU Bantul Pastikan Pemilih Tidak Memenuhi Syarat Telah Dicoret dari DPT
Advertisement
Advertisement