Duh! Seribuan Anak di Gunungkidul Tidak Sekolah
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Sedikitnya 1.043 anak di Gunungkidul tidak bersekolah. Dinas Pendidikan setempat berupaya melakukan verifikasi data ini karena bersumber dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemendikbud Riset dan Dikti).
Sekretaris Dinas Pendidikan Gunungkidul, Taufik Aminudin mengatakan, sudah mendapatkan data anak tidak sekolah (ATS) di bumi Handayani. Berdasarkan data dari kementerian angka putus sekolah sebanyak 336 anak dan lulus tidak melanjutkan sebanyak 707 anak.
Advertisement
Rata-rata anak yang tidak sekolah berusia 7-18 tahun, sehingga ditotal antara putus sekolah dan tidak melanjutkan ada sebanyak 1.043 anak. “Data dilakukan update setiap enam bulan sekali. Data ini merupakan pendataan per Desember 2022,” kata Taufik, Selasa (5/9/2023).
Dia menjelaskan, data ATS merupakan data Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) yang tercatat tidak aktif, baik yang dibawah Kemendikbudristek dan Dikti serta Kementerian Agama. Selain itu, juga ada potensi anak yang belum memiliki NISN, sudah bekerja dan lain sebagainya.
Meski demikian, Taufik mengakui data ini belum terverifikasi. Oleh karena itu, pihaknya terus melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah untuk memverifikasi data ATS. “Sekarang masih proses verifikasi,” katanya.
Guna menyelesaikan permasalahan ini, Dinas Pendidikan Gunungkidul juga ada upaya berkoordinasi dengan kementerian. Tujuannya agar ada sebuah aplikasi yang memudahkan pemkab atau Organisasi Perangkat Daerah mengakses data terkait dengan ATS.
“Yang jelas, kami terus berupaya melakukan verifikasi agar data ini benar-benar valid serta dilakukan penanganan sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan,” katanya.
Berdasarkan data ini, Kapanewon Wonosari menjadi wilayah yang paling banyak terdapat ATS sejumlah 113 anak. Selanjutnya di Kapanewon Saptosari ada 94 anak, Semanu 91 anak dan Gedangsari ada 89 anak.
Adapun sisanya sebanyak 656 anak tersebar di 14 kapanewon lain di Bumi Handayani. “Kalau melihat data itu, Kapanewon Purwosari memilik ATS paling sedikit dengan jumlah 19 anak,” katanya.
Bupati Gunungkidul, Sunaryanta menuturkan lama belajar di Gunungkidul baru di kisaran 7,1 tahun. Capaian ini tergolong rendah dibandingkan dengan kabupaten kota lainnya di DIY.
“Tentunya dengan lama belajar yang masih rendah, maka akan berdampak terhadap rasio indeks pembangunan manusia di Gunungkidul,” katanya.
Oleh karenanya, lanjut dia, di setiap kesempatan bertemu dengan masyarakat meminta kepada para orang tua agar ikut berperan dalam memotivasi anak agar berani bermimpi dan mewujudkannya. “Yang paling penting juga harus memikirkan belajar dulu dan tidak langsung menikah di usia dini. Untuk itu, butuh peran dari orang tua agar mendorong setiap anak bisa berpretasi, sebab pembangunan tidak hanya pada fisik, tapi juga menyasar ke sumber daya manusia,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Dinas Kebudayaan Gelar Malam Anugerah Kebudayaan dan Launching Aplikasi SIWA
- Pemkab Bantul Kembali Bagikan 250 Pompa Air Berbahan Bakar Gas ke Petani
- KPH Yudanegara Minta Paguyuban Dukuh Bantul Menjaga Netralitas di Pilkada 2024
- Mendorong Pilkada yang Inklusif dan Ramah Difabel
- Terbukti Langgar Netralitas, Seorang ASN di Bantul Dilaporkan ke BKN
Advertisement
Advertisement