Mangkrak sejak 2017, Intalasi Sindon Gunungkidul Tetap Dijaga
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Instalansi pengolahan air Bribin 2 atau Sindon di Kalurahan Dadapayu, Semanu sudah tidak beroperasi sejak 2017 lalu. Meski demikian, sejumlah pekerja masih bertugas untuk menunggu aset yang ada di lokasi tersebut.
Instalasi Sindon berada di tengah hutan dan jauh dari permukiman. Akibat banjir yang disebabkan karena terdampak Badai Cempaka, maka pompa hidrolis untuk menaikan air ke permukaan tidak berfungsi.
Advertisement
Salah seorang petugas di Sindon 2, Fandi membenarkan, pengolahan air di Sindon macet sejak 2017 lalu. Hingga sekarang belum ada perbaikan terhadap fasilitas pompa yang dimiliki. “Kalau lift untuk turun ke bendungan di sungai bawah tanah bisa. Tetapi, untuk instalasi pompa mati karena terendam lumpur dari banjir,” katanya, Kamis (7/9/2023).
Menurut dia, hingga sekarang belum ada perbaikan. Namun, Fandi mengakui tetap bertugas seperti biasa. Tugas dari para pekerja, salah satunya menjaga aset yang ada di intalasi Sindon. “Tugasnya hanya menjaga aset yang ada agar tidak dicuri,” katanya.
Direktur Utama PDAM Tirta Handayani, Toto Sugiharto berharap sungai bawah tanah Bribin 2 atau Sindon di Kalurahan Dadapayu, Semanu bisa kembali dioperasikan. Pasalnya, sejak terjadinya Badai Cempaka di akhir 2017 lalu, sarana pengelolaan air di instalasi tersebut macet hingga sekarang. “Kalau bisa dihidupkan lagi. Sebab dengan tambahan produksi, maka bisa memperkuat layanan di Kapanewon Tepus dan Rongkop,” kata Toto, Kamis.
BACA JUGA: Pompa Sumber Air Bribin II Mangkrak Sejak 2017 Belum Diperbaiki
Meski berada di wilayah Gunungkidul, tetapi pemkab maupun PDAM tidak memiliki kewenangan didalam pengelolaan Sumber Sindon. Pasalnya, kewenangan masih berada di tangan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO). “Kewenangan sepenuhnya berada di BBWSO. Kabar terakhir sudah ada review desain untuk menghidupkan kembali, tapi pelaksanaan perbaikan kami belum mengetahuinya,” kata Toto.
Ditambahkanya, pengoperasian Sindon dengan teknologi mikrohidro dengan cara membuat bendungan di aliran sungai bawah tanah. Adapun prosesnya harus dibor sedalam 104 meter. “Dengan teknologi ini maka air bisa mengalir sampai permukaan. Tapi karena pompa hidrolis terendam banjir akibat dampak Badai Cempaka, maka tidak bisa berfungsi hingga sekarang,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Pemkab Bantul Kembali Bagikan 250 Pompa Air Berbahan Bakar Gas ke Petani
- KPH Yudanegara Minta Paguyuban Dukuh Bantul Menjaga Netralitas di Pilkada 2024
- Mendorong Pilkada yang Inklusif dan Ramah Difabel
- Terbukti Langgar Netralitas, Seorang ASN di Bantul Dilaporkan ke BKN
- KPU Sleman Targetkan Distribusi Logistik Pilkada Selesai dalam 2 Hari
Advertisement
Advertisement