Advertisement
Kisah Fai, Mahasiswa Difabel Tuli yang Pandai Menari
Advertisement
Kisah Fai, Mahasiswa Tuli yang Pandai Menari
Harianjogja.com, BANTUL—Gerakannya lincah dan tegap. Luwes dan seirama dengan lantunan gamelan yang dimainkan dalam prosesi wisuda Akademi Komunitas Negeri (AKN) Seni dan Budaya Yogyakarta beberapa waktu lalu di kampus setempat. Sekilas tak ada yang menyangka sosok penari itu adalah penyandang difabel tuli.
Advertisement
Pria 25 tahun itu bernama lengkap Wahyu Rahmat Dullah yang biasa disapa Fai. Dia kelahiran Imogiri, Bantul dan sejak kecil sudah tertarik meggeluti dunia seni budaya. Keterbatasan pendengaran tak membuatnya patah arang untuk berkarya. Dia jatuh cinta dengan seni tari dan memutuskan berkarya di bidang itu.
Fai awalnya merasa malu dengan keterbatasannya. Ia mungkin berpikir bagaimana mungkin seorang yang tak bisa mendengar jadi seniman tari yang dalam menampilkan karya kadang kala harus berdampingan dengan musik pengiring. Namun jalan hidup berkata lain, dorongan semangat dari keluarga membuatnya bangkit.
"Ibu saya punya peran besar dengan capaian saya sekarang. Beliau selalu mendorong saya untuk tetap semangat dan meyakinkan bahwa saya pasti bisa," kata Fai, beberapa waktu lalu.
Bermodal tekad tentu belum cukup bagi Fai dalam memantapkan diri jadi seorang penari. Awal-awal menggeluti dunia itu, ia kerap terkendala dengan pendengarannya yang tak seperti orang lain. Ia merasa kesulitan saat mengikuti gerakan dengan iringan musik. Fai hanya mengandalkan ketukan dan hitungan dalam menentukan gerakan, itu pun masih kerap salah.
Pelan-pelan Fai berdamai dengan keterbatasannya dan menemukan solusi agar gerakannya seirama dengan iringan musik. Dengan kemampuan merasakan getaran musik, perlahan-lahan ia mampu membuktikan diri bahwa bakat menarinya layak diperhitungkan. Nada dan ritme musik pengiring seolah menjalar di tubuh Fai menentukan gerakan tari yang sempurna nan mengagumkan.
Seperti tarian yang ditampilkannya dalam acara wisuda Akademi Komunitas AKN Yogyakarta yang berjudul Tari Greget Jogja. Tarian kontemporer itu menyedot perhatian sebagian besar pengunjung. Penonton seolah diajak hanyut menyaksikan cerita dari gerakan yang dibawakan Fai dalam tarian itu. Ia mengaku mempersiapkan tari yang dibawakan sejak dua pekan terakhir dengan intensitas latihan bisa empat kali dalam seminggu.
"Saya mengandalkan perasaan untuk mendengar getaran musik dan kemudian menyesuaikan dengan gerakan tari, selain dibantu dengan alat dengar. Sekarang saya sudah lebih terbiasa," ujarnya.
Fai membuktikan diri, ia menjadi salah satu wisudawan yang mampu meraih gelar akademik di perguruan tinggi dengan keterbatasan yang dimilikinya. Baginya tak ada halangan dan rintangan yang sulit dihadapi jika tekad dan semangat untuk terus berkarya sudah bulat. Ia ingin keberhasilannya meraih gelar di jenjang pendidikan D1 bisa menginspirasi banyak orang yang sekarang tengah bergelut dengan keterbatasan mereka.
BACA JUGA: Tim Peneliti UGM Ubah Batubara Berkalori Rendah Jadi Kaya Asam Humat
Yosef Adityanto Aji, selaku dosen pengampu mata kuliah keterampilan Tari Gaya Puro Pakualaman Tunggal dan Kelompok serta mata kuliah Manajemen Produksi mengungkapkan bahwa mengajar seorang mahasiswa difabel tuli seperti Fai merupakan pengalaman yang menarik dan unik. Karena metode yang biasa dipergunakan di kelas baik praktek maupun teori tidak bisa sepenuhnya diterapkan terhadap Fai seperti halnya terhadap mahasiswa lainnya.
“Saya menggunakan metode dengan cara mengulang-ulang, kemudian mengimitasi gerakan, membuat pengucapan bibir lebih jelas dan merekam. Kemudian dibantu dengan mencatat komunikasi dengan handphone,” jelas dosen yang juga bergelar Mas Riya Lebdamataya.
Mengingat ini adalah pengalamannya yang pertama kali mengajar mahasiswa difabel, kendala yang paling dirasakan adalah komunikasi. Sehingga ia menggunakan sarana handphone untuk memudahkan.
“Untuk Fai sendiri menurut saya adalah mahasiswa yang mempunyai kemauan dan potensi yang bagus, di luar kebutuhan khususnya Fai. Ketika praktek menari pun Fai dapat menerima dengan baik, meskipun tidak menggunakan cara yang umum. Potensi dia untuk berkembang sangat besar. Karena Fai punya kemampuan untuk berkreatifitas, mengimitasi yang bisa dilakukan dengan baik. Hanya saja butuh metode-metode tertentu agar Fai bisa lebih mengembangkan potensinya,” lanjutnya.
Dari kacamata pengajar, Fai adalah orang yang sangat luar biasa, punya dedikasi yang tinggi terhadap seni, berprestasi, berpotensi besar di bidang seni tari. Terbukti dengan adanya pengalamannya menari di berbagai event, seperti di Museum Sonobudoyo, Kraton dan sebagainya, bahkan di event Pekan Kesenian Bali 2023, dimana banyak yang tidak menyangka bahwsanya Fai adalah mahasiswa berkebutuhan khusus.
Kasubbag Tata Usaha AKN Seni dan Budaya Jogja Rais Faisal Ahyar mengatakan Fai adalah contoh nyata bahwa semua orang punya kemampuan yang sama dalam mengembangkan dunia kesenian. Perbedaan fisik dan keterbatasan bukan jadi alasan bagi mereka untuk memiliki keterampilan yang diinginkan.
“Kita sangat mengapresiasi saudara Wahyu yang dengan bakat unik dia bisa membuktikan diri untuk berkarya di bidang seni tari," ujarnya.
Rais berharap agar layanan pendidikan bagi penyandang difabel di kampus itu terus meningkat dan para wisuda yang lulus pada hari ini bisa memberikan sumbangsih nyata bagi pengembangan dunia seni dan budaya di masyarakat luas. "Kami berusaha terbuka kepada siapapun yang memiliki ketertarikan dalam pengembangan seni dan budaya di Jogja," ucap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Bencana Alam di Sukabumi Semakin Meluas, Sekda: Ratusan Warga Mengungsi
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Triwulan Pertama 2025, Akses Jalan Masuk TPST Dingkikan Bantul Ditargetkan Sudah Siap
- Ketersediaan Kebutuhan Pokok di Gunungkidul Dipastikan Aman
- Pusat Rehabilitasi YAKKUM Kuatkan Partisipasi Politik Difabel Melalui Sekolah Gradiasi
- Penularan Leptospirosis Marak, Dinas Kesehatan Jogja Minta Warga Waspada
- Korban Jual Beli Apartemen Malioboro City Demo Lagi, Kini Pakai Gerobak Sapi
Advertisement
Advertisement