Advertisement
Kasus Mahasiswi Lompat dari Lantai 4: UMY Beri Pendampingan Psikologis ke Penghuni Asrama

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni (LPKA) UMY memberikan pendampingan psikologis kepada penghungi asrama usai peristiwa salah satu mahasiswi lompat dari Lantai 4 hingga meninggal dunia.
Kepala Divisi Konseling dan Kesejahteraan Mahasiswa, LPKA UMY Muhammad Arif Rizqi mengaku sudah berkoordinasi dengan pembina dan pengelola asrama untuk dapat memberikan pendampingan psikologis. Pendampingan perdana telah dilakukan Selasa malam (3/9/2023) kepada 150 orang yang tinggal di asrama dengan memetakan kategori yang perlu diprioritaskan.
Advertisement
BACA JUGA : Diduga Depresi, Mahasiswi UMY Loncat dari Lantai Empat
“Ada dua kategori, yang kami sebut ring 1 dan ring 2. Ring 1 yang memang terdampak cukup signifikan, yaitu teman sekamar, satu lorong dan satu jamaah dengan korban. Kemudian ring 2 yang memang mereka mengetahui tapi masih dalam kondisi yang belum terlalu terdampak, tapi tetap kami berikan pendampingan, ” kata Arif sebagaimana rilis yang diterbitkan BHP UMY, Rabu (4/10/2023) malam.
Pendampingan psikologis dimulai dari kategori ring 1 karena menunjukkan gejala klinis yang cukup berat termasuk juga kepada pendamping asrama yang beberapa di antaranya terdampak secara emosional. Karena mengenal dan mendampingi korban selama proses di asrama.
“Kami memberikan motivasi, mengajak mereka agar lebih berfokus, kemudian kami ajarkan juga teknik stabilisasi emosi dengan relaksasi pernafasan, ” ujarnya.
LPKA UMY membagi kelompok ring 1 menjadi ring 1a dan ring 1b, masing-masing didampingi oleh konselor dengan metode group therapy. Pendampingan ini dilakukan dengan tujuan memberikan dukungan emosional kepada mereka yang sangat dekat dengan korban.
BACA JUGA : Kronologi Mahasiswa UMY Loncat dari Lantai 4 Asrama hingga Meninggal Dunia
Hasil screening psikologis yang dilakukan oleh konselor UMY menunjukkan bahwa mahasiswa dan pendamping asrama dinilai sangat membutuhkan pendampingan khusus.
“Karena saya melihat banyak emosi-emosi yang muncul, di akhir bahkan ada yang cukup lama butuh physical touching, dipeluk oleh konselornya cukup lama. Itu menandakan bahwa mereka sangat butuh dukungan dan alhamdulilah mereka juga terbuka untuk bercerita,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Polri Klaim Selesaikan 3.326 Kasus Premanisme dalam Operasi Serentak
Advertisement

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo
Advertisement
Berita Populer
- Pendaftar Sekolah Rakyat Sonosewu dan Purwomartani Tembus 700 Orang, Dinsos Gelar Verifikasi Lapangan
- Cak Imin Resmikan SPPG BUMDes Tridadi Sleman
- Warga Kasihan Jadi Korban Penipuan Modus Balik Nama Sertifikat
- Viral Video Kritik Layanan Uji Kir Bantul, Dishub Bantah dan Ungkap Fakta Lapangan
- Kenaikan Suhu Bumi Memperparah Kondisi Penderita Lupus
Advertisement