Advertisement

Cempuro dan Semar, Mangga yang Tumbuh sejak era HB I dengan Tingkat Kemanisan Maksimal

Alfi Annisa Karin
Rabu, 13 Desember 2023 - 16:57 WIB
Arief Junianto
Cempuro dan Semar, Mangga yang Tumbuh sejak era HB I dengan Tingkat Kemanisan Maksimal Pohon mangga Semar di halaman di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. - Istimewa/Dokumentasi DPP Kota Jogja

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Pengelola Teknologi Perbenihan Bidang Pertanian DPP Kota Jogja, Rijkhy Syakur menjelaskan baik mangga Semar ataupun Cempuro memiliki nilai-nilai filosofis.

Mangga Semar diambil dari kata Sengir Madu Rasa. Mangga jenis ini punya bentuk buah yang sedikit lebih kecil dari buah mangga pada umumnya. Ada juga semacam benjolan seperti dahi. Jika matang, mangga akan berwarna kekuningan. "Nilai brix-nya [tingkat kemanisan] di angka 15. Cukup tinggi untuk buah mangga," katanya.

Advertisement

Sementara itu, mangga Cempuro yang hidup di lingkungan Kraton diibaratkan sebagai benih laki-laki.

Batang pohonnya pun besar, bahkan kelilingnya lebih besar dari panjangnya dua lengan orang dewasa.

Mangga jenis ini memiliki bunga berwarna putih. Lalu, ada juga tanaman lain yang diibaratkan sebagai benih perempuan dengan bunga berwarna merah.

Jika keduanya tumbuh di satu tempat, maka diharapkan akan tumbuh penerus Kraton yang baik dan berwibawa. "Dari segi buahnya kalau Cempuro ada selaput warna putih di kulit buahnya. Tingkat kemanisasnnya cukup tinggi hingga 17 brix. Itu cukup tinggi untuk mangga. Untuk ukuran normal, seperti mangga pada umumnya," kata dia, Rabu (13/12/2023).

Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kota Jogja mendaftarkan dua varietas mangga yang tumbuh di lingkungan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk mendapatkan sertifikasi.

Uniknya, masyarakat percaya, mangga ini sudah hidup sejak masa kepemimpinan Hamengku Buwono I dan Hamengku Buwono IV. Keduanya adalah mangga jenis Cempuro dan Semar.

Sertifikasi

Kabid Pertanian DPP Kota Jogja Eny Sulistyowati menjelaskan sertifikasi dua varietas mangga ini menjadi upaya pelestarian kekayaan hayati khas DIY. Menurutnya, ini juga tak beda jauh dengan upaya pelestarian cagar budaya.

Apalagi, mangga Semar dan Cempuro tumbuh di lingkungan Kraton Ngayogyakarta dan jumlahnya tinggal sedikit.

Buah sebelumnya akan melewati proses identifikasi. Mulai dari fisik hingga kandungan di dalamnya yang diuji di laboratorium. Semua dilakukan secara detail. Bahkan, saking detailnya proses keluarnya sertifikat dari Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (P2VTPP) memakan waktu hingga dua tahun. "Kalaupun memang tidak ada yang menyamai dari daerah lain, akan jadi varietas asli Jogja," kata Eny.

Saat pertama kali melihat mangga Semar dan Cempuro di Kraton, Eny mengaku kondisi batang pohon bahkan sudah keropos.

BACA JUGA: Budidaya Mangga Lokal Gunungkidul Kalah Saing dengan Jenis Impor

Ada juga pohon yang sudah tertutup benalu hingga batang pohon tak lagi terlihat. Proses perawatan pohon seperti penebangan juga dilakukan layaknya tanaman biasa.

Padahal, pohon mangga itu sejatinya sarat akan nilai sejarah dan budaya. Eny mengatakan, jika sudah teridentifikasi, nantinya dilakukan pengembangan. Ini sebagai sampel lantaran pohon mangga Semar dan Cempuro kini terbatas jumlahnya. "Pohon induknya hanya ada tiga titik. Di Kraton, Alun-Alun Kidul, dan di dalem-nya Gusti Yudho. Karena ini ada tiga, mau tidak mau kita harus menyediakan lahan untuk pengembangannya," jelasnya.

Setelah berhasil mendapat sertifikat dan diklaim menjadi mangga khas DIY, Mangga Semar dan Cempuro akan kembali disebarluaskan. DPP Kota Jogja juga turut akan menggandeng para kelompok tani. "Kami ingin keanekaragaman hayati kekayaan tetap dilestarikan untuk keturunan kita. Kalau kita tidak peduli lalu siapa lagi," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kerusakan Akibat Gempa Garut Terjadi di Empat Kabupaten, Terparah Bandung

News
| Minggu, 28 April 2024, 19:57 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement