Advertisement

Harga Hewan Ternak di Gunungkidul Anjlok sampai Rp2 Juta, Ini Penyebabnya

Andreas Yuda Pramono
Rabu, 27 Desember 2023 - 14:47 WIB
Arief Junianto
Harga Hewan Ternak di Gunungkidul Anjlok sampai Rp2 Juta, Ini Penyebabnya Ilustrasi sapi. - freepik

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul menegaskan harga hewan ternak khususnya sapi di Gunungkidul turun. Penurunan tersebut diakibatkan sulitnya pakan ternak akibat musim kering yang panjang.

Staf Non Ruminansia Bidang Bina Produksi DPKH Gunungkidul, Sarwanto mengatakan sulitnya pakan ternak menyebabkan sapi-sapi di Bumi Handayani kurus. Hal ini praktis menurunkan harga jual sapi-sapi itu sampai Rp2 juta.

Advertisement

“Peternak mau jual sapi dengan tanen [jual beli antara peternak dengan pedagang] karena kurus jadi harga turun,” kata Sarwanto, Rabu (27/12/2023).

Sarwanto menambahkan hampir semua peternak menjual sapi ke pedagang, tidak langsung ke pasar. Dari pedagang inilah sapi dapat dijual ke pasar dengan peminat yang ada. Dia menerangkan sapi di Gunungkidul kebanyakan memakan jerami, jagung, dan rumput kalanjana.

Dia menjelaskan anak sapi atau pedhet dengan kualitas baik memiliki harga tinggi karena masih dapat dikembangkan sehingga memiliki harga jual sekitar Rp15 juta-Rp20 juta.

Di Gunungkidul terdapat dua pasar hewan besar yaitu Siyono, Wonosari dan Munggi, Semanu. Pasar Hewan Siyono buka ketika penanggalan Wage. Sedangkan di Munggi buka ketika Kliwon.

Harga Timbang

Subkoordinator Ruminansia DPKH Gunungkidul, Sunarto mengatakan penjualan hewan ternak seperti sapi dapat menggunakan dua cara yaitu harga tafsir dan timbang. “Sapi kalau ditimbang pakai berat hidup kadang tidak masuk harganya. Maksudnya kalau performa sapi itu bagus karena masih muda dan bisa dikembangkan, itu harganya bisa beda kalau menggunakan harga tafsir,” kata Sunarto. 

Tetapi jika sapi tersebut diperuntukkan untuk dipotong, maka penjual akan menggunakan harga timbang. 

Sapi jantan bakalan dengan kondisi bagus berumur 7 bulan dapat mencapai Rp20 juta. Sedangkan sapi betina bakalan berumur 10 bulan dapat mencapai harga jual Rp14 juta. Namun sekarang turun mencapai angka Rp2 juta. 

Kepala Bidang Kesehatan Hewan DPKH Gunungkidul, Retno Widyastuti mengatakan guna memastikan sapi yang dijual di dua pasar hewan aman, DPKH terus melakukan pengecekan kesehatan dengan menempatkan petugas di pasar tersebut. 

Salah satu hal yang masih sulit dilakukan adalah mengubah pola pikir masyarakat bahwa mutasi kepemilikan sapi perlu dilaporkan ke DPKH. Kata Retno, masih banyak peternak yang tidak melaporkan transaksi jual-beli ke DPKH.  “Kami masih menggelar program vaksinasi juga [untuk hewan ternak]. Desinfeksi juga, cairan untuk pecegahan preventif. Masyarakat tinggal minta saja di Puskeswan,” kata Retno.

Anggota Kelompok Ternak Margo Mulyo Banaran IV, Sabar membenarkan harga ternak turun khususnya sapi betina.  “Harga sapi turun. Rata-rata harga per ekor untuk betina turun Rp2 juta. Kalau sapi jantan atau pedangin turun tapi tidak begitu banyak,” kata Sabar. 

Menurut Sabar, harga tersebut turun karena musim kemarau panjang menyebabkan pakan sulit selain masih ada sisa penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) di beberapa hewan ternak di Gunungkidul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Jumlah Warga Palestina yang Tewas di Jalur Gaza Bertambah Menjadi 34.356 Orang

News
| Sabtu, 27 April 2024, 19:57 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement