Advertisement

Harian Jogja Gelar Talkshow Sinergi Pers Dukung Jogja Lestari dan Tanam Pohon, Ini Tujuannya

Catur Dwi Janati
Rabu, 21 Februari 2024 - 05:37 WIB
Abdul Hamied Razak
Harian Jogja Gelar Talkshow Sinergi Pers Dukung Jogja Lestari dan Tanam Pohon, Ini Tujuannya Suasana diskusi bertajuk Sinergi Pers Dukung Jogja Lestari dan Tanam Pohon di di Bumi Perkemahan Kleresede, Umbulharjo, Cangkringan pada Selasa (20/2/2024). - Harian Jogja // Catur Dwi Janati

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Memperingati Hari Pers Nasional, Harian Jogja menggelar talkshow bertajuk Sinergi Pers Dukung Jogja Lestari dan Tanam Pohon. Tak hanya menjalankan peran dalam ranah edukasi, indonesia dan kritik, Harian Jogja berupaya memantik kesadaran kolektif masyarakat untuk turut serta dalam pelestarian alam Jogja.

Harian Jogja bersama Djarum Foundation Astra Motor Yogyakarta, PT Jasamarga Jogja Solo, Wardah, Hotel Innside By Melia Yogyakarta, Lawson, Tri, Dinas Lingkungan Hidup dan kehutanan DIY, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Serayu Opak Progo dan Dynamix melakukan penanaman ratusan pohon di peringatan Hari Pers tahun ini.

Advertisement

BACA JUGA: Gelar Donor Darah, PWI Sleman Siapkan Doorprize Sepeda, Catat Tanggal Pelaksanaannya

Sebanyak 350 pohon dengan beragam jenis tersebut ditanam untuk mendukung upaya pelestarian alam. Langkah ini juga mendukung upaya DLHK DIY untuk meningkatkan kawasan hijau di Jogja.
 
Kepala Bidang Rehabilitasi dan Konservasi Alam DLHK DIY, Fery Maryulianti berpandangan keberadaan hutan tak bisa dipungkiri lagi perannya sebagai paru-paru dunia dan penyangga sistem kehidupan. Di DIY sendiri, kawasan hutan yang ada mencapai 19.035 hektare.

"Undang-undang 41 Tahun 1999 mengamanatkan untuk luas minimal hitam yang dipertahankan itu 30 persen. Sementara luas DIY ini ada sekitar 356.000 hektare, jadi kecil sekali untuk kawasan hutan di DIY," terang Fery pada Selasa (20/2/2024) di Bumi Perkemahan Kleresede, Umbulharjo, Cangkringan.

Kondisi ini membuat DIY ditopang oleh keberadaan hutan rakyat, hutan hak dan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Luas ketiganya mencapai 70.000 hektare di DIY. Meski terbilang luas, angka ini masih jauh untuk memcapai target 30 persen dari regulasi yang ditetapkan.

Karenanya upaya penanaman pohon coba terus dimasifkan DLHK DIY. Skema ini diharapkan mampu memenuhi target luas minimal kawasan hutan 30 persen tadi. Sementara dari segi kualitasnya, hutan yang ideal diungkapkan Fery adalah hutan yang tumbuhannya subur, tegakkannya bagus dan beragam aspek lainnya.

"Sekeliling hutan ini lestari, kemudian masyarakat di sekitar kawasan pun harapannya nanti sejahtera. Idealnya seperti itu," terang Fery.

Bila luas ideal kawasan hutan suatu daerah dipatok di angka 30 persen, luas ideal RTH minimal 20 persen dari luas wilayah. Meski jumlah RTH belum semua dipenuhi oleh Kabupaten dan Kota di DIY, namun kekurangan itu lanjut Fery bisa terpenuhi dari vegetasi lainnya. Misalnya keberadaa Bumi Perkemahan Kleresede, Umbulharjo, Cangkringan yang bisa menambah tutupan vegetasi di DIY.

"Jadi kami lebih ke penambahan tutupan vegetasi, entah itu dari RTH, entah itu dari hutan rakyat, entah itu dengan tutupan vegetasi lainnya seperti perkebunan dan lain sebagainya," ungkapnya.

Upaya penghijauan dan pemenuhan wilayah hijau di DIY tak bisa ditopang oleh DLH semata. Butuh peran dari berbagai elemen untuk membuat cakupan luasan wilayah hutan maupun RTH di DIY itu bisa terpenuhi.

BACA JUGA: Tour De Kotabaru Jadi Ajang Promosi Kawasan Wisata Premium dan Heritage di Kotabaru Jogja

Tak terkecuali peran pers. Wakil Ketua PWI DIY, Anton Wahyu Prihartanto menuturkan masyarakat pers bisa mendukung upaya kelestarian DIY melalui fungsi edukasi dan informasi. Pada dua fungsi tersebut, pers ikut berperan untuk mendorong terciptanya pelestarian alam.

"Pers juga harus ambil bagian turut mendukung, turut memberikan informasi dan mengdukasi kepada masyarakat," ungkapnya.

Penggundulan hutan atau penebangan pohon secara liar juga akan memberikan dampak bagi masyarakat. Maka dari itu pers lanjut Anton harus memberikan edukasi terkait dampak-dampak aktivitas negatif tersebut. 

"Harus memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana masyarakat itu bisa mulai dari sekarang untuk bisa menambah pohon," lanjutnya.

Satu atau dua pohon yang ditanam oleh masyarakat menurut Anton tak menjadi soal. Namun kesadaran kolektif masyarakat untuk bahu membahu melestarikan alam itu yang harus terus dibangun.

"Harus ada kesadaran kolektif masyarakat untuk menjaga lingkungan ini. Dengan penghijauan ataupun dengan yang lainnya. Temasuk dengan penanaman pohon ini air juga akan terselamatkan," tutur Anton.

Pembangunan kesadaran kolektif tentang menjaga kelestarian alam dinilai Anton harus dimulai dari sekarang. Edukasi kepada masyarakat bahwa menanam pohon akan membantu melestarikan lingkungan menjadi hal yang sangat penting dan vital saat ini.

"Gerakan ini harus terus digelorakan, harus dilakukan secara masif oleh masyarakat. Masyakarat harus diberi kesadaran bahwa dibiasakan kegiatan yang penting, bukan hanya saat ini tapi untuk masa yang akan datang, untuk anak cucu kita. Itu lah yang atau dilakukan pers untuk memberikan edukasi, memberikan informasi," tegasnya.

Pers lanjut Anton juga berperan untuk melakukan kritik apabila terjadi pelanggaran yang berdampak kerusakan alam. Misalnya bila ada aktivitas penebangan liar ataupun aktivitas perusakan lingkungan.

"Ya harus kita sampaikan bahwa itu sesuatu yang tidak dibenarkan. Peran pers sendiri seprrti itu. Jadi selain memberikan informasi juga memberikan edukasi temasuk memberikan kritik-kritik yang kira-kira kurang benar," tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Daftar Tanggal Merah Mei 2024, Ada 2 Kali Libur Panjang

News
| Minggu, 28 April 2024, 12:47 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement