Advertisement

Sejarah Berdirinya Masjid Aolia Gunungkidul, Mbah Benu Gunakan Pendekatan Budaya ke Masyarakat

Sunartono
Minggu, 07 April 2024 - 10:47 WIB
Sunartono
Sejarah Berdirinya Masjid Aolia Gunungkidul, Mbah Benu Gunakan Pendekatan Budaya ke Masyarakat Imam Jemaah Aolia bernama KH. Ibnu Hajar Pranolo atau akrab disapa Mbah Benu. - Harian Jogja/Andreas Yuda Pramono.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Jemaah Masjid Aolia Gunungkidul masih menjadi perbincangan publik setelah menetapkan Hari Raya Idulfitri lebih awal dibandingkan pemerintah. Sosok Imam Jemaah Aolia bernama KH. Ibnu Hajar Pranolo atau akrab disapa Mbah Benu pun menjadi trending di media sosial. Mbah Benu ternyata menggunakan pendekatan budaya dalam melakukan syiar kepercayaannya ke masyarakat.

Mbah Benu sempat membuat pernyataan bahwa dirinya telepon langsung ke Allah sebelum menetapkan hari Lebaran tersebut. Namun kemudian pernyataan itu diralat bahwa maksud dari telepon tersebut adalah pengalaman spiritual.

Advertisement

BACA JUGA : Jemaah Aolia Gunungkidul Gelar Salat Idulfitri Pagi Ini, Ikuti Perintah Mbah Benu

Sosok Mbah Benu memang sangat dikenal di tengah warga sekitar. Ia sudah tinggal di Dusun Panggang III, Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang Gunungkidul sejak 1980-an. Mbah Benu mengajarkan kepercayaannya menggunakan pendekatan budaya lokal, termasuk memulai membangun Masjid Aolia yang dimulai pada 1984 silam.

Hal itu tertuang dari hasil penelitian ilmiah Mohammad Ulyan mahasiswa Magister Pendidikan Agama Islam IAIN Puwokerto tahun 2017 berjudul berjudul Dekonstruksi Mitos Kanjeng Ratu Kidul dalam Pendidikan Akidah Perspektif KH Raden Ibnu Hajar Shaleh Pranolo 1942-Sekarang (2017).

Masjid Aolia memiliki ornamen klasik seolah telah ada sejak tahun 1800-an. Bentuk kubah masjid mirip kuali (priuk) terbalik menghiasi puncaknya. Variasi jendela bentuk lingkaran berdiameter 90 cm. Sebagian besar jendela dihiasi ornamen kaligrafi bermotif kuning dan hijau membuat grafis tampak kontras.

BACA JUGA : Jemaah Aolia Gunungkidul Lebaran Duluan, Ini Kata Kementerian Agama

"Dengan semangat dan kerja keras tersebut, tepat 2 tahun, 12 Agustus 1986 masjid selesai di bangun. Masjid diresmikan dengan cara nyentrik selama tiga hari, tiga malam berturut-turut yakni, 1) Pentas Orkes Dangdut Rakonsa dari Jogjakarta, 2) Pentas Tari dari Hotel Ambarukmo, 3) Atraksi Pencak Silat KH. Ibnu Hajar melawan Ibu Warini (istri KH. Ibnu Hajar), dan diakhiri dengan 5) Pengajian oleh Kyai Abu Tauhied MS (Pengasuh Ponpes Minhajul Muslimin, dari Sapen, Yogyakarta)," demikian tertulis di Tesis tersebut.

Tontonan orkes Dangdut sengaja dihadirkan agar menyedot perhatian khususnya anak muda. Sebagai media sosialisasi keberadaan masjid yang baru dibangun. Karena jika langsung diberikan pengajian di kala itu tahun 1984, maka orang sekitar yang belum terbiasa datang ke masjid akan enggan untuk datang.

"Ada alasan berkaitan dengan acara yang tidak lazim berkaitan dengan peresmian masjid. Masjid, menurut KH. Ibnu Hajar diharapkan dapat menjadi “rumah kedua” bagi masyarakat. Dangdut merupakan tontonan yang menyedot banyak orang, terutama anak-anak muda. Dalam konteks ini, pentas musik dangdut digunakan sebagai media sosialisasi keberadaan masjid yang baru saja selesai dibangun,"

"Demikian juga pentas tari dan pertunjukan wayang. Pertunjukan ini menyedot masyarakat penggemar wayang yang sebagian besar adalah orang-orang yang berusia lebih dari setengah baya. Mereka datang ke masjid untuk menyaksikan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk".

BACA JUGA : Khotbah Imam Besar Jemaah Aolia Gunungkidul, Mbah Benu: Jangan Mau Jadi Jangkriknya Setan

Adapun Tesis yang menuliskan tentang KH Ibnu Hajar Pranolo ini telah disidangkan di hadapan lima penguji Magister PAI IAIN Purwokerto pada 7 Februari 2018 silam. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Jakarta Tetap Ibu Kota Indonesia hingga Ada Penetapan Baru

News
| Senin, 29 April 2024, 23:17 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement