Advertisement

Promo November

Haedar Nashir: Ormas Keagamaan Tidak Boleh Jadi Benalu

Lugas Subarkah
Senin, 29 April 2024 - 16:47 WIB
Sunartono
Haedar Nashir: Ormas Keagamaan Tidak Boleh Jadi Benalu Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir (tengah kanan) dan Ketua Baznas RI, Noor Achmad (tengah kiri) dalam penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara PP Muhammadiyah dengan Baznas RI di Kantor PP Muhammadiyah, Jogja, Senin (29/4/2024). - ist PP Muhammadiyah

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Organisasi sosial kemasyarakatan berbasis agama harus memiliki kesadaran untuk berubah naik kelas, tidak boleh jadi benalu, dan harus mandiri dalam gerakan. Sebab tugasnya membangun keberdayaan umat.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir pada Senin (29/4/2024) dalam acara Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara PP Muhammadiyah dengan Baznas RI di Kantor PP Muhammadiyah, Jogja.

Advertisement

Umat, menurut Haedar harus dibangun mental muzakkinya, hal itu bisa dimulai dari membangun kesadaran ormas keagamaan supaya tidak jadi benalu yang menempel pada kekuasaan tanpa memiliki daya juang untuk mandiri.

BACA JUGA : Usai Putusan MK, Haedar Nashir Puji Sikap Kenegarawanan Paslon AMIN dan GAMA

“Ormas keagamaan jangan jadi benalu. Di tokoh-tokoh umat itu harus ada kesadaran baru, bahwa memberdayakan, mencerdaskan, memajukan, memberadabkan umat dan masyarakat itu menjadi sesuatu yang wajib,” katanya.

Mewujudkan umat dan bangsa yang unggul dimulai dari kesadaran di ormas yang tidak ingin menjadi benalu yang menempel di induk semang, tidak ingin bekerja keras, namun ingin tetap hidup.

Tugas yang diemban oleh Ormas keagamaan sebagai pemberdaya umat bisa dijalankan dengan sebaiknya, tidak malah sebaliknya yang bertugas memberdayakan yang terjadi justru memperdaya umat.

Oleh karena itu melalui program penyaluran dana ZIS, Haedar meminta supaya dilakukan pemetaan untuk menentukan gerakan menaikkan kelas umat, dari yang awalnya sebagai mustahik atau penerima zakat, menjadi muzakki atau yang mengeluarkan zakat.

Melalui penghimpunan dan penyaluran potensi zakat, infak, dan sedekah (ZIS) yang dilakukan menurut Haedar menjadi langkah peta jalan ormas Islam dalam membangun umat, dan itu sudah menjadi perhatian Muhammadiyah.

“Selama tidak ada progres ke situ, kita umat Islam itu dalam kekuatan-kekuatan umat akan jalan di tempat saja. Padahal kondisi umat kita masih berada di situasi-situasi struktural yang belum bisa beranjak,” katanya.

Melihat realitas umat Islam yang masih sering menjadi ‘objek penderita’, diperlukan rekonstruksi di dalam. Hematnya, jika umat Islam masih sebagai mustahik akan berdampak pada lemahnya sektor pendidikan, ekonomi, sosial, sampai politik.

Dalam membangun umat di sektor-sektor strategis tersebut, Muhammadiyah telah melakukan gerakan yang tidak hanya bersifat kerelawanan – filantropis, tapi sudah bergerak secara struktural – strategis membangun kekuatan umat.

Di hadapan Ketua Baznas RI, Noor Achmad dan jajaran, Haedar menyampaikan berbagai gerakan kebajikan yang dilakukan Muhammadiyah di sektor-sektor strategis di berbagai belahan Tanah Air Indonesia.

Guru Besar Ilmu Sosiologi ini menjelaskan, gerakan pemberdayaan umat yang dilakukan oleh Muhammadiyah selain dilakukan secara kultural, juga bersinergi dengan pendekatan struktural agar umat dan bangsa semakin maju.

“Ini harus perlu menjadi concern semuanya, hiruk pikuk politik dan segala macam itu dinamika bangsa dan negara. Tapi pada saat yang sama perhatian terhadap problem real masyarakat juga perlu menjadi concern bahkan umat, bangsa, dan bahkan partai politik,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Segera Menyusun Data Tunggal Kemiskinan

News
| Jum'at, 22 November 2024, 23:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement