SPSI Bantul Tolak Tapera, Dinilai Tak Sesuai dengan Kondisi Pekerja di Bantul
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL–Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Bantul menolak berlakunya program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). SPSI menilai program tersebut tidak sesuai dengan kondisi pekerja di Bantul.
Ketua SPSI Bantul Fardhanatun menyampaikan hingga saat ini belum mendapatkan informasi mengenai teknis pelaksanaan Tapera. Meski begitu, menurutnya, ada ketidakjelasan mengenai alokasi anggaran yang akan dikumpulkan melalui program tersebut.
Advertisement
“Kami menolak [Tapera]. Karena itu ujung-ujungnya uang yang terkumpul sekian banyak kita tidak tahu ke mana,” katanya, Minggu (2/6/2024).
Dia mengaku telah mendiskusikan mengenai program tersebut dengan serikat pekerjanya. Menurutnya, program tersebut tidak sesuai untuk diterapkan di Bantul.
Dia menuturkan pendapatan pekerja Bantul bila mengacu pada upah minimum kabupaten (UMK) Bantul hanya mencapai Rp2.216.463 ribu. Dia menuturkan saat ini ada sekitar 6-8 juta orang yang tergabung dalam SPSI, dari jumlah tersebut pekerja yang bekerja di perusahaan yang terdaftar di Disnaker telah mendapatkan upah sesuai UMK Bantul. Sementara menurutnya sebagian lain masih ada pekerja di Bantul yang bekerja pada beberapa UMKM yang mendapatkan upah di bawah UMK.
Baca Juga
Anak Pensiunan PNS Curhat soal Iuran Tapera 30 Tahun, Saldo Cuma Rp8 Juta tapi Sulit Cair
Iuran Tapera Ditolak di Sana-Sini, BP Tapera Coba Jelaskan Urgensinya
Kemenkeu Sebut Iuran Tapera Murni untuk Pembiayaan Perumahan Pekerja, Tak Masuk APBN
Dia menuturkan mengacu pada pasal 15 ayat 1 dan 2 PP No.21/2024 besaran simpanan peserta Tapera ditetapkan 3% dari gaji atau upah. Besaran tersebut terbagi atas 0,5% ditanggung pemberi kerja dan 2,5% wajib dibayarkan oleh pekerja.
Dia menilai potongan 2,5% dari gaji atau upah pekerja dengan gaji UMK Bantul, maka dia sangsi simpanan tersebut mampu menyediakan pembiayaan rumah terjangkau bagi pekerja di Bantul.
“Menurut kami mustahil, dengan kita dipotong 3 persen [untuk Tapera]. Hitungan kami sebulan enggak ada Rp100.000 [potongan untuk Tapera]. Setahun hanya kurang dari Rp1 juta,,” ujarnya.
Padahal menurutnya saat ini harga rumah di Bantul terbilang tinggi. Rata-rata menurutnya mencapai Rp250 juta-Rp300 juta per unit.
Selain itu, menurut dia sebagian besar pekerja di Bantul merupakan warga lokal, sehingga banyak di antaranya yang telah memiliki rumah warisan orang tua.
“Pekerja di Bantul rata-rata sudah punya rumah warisan dari orang tua. Sedikit sekali yang tidak punya,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Program WASH Permudah Akses Air Warga Giricahyo
- Jadwal SIM Keliling Gunungkidul Jumat 22 November 2024
- Jadwal SIM Keliling Ditlantas Polda DIY Hari Jumat 22 November 2024: Di Kantor Kelurahan Godean
- Jadwal Terbaru Kereta Bandara YIA dari Stasiun Tugu Jumat 22 November 2024, Harga Tiket Rp20 Ribu
- Jadwal dan Tarif Tiket Bus Damri Titik Nol Malioboro Jogja ke Pantai Baron Gunungkidul Jumat 22 November 2024
Advertisement
Advertisement