Advertisement
Produksi Bawang Merah Sleman Capai 64 Ribu Kg di Semester I Tahun 2025

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman mencatat produksi bawang merah selama semester I-2025 mencapai 648,35 kuintal atau 64.835 kilogram (kg). Angka produksi ini lebih tinggi daripada periode yang sama tahun lalu.
Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan DP3 Sleman, Eko Sugianto Ngadirin, mengatakan luas panen semester I-2025 mencapai 7,87 hektar (ha). Kapanewon Cangkringan menjadi wilayah dengan luas panen paling besar 2,1 ha disusul Godean 1,75 ha. Sedangkan, luas tanam semester I-2025 6,90 ha.
Advertisement
Apabila dihitung produktivitasnya, per ha dapat menghasilkan 82,38 kuintal atau 8.238 kg. Sementara produksi perode yang sama tahun lalu justru jauh lebih rendah. Semester I-2024 luas panen hanya 1,08 ha dan luas tanam 6,48 ha. Produksinya 93,20 kuintal atau 9.320 kg dengan rata-rata produktivitas 89,41 kuintal atau 8.941 kg per ha.
BACA JUGA: Kota Jogja Siapkan 3 Ribu Dosis Vaksinasi Rabies Gratis
Mengacu pada data semester I-2025, Eko menjelaskan rata-rata panen bawang merah basah dengan daun 15 ton atau 9 ton per ha apabila dikonversikan ke keadaan kering. “Hitungannya dari hasil ubinan,” kata Eko dihubungi, Rabu (20/8/2025).
Eko menambahkan ada sejumlah tantangan pengembangan pertanian bawang merah di Sleman. Tantangan itu berupa ketergantungan bibit yang berasal dari umbi yang mahal. Petani lebih senang menanam bibit yang berasal dari umbi karena bisa panen 60 hari setelah tanam. Hasil pecah umbi dari bibit juga bisa mencapai sekitar 8-12 umbi dalam satu rumpun bawang merah hanya dari satu bibit umbi.
“Peluang dari permasalahan itu adalah penumbuhan budidaya dengan bibit dari biji yang akan didemplotkan untuk menghasilkan benih umbi ke depannya,” katanya.
Musim hujan juga meningkatkan kerentanan tanaman bawang merah atas serangan penyakit jamur. Umbi menjadi busuk.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kalurahan Glagaharjo dan Kepuharjo, Deni Nur Fitriyanto, mengatakan tidak ada penanaman bawang merah di Kalurahan Kepuharjo, Cangkringan pada 2024. Hanya Kalurahan Glagaharjo yang menanam dengan luas tanam 1 ha.
Data DP3 pada 2024 juga menunjukkan luas tanam dan panen bawang merah di Kapanewon Cangkringan nol. “Karena memang tidak ada yang menanam bawang merah. Mulai ada petani yang menanam itu awal 2025,” kata Deni.
BACA JUGA: Gunungkidul Terapkan Perda Pemakaman, Ada Aturan Teknis hingga Larangan
Bawang merah sangat rentan dengan hujan dan kabut tebal. Ketinggian tempat, suhu udara, kelembapan sangat memengaruhi budidaya bawang merah. Kelembapan menyebabkan perawatan tanaman menjadi lebih banyak.
Menurut dia, anomali cuaca yang terjadi tahun lalu juga menjadi penyebab gagal panen bawang merah di sejumlah wilayah, termasuk Cangkringan. “Kalau Glagaharjo sendiri memang komoditas paling banyak tahun lalu itu cabai,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Konflik Israel-Palestina, Menlu Jerman: Tujuan Kita Jelas Solusi Dua Negara
Advertisement

Kebun Bunga Lor JEC Jadi Destinasi Wisata Baru di Banguntapan Bantul
Advertisement
Berita Populer
- Hingga Agustus 2025 Ada 114 Kasus Kebakaran di Bantul, Kebanyakan Penyebabnya Ini
- Talut Sungai Gajahwong Ambrol, Rumah Warga di Bantul Terancam
- Tak Punya Kartu Tani, Petani Bantul Tetap Bisa Tebus Pupuk Subsidi
- Lahan Pemakaman Penuh, DPRD Kota Jogja Siapkan Regulasi Makam Tumpuk
- Kodim Kulonprogo Siaga Kebencanaan Kala Anomali Cuaca Musim Kemarau
Advertisement
Advertisement