Advertisement

Kelurahan Sosromenduran Siapkan Lorong Sayur, Jadi Alternatif Wisata di Sumbu Filosofi

Alfi Annisa Karin
Senin, 10 Juni 2024 - 11:47 WIB
Ujang Hasanudin
Kelurahan Sosromenduran Siapkan Lorong Sayur, Jadi Alternatif Wisata di Sumbu Filosofi Pelatihan lorong sayur di Kelurahan Sosromenduran sebagai persiapan tambahan destinasi wisata di Sumbu Filosofi Kota Jogja, Senin (10/6/2024) - Harian Jogja - Alfi Annissa Karin

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA- Pemerintah Kelurahan Sosromenduran menggelar pelatihan lorong sayur di Aula Kantor Kelurahan Sosromenduran, Senin (10/6/2024). Kegiatan ini turut mengundang dua praktisi pertanian serta warga Kelurahan Sosromenduran. Peserta pelatihan diberi materi terkait menanam tanaman di wall planter dan cara membuat pupuk.

Lurah Sosromenduran Agus Joko Mulyono menuturkan lorong sayur tak hanya menjadi upaya ketahanan pangan, tapi juga mendukung Kelurahan Sosromenduran sebagai destinasi wisata. Sejak menjabat tahun 2019, Agus mengatakan lorong sayur sudah ada di wilayahnya. Kelurahan Sosromenduran, lanjut Agus, banyak terdapat lorong-lorong kecil. Bahkan, sebelumnya lorong itu sempit dan kumuh. Belum lagi dia menilai perselisihan sosial di wilayahnya cukup tinggi. Maka, dia lantas menginisiasi untuk membentuk lorong-lorong sayur. Di satu sisi lorong bisa dimanfaatkan sebagai lorong sayur, di sisi lain lorong sayur juga bisa menjadi sarana mendekatkan dan mengakrabkan warga.

Advertisement

"Kami menggandeng gapoktan, kelompok wanita tani, kami jadikan satu, kami bahas bareng. Akhirnya terciptalah lorong-lorong sayur," ujar Agus saat ditemui di Kantor Kelurahan Sosromenduran, Senin (10/6).

Agus menyebut lorong sayur menjadi salah satu upaya dalam mempertahankan ketahanan pangan di wilayah Sosromenduran. Dampak paling terasa adalah saat Covid-19 merebak beberapa waktu lalu. Dia mengaku tak bingung dalam memenuhi kebutuhan asupan warganya. Agus mengandalkan sayur dan buah yang ditanam warga di lorong-lorong sayur. Di sisi lain, ada juga dampak dari sisi ekonomi. Meski belum signifikan, tapi Agus mengatakan hasil panen lorong sayur sesekali dijual. Hasilnya, dikembalikan kepada anggota kelompok tani. Belum lagi, lorong sayur juga memberikan efek positif bagi lingkungan.

"Dampaknya sangat luas ketika menanam sayuran. Salah satunya juga udara di tengah kota menjadi lebih baik," imbuhnya.

Agus menambahkan, ke depan dia akan mendorong setiap RW atau kampung di Kelurahan Sosromenduran untuk punya lorong sayur. Sebab, lorong sayur di Sosromenduran tak hanya memberikan keuntungan dari sisi lingkungan maupun ekonomi. Lorong sayur, lanjutnya, juga bisa menguatkan Kelurahan Sosromenduran menjadi salah satu alternatif destinasi wisata di Kota Jogja. Letaknya yang berada di lingkup sumbu filosofi juga cukup strategis dan menguntungkan. Wisatawan nantinya diperkenankan untuk memetik hasil panen lorong sayur saat sudah tiba waktu panen.

"Kita membuat destinasi itu sebagai wujud pariwista, salah satunya dengan sistem lorong sayur ini. Pertama lorong sayur ini berjalan banyak warga yang saling kenal, saling gotong royong. Kemudian jadi indah, bagian dari keasrian lingkungan. Sehingga para wisatawan dengan datang di kampung kami lebih senang," ujarnya.

BACA JUGA: Banyak Sayuran di Lorong Jalan, Bausasran Didorong Menjadi Ekowisata

Penyuluh Pertanian Lapangan Kemantren Gedongtengen yang juga kepanjangan tangan dari Dinas Pertanian dan Pangan Kota Jogja, Essy Emiati mengatakan setidaknya sudah ada 5 titik lorong sayur di Kelurahan Sosromenduran. Sepanjang pengamatannya, sebagian warga terbilang sudah teredukasi dan punya semangat tinggi untuk turut beraktivitas di lorong sayur. Namun, sebagian lainnya masih ada yang kurang semangat atau bahkan kebingungan dalam mengelola lorong sayur.

Essy mengatakan rata-rata tanaman yang mudah tumbuh lah yang ditanam di lorong sayur. Misalnya, bayam, kangkung, hingga sawi. Namun, pada kelompok tani yang memang punya lahan tanah, biasanya juga ditanam cabai, tomat, hingga jagung.

"Kangkung, bayam, sawi biaa sebulan sekali panen. Kalau cabai, terong, tomat bisa 3 bulan sekali. Cabai bisa tumbuh sepanjang tahun, bisa hidup sampai dua tahun tergantung pemeliharaan," katanya.

Di sisi lain, Essy mengatakan dampak ekonomi yang terjadi tak terlalu signifikan. Namun, setidaknya warga bisa menghemat sedikit pengeluaran. Mereka bisa mengambil sayuran yang mereka tanam sendiri di lorong-lorong sayur.

"Efek ekonomi belum terlalu besar. Kita pasti kalah sama kabupaten yang punya lahan lebar. Efeknya terutama pada gizi keluarga, mengutamakan menghasilkan sayur yang lebih sehat. Kalau produksi sendiri bisa lebih sehat, lebih irit. Tinggal panen dari tempat sendiri," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Aset Tersangka Kasus DUgaan Korupsi Kemenkes Disita, Ada Robot hingga Rumah Rp30 Miliar

News
| Kamis, 04 Juli 2024, 16:17 WIB

Advertisement

alt

Harga Tiket Masuk Museum Benteng Vredeburg dan Jam Buka

Wisata
| Sabtu, 29 Juni 2024, 16:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement