Tak Cuma Plastik, Sampah Lautan di Gunungkidul Juga Berasal dari Jaring Nelayan
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Gunungkidul menyampaikan sampah yang berada di lautan Gunungkidul juga berasal dari jaring nelayan dan rumpon bekas nelayan. Hanya saja, angka pasti jumlah sampah tersebut belum ada.
Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP Gunungkidul, Wahid Supriyadi mengatakan sampah-sampah itu menganggu ekosistem laut. Dampaknya pada produksi nelayan. “Kalau menurut penelitian, ada sekitar 640.000 hingga 1 juta alat tangkap di seluruh wilayah perairan di Indonesia,” kata Wahid dihubungi, Senin, (8/7/2024).
Advertisement
Kata dia, sarana tangkap semestinya dikelola di daratan dan diolah lebih ramah lingkungan. Sebab itu, perlu ada kesadaran dari nelayan dalam menjaga kelestarian perairan di wilayah masing-masing.
Persoalan semakin sulit tatkala sampah plastik tidak dapat diurai dan berubah menjadi mikroplastik lalu dimakan ikan. Mikroplastik mengendap di tubuh ikan. Padahal, produksi ikan terdistribusikan di masyarakat.
“Studi menemukan bahwa masyarakat Indonesia mengonsumsi sekitar 15 gram mikroplastik per bulan. Sebagian besar partikel ini berasal dari sumber air,” katanya.
Sampah plastik, kata dia menjadi permasalahan khusus di mana penanganannya harus dilakukan terpadu dari hulu hingga hilir mulai dari sumber timbulan sampah hingga pengolahan sampahnya. Paling tidak, nelayan perlu menjaga lingkungan perairan di wilayahnya masing-masing.
BACA JUGA: Gegara Sampah Plastik, Produksi Perikanan Tangkap di Gunungkidul Turun hingga 80 Persen
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Gunungkidul, Rujimanto mengatakan jaring-jaring nelayan sering memuat sampah-sampah di lautan. Nelayan terpaksa memutus jaring ini agar mereka tetap dapat melaut. “Nelayan tidak kuat membawa sampah. Daripada kapal kami tenggelam,” kata Rujimanto.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gunungkidul, Antonius Hary Sukmono mengatakan sampah plastik di lautan Gunungkidul berasal dari banyak tempat. Penanganannya pun juga menjadi kewenangan Pemda DIY.
“Tetapi begini, kami ada program Pantai dan Laut Lestari. Ini bagian dari pembersihan di pantai. Kami sudah melakukan. Kalau di tengah laut, SDM [sumber daya manusia] dan sarana kami tidak punya,” kata Hary.
Adapun sampah yang berasal dari pelaku wisata juga dikelola oleh pemilik sampah. DLH juga telah membangun TPS3R di Kalurahan Kemadang. TPS3R ini mengakomodasi sampah dari kawasan pantai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Anies Baswedan Diprediksi Mampu Dongkrak Elektabilitas Pramono Anung-Rano Karno
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Ada 488 PNS Pensiun di Tahun Ini, Begini Harapan PJs Bupati Sleman
- Jadwal KRL Jogja Solo Terbaru, Kamis 21 November 2024, Naik dari Stasiun Tugu hingga Palur
- Jadwal KRL Solo Jogja Hari Ini, Kamis 21 November 2024, Berangkat dari Stasiun Palur, Jebres dan Solo Balapan
- Jadwal Kereta Bandara YIA, Berangkat dari Stasiun Tugu Jogja, Kamis 21 November 2024
- Diskriminasi Masih Marak, Jurnalis Perlu Mengadvokasi Kelompok Minoritas
Advertisement
Advertisement