Durasi Larangan Kendaraan Bermotor Masuk Malioboro Bakal Diperpanjang
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Perhubungan (Dishub) DIY bakal memperpanjang durasi pelaksanaan Malioboro semi pedestrian dari yang semula hanya tiga jam menjadi lima atau enam jam. Kebijakan ini ditempuh guna mengatasi kemacetan akibat pertumbuhan kendaraan yang signifikan di wilayah setempat terutama Kota Jogja.
Semi pedestrian Malioboro diterapkan beberapa tahun lalu dengan jam berlaku sejak pukul 18.00 WIB-21.00 WIB. Selama penerapannya, hanya bus Trans Jogja, kendaraan penanganan darurat dan kendaraan khusus yang boleh melintas di jantung Kota Jogja itu.
Advertisement
Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub DIY, Rizki Budi Utomo mengakui adanya rencana memperpanjang durasi Malioboro semi pedestrian. Ini merespons kondisi lalu lintas yang kerap padat di kawasan perkotaan terutama pada saat musim liburan, tak terkecuali Malioboro dan sekitarnya.
"Tahun ini kami akan coba perpanjang waktunya, nanti akan mulai dari jam 15.00 WIB atau 16.00 WIB sampai jam 21.00 WIB dari semula cuma dari 18.00 WIB sampai 21.00 WIB," kata dia, Rabu (18/9/2024).
Menurut Rizki, sejauh ini implementasi Malioboro semi pedestrian cukup sukses. Hanya saja masih terjadi kepadatan di seputaran kawasan yang menuju Malioboro seperti Titik Nol Kilometer, Jalan Mataram, Jalan Abu Bakar Ali sampai ke Jalan KH. Ahmad Dahlan.
"Maka yang akan kami evaluasi tentu kawasan itu apakah nanti diperlebar misalnya sampai Tugu. Jadi mungkin setelah perpanjangan waktu baru beralih ke zonasinya yang diperluas," ujarnya.
Dijelaskan, kawasan sirip Malioboro nantinya juga akan diatur ulang. Pihaknya akan berkoordinasi dengan Dishub Jogja untuk memetakan jalur sirip mana yang akan dijadikan satu arah dan dua arah, sehingga bisa menyambung ke jalur sirip lainnya di kawasan Malioboro.
"Yang bisa dilakukan hanya membatasi pergerakan kendaraan dan itu kami coba dengan semi pedestrian Malioboro," ujar dia.
BACA JUGA: SEMI PEDESTRIAN: Masuk Malioboro Motor Harus Dituntun
Di sisi lain, pihaknya akan mencoba memaksimalkan penggunaan Trans Jogja bagi masyarakat maupun wisatawan yang akan berkunjung ke pusat Kota Jogja dan lokasi lainnya. Ini merupakan strategi menarik dan mendorong yakni dengan menarik masyarakat untuk naik kendaraan umum serta mendorong pengendara secara sukarela beralih ke transportasi umum.
"Tetapi Trans Jogja ini kan paling hanya bisa menekan setengah saja dari pergerakan kendaraan harian," kata Rizki.
Hal lain yang mungkin bisa diterapkan untuk mengantisipasi kemacetan terutama di area perkotaan adalah dengan menerapkan tarif parkir yang mahal bagi kendaraan pribadi.
"Namun ini kan ranahnya kabupaten kota yang dibahas melalui DPRD masing-masing wilayah dan saya rasa itu akan efektif menekan pemakaian kendaraan pribadi," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Bawaslu Bakal Terapkan Teknologi Pengawasan Pemungutan Suara di Pilkada 2024
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Angka Kemiskinan Sleman Turun Tipis Tahun 2024
- Perluasan RSUD Panembahan Senopati Bantul Tinggal Menunggu Izin Gubernur
- Gunungkidul City Run & Walk 2024: Olahraga, Pariwisata, dan Kebanggaan Daerah
- Resmi Diluncurkan, 2 Bus Listrik Baru Trans Jogja Bertahan hingga 300 Km Sekali Isi Daya
- Kemiskinan Sleman Turun Tipis, BPS Sebut Daya Beli dan Inflasi Jadi Biang
Advertisement
Advertisement