Advertisement

Tertinggi Nasional, IPM Kota Jogja Terus Ditingkatkan

Media Digital
Senin, 07 Oktober 2024 - 05:37 WIB
Arief Junianto
Tertinggi Nasional, IPM Kota Jogja Terus Ditingkatkan Ilustrasi. - Harian Jogja

Advertisement

JOGJA—Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Jogja 2023 merupakan yang tertinggi di level nasional. Bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi menjadi fokus Pemkot Jogja dalam program peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Kota Jogja.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, pada 2023 IPM Kota Jogja sebesar 88,61, naik 0,61 dari tahun sebelumnya dan merupakan yang tertinggi secara nasional.

Advertisement

IPM ini dipengaruhi oleh empat variabel, yakni Usia Harapan Hidup (UHH), Harapan Lama Sekolah (HLS), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), dan Pengeluaran Riil Per Kapita. Dari pendataan terakhir, UHH Kota Jogja mencapai 75,52 tahun; HLS 17,62 tahun; RLS 12,11 tahun; dan Pengeluaran Riil Per Kapita Rp19,920 juta per tahun.

Untuk memastikan empat variabel tersebut optimal, Pemkot Jogja fokus menguatkan bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi.

Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Kota Jogja, Agus Salim, menjelaskan dalam bidang kesehatan, Pemkot Jogja berupaya agar masyarakat menghindari sakit dengan pola hidup sehat. “Jadi, kegiatan promotif dan preventif harus menjadi menu rutin,” ujarnya, Rabu (2/10/2024).

Dalam pengobatan, Pemkot Jogja mengupayakan Universal Health Coverage (UHC) 100%. Terdapat tiga skema penanganan kesehatan ini, pertama masyarakat secara mandiri atau dikover dari tempat mereka bekerja.

Kedua, dijamin Pemerintah Pusat melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dan ketiga dibantu oleh Pemkot Jogja. Dari sisi fasilitas layanan kesehatan pun di Kota Jogja cukup banyak, tersebar rata di setiap wilayah. “Aksesibilitas terhadap kesehatan cukup bagus, Kota Jogja itu kota kecil, fasilitas kesehatannya banyak. Tidak hanya milik pemerintah, tapi yang swasta juga banyak,” katanya.

Di bidang pendidikan, HLS mendekati 18 tahun yang berarti masyarakat Kota Jogja saat ini menghabiskan rentang waktu tersebut untuk mengenyam pendidikan. “Kalau dihitung rata-rata sudah lulusan S2,” kata dia.

Sedangkan RLS angkanya lebih rendah karena segmennya adalah penduduk usia 25 tahun ke atas, sehingga pendidikan yang dimaksud adalah non formal, seperti kejar paket. “Itu termasuk lansia juga. Tapi tetap ditingkatkan juga,” ujarnya.

Peningkatkan HLS dan RLS merupakan domain Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Jogja, dengan menguatkan sarana dan prasarana sekolah, penguatan guru dan tenaga pendidikan serta penguatan sekolah inklusif.

Untuk mendukung sarana dan prasarana (sarpras), operasional sekolah dan perluasan akses sekolah pada masyarakat miskin, disediakan beberapa skema seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS) baik Pusat maupun daerah dan Jaminan Pendidikan dari Pusat dan daerah. “Kalau di Pusat ada Program Indonesia Pintar, di daerah ada Jaminan Pendidikan Daerah [JPD]. JPD ini lebih segmented, kalau BOS ke sekolah sesuai jumlah peserta didik. Kalau JPD yang memang diasesmen dari kalangan miskin dan rentan miskin,” ujarnya.

Tumbuh Positif

Untuk Pengeluaran Riil Per Kapita, jika dirata-rata per bulan masyarakat Jogja mengeluarkan Rp1,66 juta, tertinggi di DIY. Angka ini merupakan jumlah pengeluaran masyarakat untuk kebutuhan konsumsi, sehingga tidak termasuk pengeluaran untuk investasi. Menariknya, angka Pengeluaran Riil Per Kapita Kota Jogja hanya terpaut kecil di bawah Jakarta.

“Padahal kalau dilihat Jakarta lebih banyak pengeluarannya. Tapi ini rata-rata, tidak hanya segmen bawah,” katanya.

Kondisi perekonomian di Kota Jogja juga cenderung naik pada lima tahun terakhir (2019-2023). Hanya saja, pada 2020 laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Konstan 2010 mengalami kontraksi yang cukup signifi kan hingga di angka -2,42.

Pada 2021, ekonomi Indonesia mulai bangkit, bahkan, nilai PDRB atas harga konstan pada tahun tersebut tumbuh positif di atas 5%. Pertumbuhan ekonomi Kota Jogja mencapai 5,08% pada tahun 2023 dengan ditandai oleh pertumbuhan positif pada seluruh lapangan usaha pendukungnya. “Pariwisata menjadi leading sector, pendidikan mengikuti. Kalau pariwisata banyak lapangan usaha yang involve, mulai dari akomodasi menginap, makan minum, jasa pariwisata dan sebagainya. Di level komunitas ada kampung wisata,” ujarnya. (BC)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Israel Targetkan Serangan Udara di Lebanon Selatan

News
| Senin, 07 Oktober 2024, 10:17 WIB

Advertisement

alt

Staycation di Hotel Masih Ngetren, Simak Tipsnya

Wisata
| Kamis, 03 Oktober 2024, 21:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement