Advertisement

Gandeng Gendong Jadi Percontohan Pembiayaan Alternatif

Lugas Subarkah
Jum'at, 11 Oktober 2024 - 07:47 WIB
Sunartono
Gandeng Gendong Jadi Percontohan Pembiayaan Alternatif PJ Walikota Jogja, Sugeng Purwanto (Tengah), menerima kunjungan perwakilan APEKSI, di Balaikota Jogja, Rabu (2/10/2024). - ist Pemkot Jogja

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Pemkot Jogja menjadi rujukan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) sebagai Best Practice dalam Pembiayaan Alternative Pembangunan non APBD. Salah satunya melalui inovasi Gandeng Gendong yang telah berjalan sejak tahun 2018.

PJ Walikota Jogja, Sugeng Purwanto, menjelaskan pada dasarnya Gandeng Gendong merupakan gerakan bersama yang melibatkan seluruh elemen pembangunan, dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan ekonomi masyarakat.

Advertisement

“Keterlibatan unsur 5K, yaitu Kota, Kampung, Kampus, Komunitas dan Korporat menjadi satu strategi dalam pembangunan di Kota Yogya. Di mana proses dari hulu ke hilir tidak ada yang terlewat,” ujarnya saat menemui perwakilan APEKSI di Balaikota Jogja, Rabu (2/10/2024).

Dengan luas wilayah yang terbatas, Kota Jogja dituntut untuk menjadi kota yang kreatif dengan sumber daya yang dimiliki. Terutama sumber daya manusianya yang harus terus kreatif dan inovatif “Keterbatasan itu justru menjadikan sumber daya manusianya sangat kreatif, dibuktikan dengan Indeks Pembangunan Manusia di Kota Jogja menjadi yang tertinggi secara nasiona,” katanya.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Jogja, Agus Tri Haryono, megatakan Gandeng Gendong lahir untuk mengakselerasi penanganan kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan beragam permasalahan perkotaan lainnya.

“Prinsipnya unsur 5K ini saling menggandeng dan menggendong, di mana yang kuat akan saling menggandeng unsur lainnya yang belum terlalu kuat untuk digendong. Jadi dari sini akan ada siklus yang terus berputar, di dalam proses pembangunan Kota Jogja,” jelasnya.

Agus menyatakan setiap program pembangunan Kota Yogya selalu melibatkan unsur 5K tersebut. Mulai dari proses perencanaan melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang), pelaksanaan program hingga evaluasinya.

“Setiap tahun dilakukan Musrenbang tematik dari aspek sosial, ekonomi, pendidikan dan lainnya secara berjenjang dari kelurahan, kemantren dan kota. Dengan melibatkan semua unsur 5K dan afirmasi kepada kelompok rentan yaitu lansia, perempuan, anak dan disabilitas,” ujarnya.

Berbaga program Gandeng Gendong tidak hanya bersumber dari APBD saja tapi juga peran korporasi melalui program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan (TSLP). Pada akhir tahun 2023, realisasi program TSLP Gandeng Gendong di Kota Jogja mencapai sekitar R5,1 miliar.

Perwakilan APEKSI, Heffy Octaviani, menyampaikan Pemkot Jogja menjadi contoh praktik baik dalam pembiayaan alternatif pembangunan non APBD. Terutama dalam menciptakan peningkatan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat, melalui kerja sama dengan berbagai stakeholder termasuk korporasi.

“Kami juga telah melakukan kunjungan lapangan atas beberapa hasil dari program Gandeng Gendong. Seperti pemberdayaan masyarakat di Bendung Lepen, peningkatan pendapatan UMKM melalui Nglarisi dan lainnya. Tentu ini menjadi satu rujukan yang luar biasa agar bisa direplikasi pemerintah kota lainnya di Indonesia,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Menlu: 2 Tentara Indonesia Luka Ringan Akibat Serangan Israel

News
| Jum'at, 11 Oktober 2024, 09:17 WIB

Advertisement

alt

Patung Gajah Mada Diletakkan di Dasar Laut untuk Tarik Minat Wisatawan

Wisata
| Jum'at, 11 Oktober 2024, 00:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement