Artjog 2025 Mulai Disosialisasikan, Ajak Seniman dan Penikmat Seni Ikut Ramaikan Lebaran Seni
Advertisement
JOGJA—Artjog mengajak seniman dan penikmat seni untuk meramaikan agenda tahunan tersebut pada 2025 di segala sisi. Berpartisipasi dalam Artjog 2025 tidak selalu sebagai seniman yang mendaftarkan karyanya, tetapi bisa membuat acara di sekitar arena Artjog, yakni di Jogja Nasional Museum.
CEO Artjog, Heri Pemad mengatakan keterlibatan untuk meramaikan seni bisa dengan cara merespons dan mendukung Lebaran Seni tersebut. Semua bisa ikut merayakan peristiwa seni ini dengan membuat peristiwa di Jogja dan sekitarnya. “Merespons dengan membuat event di sekitar Artjog 2025, menjadi sesuatu yang lebih lengkap dan beragam. Enggak harus berupa [kegiatan] seni rupa, enggak hanya seni, mungkin bisa menyulap acara di luar dugaan menjadi lebih berseni,” kata Pemad dalam Sosialisasi Artjog 2025 Motif: Amalan di Pendopo Ajiyasa, Jogja National Museum, Kota Jogja, Rabu (20/11/2024).
Advertisement
Sementara untuk seniman yang hendak berpartisipasi dalam pameran, sosialisasi Artjog 2025 yang lebih awal agar peserta bisa menyiapkan karyanya dengan matang.
Pemad mengatakan di gelaran yang sudah ke-18 tersebut, masih sering mendapat pertanyaan terkait karya yang masuk. “Setiap tahun ada sosialisasi, kami berharap seniman muda bisa ikut proses seleksi, dengan melihat informasi yang ada di media kami. Mari berkarya lebih baik lagi, dalam menyambut lebaran seni Artjog 2025 nanti,” katanya.
Artjog 2025 dijadwalkan berlangsung dari Juni-Agustus 2025. Untuk memberikan gambaran tema dan lainnya, Artjog menghadirkan narasumber dalam sosialisasi yaitu Hendro Wiyanto (Kurator Tamu Artjog 2025); Ade Darmawan (seniman, kurator, dan anggota Ruangrupa); serta Singgih S. Kartono dan Santi Ariestyowanti (Penggagas Murakabi Movement). Artjog 2025, kata Pemad, bertema Motif: Amalan yang merupakan seri terakhir dari trilogi Motif.
Hendro Wiyanto mengatakan manusia melihat dunia dengan satu motif. Manusia tidak pernah hadir di dunia tanpa suatu motif atau gambaran tentangnya.
Motif sebagai tindakan tidak pernah tunggal. Seseorang bisa saja ingin bertindak A, tetapi justru yang terjadi B. Bahkan Tindakan B bisa diartikan secara berbeda oleh orang lain, yang semakin memperbanyak penafsiran.
“Hubungan individu dan kolektivitas serta masyarakat, bukan hubungan yang sederhana. Tema Amalan ini bukan sesuatu yang terlihat begitu saja, tetapi bisa dinilai dan penilaiannya pun bisa berubah-ubah. Apa yang diamalkan seniman tidak bisa dinilai oleh dirinya sendiri,” kata Hendro.
Ade Darmawan mengatakan bahwa seniman selalu memiliki tantangan yang berbeda setiap zamannya. Apabila makna seniman sebagai orang yang memproduksi karya visual, maka mesin hingga kecerdasan buatan bisa lebih bagus dan produktif. “Pertanyaannya, peran karya seniman itu apa? Daya ubahnya apa? Posisinya di mana? Itu yang membedakan seniman dan bukan,” katanya.
Di samping itu, seniman juga perlu mengombinasikan dimensi-dimensi lain dalam berkarya. Karya tidak selalu dipajang di sebuah ruang dengan cara konvensional. Justru seniman perlu memperkaya dimensi dalam berkarya.
“Kerja karya seni tidak hanya produksi citra, tapi juga relasi dengan dimensi lain, seperti sosial, ruang, waktu, dan sebagainya. Bagaimana itu ditantang, karya tidak pernah selesai, tapi tumbuh,” kata Ade.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Pemerintah Upayakan Iuran BPJS Kesehatan untuk Pekerja Migran
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Calon Jemaah Haji Kulonprogo Mulai Rekam Data Biometrik
- Tingkat Pengangguran Terbuka di Bantul Masih Tinggi
- Rintisan Kalurahan Gemar Membaca Diperbanyak di Sleman
- Jadwal Terlengkap KRL Solo Jogja Hari Ini, Rabu 20 November 2024, dari Stasiun Palur hingga Tugu Jogja
- Jadwal SIM Keliling Ditlantas Polda DIY Hari Rabu 20 November 2024: Di Kantor Kelurahan Godean
Advertisement
Advertisement