Advertisement

Genjot Produktivitas Sawah Tadah Hujan, DKPP Bantul Akui Masih Butuh Ratusan Pompa Air

Stefani Yulindriani Ria S. R
Rabu, 04 Desember 2024 - 20:57 WIB
Arief Junianto
Genjot Produktivitas Sawah Tadah Hujan, DKPP Bantul Akui Masih Butuh Ratusan Pompa Air Ilustrasi sawah. - Harian Jogja/David Kurniawan

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul mengakui masih membutuhkan ratusan unit pompa air untuk mendukung produktivitas lahan sawah tadah hujan di Bantul. 

Kepala DKPP Bantul, Joko Waluyo menyampaikan pompa air telah dimiliki oleh setiap gabungan kelompok tani (gapoktan) lahan sawah tadah hujan di Bantul.

Advertisement

Namun, setiap gapoktan rata-rata hanya memiliki satu pompa air. Padahal satu gapoktan terdiri dari sekitar 30 orang. Dia mengaku masih ada kebutuhan pompa air bagi petani tersebut. “Kebutuhan [pompa air] ratusan [unit], kebutuhan banyak,” ujarnya, Rabu (4/12/2024). 

Dia menuturkan selama ini pengadaan pompa air sebagian besar dari Pemerintah Pusat. Setiap tahun pengadaan pompa air dari pemerintah pusat mencapai ratusan unit. Pada 2024, ada 250 unit pompa air berbahan bakar gas yang disalurkan kepada petani. 

Sementara menurutnya, alokasi pengadaan pompa air untuk petani dari APBD masih minim. Setiap tahun rata-rata hanya sekitar 10 unit pompa air yang dibagikan kepada petani dari APBD. 

BACA JUGA: Petani Padi Lahan Sawah Tadah Hujan di Bantul Mulai Tanam Palawija

Dia mengaku pihaknya terus mengajukan usulan pengadaan pompa air kepada Pemerintah Pusat. Usulan tersebut diusulkan berdasarkan permintaan dari masyarakat. Dia berharap alokasi pompa air dari Pemerintah Pusat di tahun depan dapat meningkat dibanding dengan tahun ini. 

“Kami mengandalkan [pompa air] dari pusat selama ini, kami mengusulkan. Kami masih kekurangan mesin [untuk modernisasi pertanian] banyak sekali termasuk traktor, kita mengajukan banyak sesuai proposal yang masuk,” ujarnya. 

Joko menilai tambahan pompa air di lahan sawah tadah hujan sangat diperlukan. Hal itu lantaran di daerah tersebut sumber air sangat terbatas. Petani hanya dapat menanam ketika musim hujan. Di sana air perlu dipompa dari sumber air yang ada. 

Padahal di sana, pihaknya mencatat ada ratusan hektar lahan sawah tadah hujan. Dari lahan tersebut, produktivitas padi mampu mencapai 6-7 ton per hektar saat musim panen.  “Panen diperkirakan Maret 2025. Jadi ini terjadi kemunduran hujan, tanam pun mundur, panen mundur,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Sejumlah Kendaraan Hilang Tersapu Banjir Bandang di Sukabumi

News
| Kamis, 05 Desember 2024, 00:07 WIB

Advertisement

alt

Berkunjung ke Chengdu Melihat Penangkaran Panda

Wisata
| Sabtu, 30 November 2024, 21:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement