Advertisement

Promo Desember

Gelar Penanaman Pohon di Lereng Merapi, Mas Marrel: Selamatkan Air untuk Masa Depan

Abdul Hamied Razak
Kamis, 19 Desember 2024 - 00:47 WIB
Abdul Hamied Razak
Gelar Penanaman Pohon di Lereng Merapi, Mas Marrel: Selamatkan Air untuk Masa Depan Kepala Bebadan Pangreksa Loka, RM Gustilanthika Marrel Suryokusumo dmemperingati Hari Menanam Pohon bertema Merawat Alam Menyelamatkan Air untuk Kehidupan yang digelar di Tankaman Natural Park, Sleman, Rabu (18/12 - 2024). Ist

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN – Pemerintah dan masyarakat diharapkan memerhatikan sumber-sumber air dengan baik. Pasalnya, kebutuhan air akan menjadi permasalahan besar di DIY dalam 10 hingga 20 tahun mendatang jika tidak ditangani sejak sekarang.

Hal tersebut disampaikan Kepala Bebadan Pangreksa Loka, RM Gustilanthika Marrel Suryokusumo. "Permasalahan 10 hingga 20 tahun ke depan yang saat ini belum terlihat adalah air," ujar Mas Marrel di acara penanaman pohon Memperingati Hari Menanam Pohon bertema “Merawat Alam Menyelamatkan Air untuk Kehidupan” yang digelar di Tankaman Natural Park, Sleman, Rabu (18/12/2024).

Advertisement

Dia mengatakan, riset telah menunjukkan bahwa air dapat menjadi persoalan serius jika langkah mitigasi tidak segera dilakukan secara kolektif. "Karena masalahnya belum terlihat, jadi seolah kurang populer dan kurang mendapat perhatian. Padahal, pada 2022 dan 2023, beberapa wilayah seperti Wonokerto di Kaliurang Barat sudah mengalami dropping air saat musim kemarau," tambahnya.

Mas Marrel juga menekankan pentingnya menjaga kawasan lereng Gunung Merapi yang berfungsi sebagai water catchment area. Kawasan ini tidak hanya vital bagi Kabupaten Sleman, tetapi juga menjadi sumber air bagi masyarakat Kota Jogja, Bantul, hingga Kulon Progo.

"Kawasan ini sangat penting bagi Kraton Jogja, sehingga perlu kesadaran bersama antara masyarakat di Sleman, Jogja, Bantul, dan Kulon Progo untuk menjaga kelestarian air di Gunung Merapi," katanya.

Ia juga mendorong generasi muda untuk peduli terhadap permasalahan air. Menurutnya, kegiatan seperti penanaman pohon dapat menjadi langkah kecil yang berdampak besar di masa depan.

"Jika ada program di sini, saya harap melibatkan anak-anak SMP, SMA, atau mahasiswa. Ini kesempatan untuk menanamkan kesadaran sejak dini," ujar Mas Marrel.

Kepala BPDAS Serayu Opak Progo, Rochimah Nugrahini, mengatakan bahwa meskipun Tankaman Natural Park yang terletak di lereng Merapi sudah banyak ditumbuhi tanaman, tetap perlu ditambah dengan tanaman yang berfungsi untuk konservasi air.

Pada acara penanaman tersebut, ada 15 jenis tanaman yang ditanam untuk meningkatkan resapan air ke dalam tanah, seperti pohon pulai, alpukat, jambu, dan lainnya.

“Dengan menanam pohon-pohon ini, harapannya mata air akan tetap lestari. Bahkan, jika belum ada mata air, penanaman pohon secara massal dapat menumbuhkan mata air baru,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY, Kusno Wibowo, menambahkan bahwa wilayah Kaliurang, Hargobinangun, dan Kapanewon Pakem di Sleman merupakan bagian dari area DAS Progo dan Opak yang berfungsi sebagai daerah resapan air.

Oleh karena itu, pengelolaan daerah resapan air harus dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk masyarakat.

Kusno juga mengingatkan pentingnya nilai-nilai budaya dalam menjaga lingkungan. Filosofi "Memayu Hayuning Bawana" yang berarti menjaga dunia tetap indah dan lestari, merupakan nilai budaya yang melekat erat di masyarakat Yogyakarta dan berperan penting dalam menjaga kelestarian alam.

“Filosofi ini mengajak kita untuk senantiasa memelihara lingkungan sebagai bagian dari budaya Yogyakarta yang harus diwariskan kepada generasi mendatang,” ujarnya.

Acara penanaman pohon ini diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan. Sebanyak 50 jenis pohon ditanam dalam kegiatan tersebut sebagai bagian dari upaya pelestarian kawasan Lereng Gunung Merapi.

Kegiatan ini juga merupakan hasil kolaborasi antara Keraton Jogja, KLHK, dan sejumlah instansi terkait. Beberapa di antaranya adalah Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Kehutanan (BBPSIK), Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa, Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Jawa, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta, Balai Taman Nasional Gunung Merapi, Forum DAS DIY, hingga Balai Pengendalian Perubahan Iklim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pembayaran Iuran Pendidikan Mahasiswa UKDW Gunakan BCA Virtual Account

News
| Rabu, 18 Desember 2024, 22:37 WIB

Advertisement

alt

Targetkan 700 Ribu Kunjungan, Taman Pintar Hadirkan Zona Planetarium dan Dome Area

Wisata
| Sabtu, 14 Desember 2024, 21:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement