Advertisement

Sleman Barat Jadi Area Terparah Serangan Hama Tikus, Ini Rincian Lokasinya

David Kurniawan
Kamis, 26 Desember 2024 - 19:07 WIB
Arief Junianto
Sleman Barat Jadi Area Terparah Serangan Hama Tikus, Ini Rincian Lokasinya Ilustrasi hewan pengerat. - JIBI

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Area persawahan di wilayah Sleman barat menjadi lokasi terparah serangan hama tikus tahun ini. Pasalnya dari 235 hektare sawah terdampak, masyoritas berada di kapanewon di wilayah barat seperti Minggir, Godean, Moyudan dan sekitarnya.

“Memang lokasi di Sleman barat menjadi wilayah yang paling banyak diserang hama tikus. Secara total, kami mencatat ada sekitar 235 hektare yang terdampak dengan luas gagal panen sekitar 28 hektare,” kata Koordinator Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (PPOPT) Sleman, Hermanto, Kamis (26/12/2024).

Advertisement

Dia menjelaskan, serangan hama tikus paling banyak terjadi mulai dari Mei hingga pertengahan September 2024. Adapun sawah yang terdampak di antaranya di Kapanewon Minggir, dari luasan 1.256 hektare dengan area terserang seluas 120 hektare.

Akibat serangan ini ada laporan gagal panen atau puso seluas 14 hektare. Di Kapanewon Moyudan tercatat lahannya seluas 1.267 hektare, sawah terdampak hama tikus ada 64 ha dengan lahan puso sebanyak 13 hektare.

Selanjutnya serangan juga terjadi di Kapanewon Godean. Total sawah di kapanewon ini seluas 1.193 hektare, dengan laporan serangan hama tikus seluas 40 hektare dan lahan yang dilaporkan gagal panen seluas satu hektare.

BACA JUGA: Ratusan Hektare Sawah di Sleman Diserang Hama Tikus di 2024

Adapun di Kapanewon Gamping terdapat sawah seluas 789 hektare, dengan lokasi terdampak hama tikus lima hektare. Di kapanewon ini dilaporkan tidak ada lokasi yang terjadi kegagalan panen. “Untuk wilayah timur ada di Kapanewon Cangkringan dengan luasan sekitar enam hektare. Selain itu, juga ada spot-spot serangan lain di kapanewon lain, tapi jumlahnya relatif kecil,” kata Hermanto.

Ia berpendapat, wilayah Sleman barat menjadi lokasi terparah dikarenakan beberapa faktor. Salah satunya karena kurang masifnya upaya pengendalian dikarenakan kepercayaan Masyarakat tidak memperbolehkan membunuh tikus karena ada yang mengembalakan.

“Sudah kami sosialisasikan untuk pemberantasan hama, bahkan sampai memberikan bantuan obat pembasmi. Tapi, memang ada halangan dari faktor kepercayaan di Masyarakat sehingga upaya pengendalian belum optimal,” katanya.

Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman, Suparmono mengatakan, pihaknya terus berupaya agar panen bisa terus ditingkatkan. Salah satunya dengan mengoptimalkan program pengedalian hama tanaman.

Meski tidak menyebut rincian alokasi anggaran yang disedikan, Pram mengakui sudah menyiapkan kegiatan pengendali hama yang lebih massif di tahun depan.

Rencananya di 2025 diselenggarakan pelatihan teknologi agesia hayati sebanyak dua kali. Selanjutnya ada sekolah lapang Teknik pengendalian OPT sebanyak 12 kali.

Selain itu, juga ada gerakan pengendalian OPD sebanyak 80 kali. “Kami juga ada kegiatan penangana area terdampak perubahan iklim dengan gerakan pengendalian dan bimtek sebanyak 26 kali,” katanya.

Diharapkan dengan program ini, maka keberadaan hama tanaman bisa ditekan sehingga panen yang dihasilkan dapat ditingkatkan. “Tentunya program yang akan dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan ketahanan pangan di Sleman,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pengetatan Perjalanan Dinas Luar Negeri Bisa Hindari Kegiatan Muspra bagi Negara

News
| Kamis, 26 Desember 2024, 23:37 WIB

Advertisement

alt

Wisata Air Panorama Boyolali Jadi Favorit di Musim Libur Natal

Wisata
| Rabu, 25 Desember 2024, 17:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement