Advertisement

Pelaksanaan Makan Bergizi Gratis di Sleman, Petugas SPPG Tidur di Dapur

Andreas Yuda Pramono
Senin, 13 Januari 2025 - 21:47 WIB
Maya Herawati
Pelaksanaan Makan Bergizi Gratis di Sleman, Petugas SPPG Tidur di Dapur Siswa Kelas 2 SDN Sinduadi Timur, Dhamar dan Bilal, sedang sedang menikmati makanan program Makan Bergizi Gratis yang digelar di Kalurahan Sinduadi, Depok, Sleman, Senin (13/1/2025). - Harian Jogja - Andreas Yuda Pramono

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sudah mulai dilaksanakan di Kabupaten Sleman. Berikut ini gambaran pelaksanaannya.

Udara dingin setelah hujan semalaman perlahan pecah oleh panas knalpot kendaraan dan bisingnya deru mesin. Kendaraan-kendaraan melintasi Jalan Kaliurang Kilometer 5,8 dengan kecepatan berbeda-beda.

Advertisement

Beberapa kendaraan berderet mengantre di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Tidak ramai tapi tidak sepi juga.

Jarum jam analog Casio MTP-V004 masih menunjukkan pukul 06.35 WIB. Sebentar lagi, perempatan Kentungan akan berubah menjadi lintasan balap. Di sisi lain perempatan tersebut ada sebuah bangunan berwarna biru. Tampak tak ada aktivitas yang terjadi.

Harian Jogja tiba dan langsung menuju sisi timur bangunan tersebut. Pintu masih terkunci. Melalui kaca jendela tanpa gorden, tak tampak seorang pun. Satu ketuk, dua ketuk, tak ada jawaban.

Bangunan ini bukan rumah ataupun toko. Luasnya sekitar 485 meter persegi. Di dalamnya ada beberapa ruang dan satu ruang luas tempat perlengkapan dapur berada. “Yah,” kata Ridhlo yang akhirnya membuka pintu, Senin (13/1/2025).

Ridhlo keluar dengan muka lelah. Rambutnya tak keruan. Matanya yang sayu hanya berhias kacamata dengan frame berwarna hitam.

Ridhlo Juan Alfanani memiliki otoritas di Dapur Umum Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Komando Resort Militer (Korem) 072/ Pamungkas. Dia menjabat sebagai Kepala SPPG.

SPPG merupakan unit pelaksana program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang bertugas memasok makanan untuk penerima manfaat program. SPPG ditunjuk langsung oleh Badan Gizi Nasional (BGN).

Ridhlo tiba-tiba mendapat berondongan pertanyaan dari dua wartawan yang telah menunggu sejak tadi. Dia berkelit tidak dapat memberi statement ihwal pelaksanaan MBG hari pertama di Bumi Sembada. “Saya semalaman belum tidur dan belum mandi. Ini saya mau balik dulu. Nanti statement bareng-bareng saja dengan wartawan lain,” katanya.

Ia lantas menuju ke motornya, mengenakan helm, menghidupkan mesin lalu pergi melintas Jalan Kaliurang Kilometer 5,8. Akhirnya dia menjadi bagian dari rentetan kendaraan yang melintas sedari tadi.

Di sisi barat dapur umum ada sebuah mobil boks. Sebenarnya penampakan mobil itu biasa saja sebagaimana mobil boks lain. Hanya ketika penutup boks tersebut dibuka, mobil itu seketika tampak aneh. Ada semacam rak berderet.

BACA JUGA: Ternyata Ini Penyebab Lonjakan Harga Cabai di DIY

Pelaksanaan MBG

Pukul 08.50 WIB. Sebuah mobil berplat 732 - IV berwana hijau dengan logo bintang masuk halaman Dapur Umum. Komandan Kodim 0732/ Sleman, Letkol Inf Mohammad Zainollah turun dengan tongkat komando di tangan kanannya. Hari itu, dia akan ikut meninjau pelaksanaan MBG di sejumlah sekolah di Kabupaten Sleman.

Zainollah menuju ke mobil boks untuk mengecek persiapan makanan yang akan didistribusikan. Dia sedang menghitung sesuatu menggunakan tongkatnya yang terarah ke rak-rak yang berisi piring-piring stainless.

Begitu seterusnya, petugas dapur secara bergantian memuat piring-piring berisi makanan ke rak. Satu rak dapat memuat 10 piring. Destinasi pertama mobil boks tersebut adalah SD Negeri Sinduadi, Depok, Sleman.

Mobil tiba di sekolah pukul 09.17 WIB. Anak-anak tampak telah menunggu dari selasar lantai dua. Mereka berderet riuh. Petugas kemudian menata piring-piring di atas meja sebelum membagikannya ke siswa-siswi.

Dalam distribusi makanan tersebut tidak tampak kendala. Tak ada penolakan. Ketika makanan mulai masuk ke ruang kelas II, anak-anak begitu bersemangat. Beberapa dari mereka memainkan piring stainless tersebut.

Ada sekitar 31 siswa di ruang kelas tersebut. Satu di antaranya adalah Dhamar. Dia menyebut dirinya Dhamar Si Kriwil. Mungkin sebab rambutnya yang bergelombang dan tipis kemerahan. Sembari mengunyah tahu, Dhamar mengaku senang mendapat makanan tersebut. “Kalau pagi biasanya sarapan juga. Kadang nasi kadang pisang goreng,” kata Dhamar.

Teman sebangkunya, Bilal juga mengaku senang. Kelihatannya mereka berdua teman sepermainan. Minum susu dari paket makan itu pun kompak. Kompak juga meninggalkan tetes susu di bibir.

Di ruang kelas VI, Aulia Rahmadani, terpaksa menghentikan makannya karena harus menjawab pertanyan-pertanyaan wartawan. Ada simpul senyum kecil di sudut bibirnya ketika dia ditanya menu kesukaannya. “Ayam. Paling suka ayamnya,” kata Aulia.

Aulia mengaku rutin mendapat bekal dari orang tuanya. Biasanya bekal diantar ke sekolah pukul 12.00 WIB. Ihwal makanan program MBG, menurut dia porsi yang diberikan dalam satu piring cukup.

Aulia, meski telah mendapat makanan, masih tetap mendapt uang saku. Rata-rata, dia mendapat Rp5.000 dari orang tuanya. Uang saku ini kadang akan berubah menjadi risol dan nasi teri yang dijual di kantin sekolah.

“Habis ini kayaknya enggak ke kantin. Kenyang. Saya makannya juga sedikit sih. Pengin makan gratis ini lanjut terus. Menunya pengin yang ada ayamnya,” katanya.

Program MBG ini kali pertama digelar di DIY. Khusus Kabupaten Sleman, ada dua kapanewon sasaran pada hari pertama, yaitu Kapanewon Depok dan Cangkringan. Di Depok ada 1.312 penerima manfaat mulai dari TK hingga SMP. Adapun di Cangkringan ada 1.544 penerima manfaat dari 27 satuan pendidikan.

Berbeda dengan di Depok, pelaksana MBG di Cangkringan adalah mitra BGN. Bukan SPPG. Mitra mendistribusikan makanan katering ke sekolah-sekolah sesuai kesepakatan dengan BGN.

Dukung Program

Zainollah meminta agar setiap lapisan masyarakat dapat ikut mendukung pelaksanaan MBG ini. Tidak hanya itu, dia meminta saran atau masukan mengenai pelaksanaan MBG. “Jangan sampai anggaran pelaksanaan MBG ini disunat. Mari kita doakan program Presiden Prabowo ini yang nanti juga menyasar ibu hamil,” kata Zainollah.

Menurut dia, program MBG akan mengurangi beban orang tua dalam menyediakan makanan untuk anak. Ketika berinteraksi dengan anak-anak, Zainollah mendapat informasi pekerjaan orang tua beberapa siswa masuk kategori informal yang rentan seperti tukang ojek, penjual donat, hingga sayur keliling.

“Wakil Kepala Dapur sampai meneteskan air mata melihat adik-adik antusias menyambut kendaraan box. Kemarin sudah saya sampaikan juga penyiapan dapur ini pengorbanan mereka, Kepala Dapur dan anggota bekerja 1X 24 jam. Mereka tidur di dapur, sistem sif,” katanya.

Di dekat gerbang sekolah. Suki Gunadi sedang duduk di kursi kecil. Dia adalah pedagang makanan di kantin sekolah. Sudah lima tahun dia berjualan di sana. Sembari duduk, Suki Gunadi mengaku program MBG jelas akan memengaruhi penjualan di kantin. Meski begitu, dia akan tetap mendukung program tersebut. “Program pemerintah kan ini. Ya tidak apa-apa. Misal kalau ada nasi ya saya kurangi, nasi ini kan titipan,” kata Suki dengan suara yang sempat tercekat dan lirih.

Suki mengurangi dagangannya hingga 40% pada hari pertama MBG. Istilahnya, dia hanya mengetes ombak. Dia akan menambah dagangan apabila anak-anak tetap antusias jajan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Ini Alasan KPK Belum Menahan Hasto Kristiyanto

News
| Senin, 13 Januari 2025, 20:27 WIB

Advertisement

alt

Asyiknya Camping di Pantai, Ini 2 Pantai yang Jadi Lokasi Favorit Camping Saat Malam Tahun Baru di Gunungkidul

Wisata
| Kamis, 02 Januari 2025, 15:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement