Advertisement
Perayaan Imlek: Lengket Kue Keranjang, Keharmonisan Keluarga dan Simbol Keberuntungan
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Imlek semakin dekat, produksi kue keranjang di Kampung Tukangan, Danurejan, Kota Jogja mulai bergeliat. Ini cerita tentang salah satu produsen kue keranjang tertua di Jogja.
Sulistiyowati menjadi generasi ketiga di keluarga yang menjadi pembuat kue keranjang. Orang tuanya asli dari China. Sejak tahun 1965, keluarga Sulistiyowati sudah mulai membuat bak cang dan kue mangkok untuk sehari-hari. Khusus di serangkaian momen Imlek, produksi bertambah dengan kue keranjang.
Advertisement
Kue keranjang menjadi pelengkap saat sembahyang. Pemesanan biasanya berlangsungnya jauh sebelum puncak perayaan Imlek. Di samping untuk sembahyang, banyak pula umat Tionghoa yang menjadikan kue keranjang sebagai oleh-oleh atau buah tangan tetangga dan sanak keluarga.
Dari sisi bahan, kue keranjang terbuat dari bahan utama tepung beras ketan serta campuran gula pasir. Proses pemasakan makanan tersebut sekitar delapan jam. Menjelang imlek, pesanan kue keranjang di sini berasal dari banyak daerah, seperti DIY dan Jawa Tengah.
“Dalam sehari, sekarang bisa memproduksi ratusan kue keranjang dengan berbagai ukuran," kata Sulistiyowati. “Sehari bisa sampai 200 kg.”
Saat sudah matang dan melalui semua proses, kue keranjang berwarna cokelat dan berbentuk balok lingkaran. Bentuk tersebut berasal dari cetakan aluminium. Rasa kue keranjang cenderung manis dan bertekstur kenyal-lengket.
Kue keranjang memiliki makna untuk menyatukan anggota keluarga. “Bentuknya bulat, buan yen, mempersatukan keluarga-keluarga. Sama untuk sembahyang kepada leluhur,” katanya.
Dalam produksi kue keranjang, Sulistiyowati biasanya dibantu enam karyawan. Pembagian kerja mulai dari mencampur bahan, mengolah, hingga mengemas. Kue keranjang dengan brand Nyonyah Seneng ini dijual seharga Rp325.000 untuk sepaket. Dalam satu paket, berisi lima tumpuk kue keranjang.
Keharmonisan dan Keberuntungan
Berbicara tentang kue keranjang, maka bisa terkait dengan banyak jenis legenda. Salah satu yang erat terkait dengan legenda Dewa Dapur. Dahulu kue keranjang menjadi sesembahan untuk dewa-dewa tersebut, yang diyakini oleh masyarakat Tionghoa berada di setiap rumah.
Konon, setiap tahunnya Dewa Dapur akan melaporkan berbagai hal kepada Kaisar Giok terkait dengan empunya rumah tempat Sang Dewa tinggal. Untuk mencegah Sang Dewa mengatakan hal-hal buruk, maka si pemilik rumah akan mempersembahkan kue keranjang yang legit dan lengket. Tujuannya agar mulut Dewa Dapur terkatup rapat sehingga tidak melaporkan hal-hal buruk kepada Kaisar Giok.
Asal-usul kue keranjang atau Nian Gao juga diceritakan dalam sejarah perang di China, yang sudah ada sejak 2.500 tahun yang lalu. Cerita tersebut menyebutkan bahwa Nian Gao sudah ada sejak meninggalnya politikus sekaligus Jenderal perang dari Kerajaan Wu, yaitu Wu Zixu.
Setelah Wu tewas, Raja Yue yang bernama Goujian menyerang Ibu kota Kerajaan Wu dan menyebabkan banyak tentara terjebak di dalam tembok besar kota tersebut. Para tentara yang kelaparan itu, tidak memiliki persiapan makanan dan banyak tentara kemudian tewas akibat kelaparan.
Para prajurit yang selamat kemudian mengingat perkataan mendiang Jenderal Wu, bahwa jika para prajurit membutuhkan makanan, mereka harus menggali tepi tembok kota sedalam tiga kaki untuk bisa mendapatkan makanan. Para prajurit melakukan pesan tersebut.
Ternyata fondasi dari tembok kota adalah balok yang terbuat dari nasi ketan. Sehingga tembok dapat berdiri kokoh dan lengket ke tanah. Nasi ketan yang menjadi fondasi itulah yang kemudian menyelamatkan nyawa pada prajurit dari kelaparan. Dari cerita itu, kue keranjang atau Nian Gao, yang selama periode Tahun Baru Imlek dianggap dapat membawa keberuntungan dan berbagai hal-hal positif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Palestina Kecam Seruan Trump untuk Membersihkan Gaza dan Memukimkan Warga di Yordania
Advertisement
Ini Rekomendasi Tempat Wisata untuk Solo Traveling di Luar Negeri
Advertisement
Berita Populer
- Kunjungi Kulonprogo, Wamenpar Petakan Potensi Desa Wisata Tinalah dan Pandanrejo
- Dam Srandakan Ambrol, Masyarakat Dilarang Mendekat
- Kapan Makan Bergizi Gratis di Bantul Dimulai, Begini Kata Sekda
- Dam Srandakan Jebol, BPBD: Kerugian Capai Rp1,5 Miliar
- Bobol Toko Kelontong di Kulonprogo, Pria Bantul Otak Komplotan Digelandang Polisi
Advertisement
Advertisement