Advertisement
Penanganan Kesurupan Ternyata Bisa Jadi Bisnis Menggiurkan, Keuntungan Capai 2000 Persen
![Penanganan Kesurupan Ternyata Bisa Jadi Bisnis Menggiurkan, Keuntungan Capai 2000 Persen](https://img.harianjogja.com/posts/2025/02/14/1203755/kesurupan.jpg)
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Medium hiburan bahkan mencari uang banyak medianya, termasuk dengan kesurupan. Media sosial akhir-akhir sering menampilkan orang-orang yang kesurupan, yang kemudian menjadi diskusi di kolom komentar.
Pentas budaya seperti jathilan bahkan kesurupan yang tanpa konteks menimbulkan pro-kontra, ada yang percaya ada yang tidak percaya. Bagi yang percaya adanya kesurupan, konsepnya yaitu roh dari luar masuk ke tubuh seseorang. Bagi yang tidak percaya, mereka meyakini ada gejala medis yang bisa dijelaskan secara keilmuan.
Advertisement
Dalam dunia medis, kesurupan dikenal dengan dissociative trance disorder (DTD). Menurut ilmu kejiwaan, kesurupan terjadi karena ada gangguan mental. Sementara menurut neurosains, kesurupan terjadi karena aktivitas dalam otak.
Dokter Spesialis Bedah Saraf, Ryu Hasan, mengatakan bahwa kesurupan tidak pernah terjadi ketika seseorang sedang sendirian. Kesurupan terjadi saat seseorang di keramaian. Hal ini dikarenakan orang kesurupan berusaha mencari perhatian orang banyak.
Saat seseorang di keramaian, alam bawah sadar seseorang juga ikut menyadari bahwa dirinya membutuhkan perhatian. Sehingga banyak orang 'ikut-ikutan' kesurupan dalam keramaian. "Jadi iya, kesurupan itu menular (kesurupan massal), karena orang-orang di sekitarnya bakal sadar bahwa dia juga butuh perhatian, jadi dia ikut-ikutan kesurupan," kata Ryu, beberapa waktu lalu.
Kesurupan juga lebih mungkin menular di kelompok yang percaya dengan mistisme dan memahami konsep dari kesurupan. Orang-orang yang sudah diperkenalkan pada hantu, atau makhluk mistis lainnya sejak kecil, akan lebih mudah kesurupan karena sudah menerima konsepnya di alam bawah sadar.
Ryu menekankan bahwa kesurupan tidak terjadi karena ada makhluk asing atau benda astral yang mencoba memasuki tubuh. Kesurupan sepenuhnya terjadi karena aktivitas otak yang melibatkan sirkuit emosi, memori, dan motorik.
"Sehingga kesurupan itu bukan karena ada hantu genderuwo atau kuntilanak masuk ke dalam tubuh, tubuh kita selalu mengikuti hukum alam, kesurupan terjadi karena aktivitas alamiah dalam otak," katanya.
Adanya Faktor Genetik
Seseorang yang tumbuh dalam keluarga yang percaya mistis, lanjut Ryu, akan lebih mudah kesurupan. Penyebabnya adalah karena orang tersebut sudah mengenal konsep kesurupan sejak kecil. Orang tersebut juga mungkin sudah berulang kali melihat orang kesurupan, sehingga terekam dalam memori si anak.
Ryu mengatakan bahwa kesurupan juga terjadi karena faktor genetik. Ada beberapa keluarga yang memang 'berbakat' kesurupan, seperti keluarga yang seluruhnya anggotanya menjadi pemain kuda lumping.
"Orang yang sudah dikenalkan main kuda lumping sejak kecil, maka dia jadi bisa lebih mudah kesurupan. Ada faktor genetik? Ya, ada beberapa orang yang sangat 'berbakat' kesurupan karena lingkungannya mendukung begitu," katanya.
Penanganan Kesurupan Bukan dengan Orang Pintar
Penanganan kesurupan atau dissociative trance disorder (DTD) tidak melulu melalui ‘orang pintar’ atau paranormal. Dosen Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Siswanto, mengatakan penanganan dari paranormal kerap kurang tepat.
Beberapa paranormal berupaya menyembuhkan kesurupan dengan bentakan atau pukulan. Apabila diperlukan dengan kasar, orang tersebut justru semakin beringas. Apabila orang yang kesurupan merasa sakit, maka diyakini hasil bertarung dengan roh jahat.
Menurut Siswanto, jika kemudian upaya paranormal itu membuat si kesurupan tenang, hal itu hanya bentuk koinsiden. “Dua Kejadian yang muncul berdekatan lalu dianggap punya hubungan sebab akibat,” katanya.
Siswanto menjelaskan, bukan hanya individu, kesurupan massal juga harus ditangani secara tepat. Kondisi ini biasanya muncul pada siswa sekolah saat lelah fisik dan mental, seperti jelang ujian nasional. Selama ini, lanjutnya, masyarakat sebenarnya agak kurang tepat dalam menangani kesurupan massal.
Masyarakat yang mengalami kesurupan menjadi fokus perhatian. Sedangkan mereka yang sehat atau tidak kesurupan diabaikan. Padahal mereka yang tidak mengalami kesurupan harus menjadi perhatian supaya kesurupan tidak meluas. “Prinsip yang dipegang adalah membangun suasana yang gembira dan penuh semangat,” kata Siswanto.
Adapun doa untuk orang kesurupan, atau ditujukan untuk memohon keselamatan agar tidak terjadi kesurupan, justru dapat memicu kesurupan. “Oleh beberapa peserta doa justru membangkitkan ketakutan kembali, diartikan sebagai situasi tidak aman atau ada kondisi bahaya,” katanya.
Dari situasi tersebut, Siswanto mengingatkan agar masyarakat berhati-hati menggunakan doa dengan memilih ayat dan bahasa yang tepat, menenangkan, dan memberikan imajinasi suasana aman karena dalam lindungan Tuhan.
“Peserta bisa diminta untuk menyanyikan lagu-lagu gembira untuk memunculkan suasana gembira. Baru setelah itu doa syukur untuk memberi kesadaran bahwa hidup mereka dilimpahi rahmat oleh Tuhan,” kata Siswanto.
Saat Otak Kebanjiran Dopamin
Dokter Spesialis Bedah Saraf, Ryu Hasan, mengatakan kesurupan pada dasarnya adalah proses neuropsikologis. Hal tersebut berarti adanya aktivitas otak yang menghasilkan sifat mental dan motorik yang berbeda dari dirinya sendiri. Pada kondisi ini, otak akan merekam memori, mengulangnya dalam diri seseorang, dan berubah menjadi sifat mental dan motorik yang berbeda dari keadaan orang tersebut pada keadaan normal.
Sederhananya, seseorang mungkin akan mengaku mengalami kesurupan dan tiba-tiba bicara bahasa Arab. Saat itu, otak sedang merekam memori berulang tentang bahasa Arab. Orang itu mungkin tak pernah belajar bahasa Arab, tapi ia mendengarkan pengajian, atau lantunan lagu dalam bahasa Arab sehingga terekam dalam alam bawah sadar dan terulang.
Orang yang mengaku kesurupan juga mungkin akan merasa dirinya menjadi macan atau ular, atau hewan lainnya, hanya karena dia pernah melihat binatang tersebut. Otak kembali merekam adegan yang biasa dilakukan hewan dan membuat tubuh memperagakan diri seakan-akan menjadi hewan tersebut.
"Kesurupan melibatkan memori. Jadi, ketika orang tidak pernah melihat kanguru, dia enggak mungkin kesurupan jadi kanguru. Ini yang namanya kesurupan yang pada dasarnya melibatkan banyak sirkuit di otak kita," kata Ryu.
Orang yang kesurupan itu, lanjut Ryu, memori di otaknya selalu berulang. Orang tersebut juga melibatkan sirkuit emosi di otak. Dia bisa membedakan mana orang yang suka dan tidak, termasuk juga melibatkan sirkuit motoriknya.
Ryu mengatakan, otak seseorang yang mengalami kesurupan sedang mengalami 'kebanjiran' oksitosin dan dopamin. Otak akan merasa sensasi 'ramai' dan segala macam emosi. Namun, dopamin sendiri akan memberikan rasa tenang pada otak sehingga orang yang telah kesurupan akan merasa rileks.
"Otak 'banjir' oksitosin dan dopamin yang tidak seperti biasanya. Entah itu sirkuit emosi atau memori. Segala rasa ada di sana, dan ini yang membuat orang kesurupan itu cenderung berulang, ketagihan. Sebab orang sudah kesurupan, dia merasa nyaman karena ada dopamin," katanya.
Kesurupan dan Bisnis yang Menggiurkan
Untuk menyembuhkan kesurupan, atau secara luas ada gangguan roh eksternal ke tubuh, muncul tawaran penyembuhan. Di samping dari paranormal, penyembuhan juga dianggap manjur dengan garam ruqyah. Namun justru ada dugaan bisnis garam dengan embel-embel khasiat tersebut.
Ramainya praktik bisnis garam ruqyah diramaikan oleh konten creator sekaligus ekonom, Ferry Irwandi. Dia mengatakan praktik bisnis berbalut mistis garam ruqyah tidak masuk akal. CEO Malaka Project tersebut, menyebut bahwa bisnis ini sangat menguntungkan, hanya dengan mengandalkan garam krosok biasa yang dijual dengan harga selangit setelah diberi label ruqyah.
Dalam keterangannya di kanal YouTube pribadi, Ferry menyebut garam krosok sebagai salah satu bisnis paling menguntungkan di abad ini. Garam ini, yang biasa dijual di pasaran dengan harga Rp3.000 hingga Rp6.000 per 500 gram, bisa melonjak hingga Rp 150.000 setelah diberi embel-embel ‘ruqyah’. “Margin keuntungan yang dihasilkan dari bisnis ini sangat besar,” katanya, beberapa waktu lalu.
Dengan harga jual antara Rp50.000 hingga Rp190.000, keuntungan yang diraih bisa mencapai lebih dari 2.000%. Menurutnya, garam ruqyah telah menjadi salah satu barang dengan transaksi terbesar di e-commerce Indonesia. Pria kelahiran Jambi ini juga mengungkapkan data mengejutkan yang ia peroleh saat mengisi acara di sebuah perusahaan ekspedisi.
Dari laporan yang diberikan perusahaan tersebut, diketahui bahwa omzet satu toko garam ruqyah saja bisa mencapai Rp 4,4 miliar. Hal ini menunjukkan betapa tingginya permintaan masyarakat terhadap produk ini di pasar. Ferry menilai fenomena ini sebagai bukti betapa banyaknya konsumen yang tertarik pada produk dengan klaim ruqyah, meski bahan dasarnya adalah garam krosok biasa.
Dia mengimbau masyarakat untuk lebih kritis dalam memahami manfaat suatu produk, terutama jika harganya jauh dari kewajaran. Menurut informasi dari Dinas Pertanian, garam krosok, atau dikenal juga sebagai crude solar salt, adalah garam kasar yang dihasilkan melalui proses evaporasi dan kristalisasi air laut.
Awalnya, jenis garam ini banyak digunakan sebagai bumbu dapur, tetapi kini telah berkembang penggunaannya, termasuk untuk perawatan kulit dan kesehatan tubuh. Meskipun garam krosok memiliki banyak manfaat, seperti menjaga keseimbangan elektrolit, melancarkan pencernaan, dan meredakan nyeri otot.
Konsumen perlu kritis dan tidak termakan khasiat produk yang belum terbukti secara ilmiah. “Lebih bijaklah dalam membelanjakan uang dan tidak mudah tergiur [dengan klaim tertentu],” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2025/02/12/1203973/andong-patalan-bantul.jpg)
Pemerintah Kalurahan Patalan Bantul Sediakan Wisata Naik Andong Keliling Perdesaan
Advertisement
Berita Populer
- Valentines Walk in Jogja, Cara BKKBN DIY Rayakan Valentine's Day sambil Kenalkan Program GenRe
- Pengacara Firdaus Naik Meja saat Sidang, Ketua Forum Advokat Jogja: Kami Malu!
- Kekerasan terhadap Anak di Bantul Tercatat ada 94 Kasus Tahun Lalu, Terbanyak karena Hal Ini
- 4 Tahun Jadi Bupati, Sunaryanta Sukses Gandeng 45 Kampus untuk Peningkatan SDM
- JCW Dukung Kejati DIY Selidiki Proyek Gagal Bukit Dermo Bantul
Advertisement
Advertisement