Advertisement

Awal Ramadan Berpeluang Bersamaan pada 1 Maret, Kemenag DIY: Potensi Sama Besar

Newswire
Senin, 24 Februari 2025 - 21:57 WIB
Maya Herawati
Awal Ramadan Berpeluang Bersamaan pada 1 Maret, Kemenag DIY: Potensi Sama Besar Ilustrasi lampu dekorasi Ramadan. - Istockphoto

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Umat Muslim di Indonesia berpeluang besar mengawali puasa Ramadan 1446 Hijriah secara bersamaan pada 1 Maret 2025. Hal ini diutarakan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) DIY.

"Potensi untuk sama itu besar, tapi juga ada potensi kecil untuk berbeda, terutama di awal Ramadan. Semoga ini nanti bisa bersamaan," ujar Kepala Bidang Urusan Agama Islam (Urais) Kanwil Kemenag DIY Sya'ban Nuroni, Senin (24/2/2025).

Advertisement

Menurut Sya'ban, salah satu faktor yang mendukung kemungkinan awal Ramadan seragam adalah posisi hilal yang pada saat matahari terbenam pada 28 Februari 2025 telah memenuhi syarat imkanur rukyat atau kemungkinan terlihatnya hilal.

"Data astronomi terhadap ketinggian hilal dan juga elongasi, itu memang sudah imkan ya. Jadi, visibilitas hilalnya itu sudah terpenuhi," tutur dia.

BACA JUGA: Hujan Deras Jalan Desa di Wonolelo Bantul Terputus Akibat Tebing Longsor, 24 Orang Terisolasi

Sya'ban menjelaskan berdasarkan penghitungan hisab, ijtima atau konjungsi terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025, sekitar pukul 07.44 WIB.

Pada hari yang sama, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk, yakni antara 3 derajat 5,91 menit hingga 4 derajat 40,96 menit, dengan sudut elongasi 4 derajat 47,03 menit hingga 6 derajat 24,14 menit.

Ketinggian hilal tersebut telah memenuhi kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) untuk penetapan awal Ramadan, yakni minimal 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.

"Kalau peluang sama itu sangat besar ya, karena Muhammadiyah kan sudah menetapkan 1 Ramadan 1 Maret, kemudian Syawal-nya 31 Maret. Sedangkan pemerintah dalam kalender Kementerian Agama, 1 Ramadan itu juga 1 Maret. Sementara yang Nahdlatul Ulama (NU) untuk keperluan ibadah itu kan tetap harus rukyat," kata dia.

Meski demikian, Sya'ban mengimbau masyarakat tetap menunggu hasil sidang isbat yang akan digelar Kemenag RI setelah pelaksanaan rukyatul hilal pada 28 Februari 2025.

Kanwil Kemenag DIY telah menyiapkan lokasi pengamatan hilal secara terpusat di Pos Observasi Bulan (POB) Syekh Bela Belu, Parangtritis, Kabupaten Bantul.

Rukyatul hilal akan melibatkan berbagai pihak, termasuk Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), perguruan tinggi yang memiliki program studi ilmu falak, serta organisasi masyarakat (ormas) Islam.

"Kami juga undang pondok pesantren yang memang mengajarkan tentang ilmu falak atau hisab rukyat. Intinya semua kita undang baik secara kelembagaan dan juga para pakar ilmu falak," katanya.

Untuk mendukung proses rukyat, satu teleskop atau teropong utama yang telah terdigitalisasi akan digunakan di POB Syekh Bela Belu, ditambah teleskop dari berbagai instansi dan perguruan tinggi, termasuk Universitas Islam Indonesia (UII) dan Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Secara keseluruhan tidak kurang dari 10 unit teleskop akan digunakan.

Manakala nantinya terjadi perbedaan penetapan 1 Ramadan, Sya'ban meminta masyarakat tetap saling menghormati dan tidak saling menjatuhkan. "Yang bisa kita lakukan adalah saling menghormati. Jangan sampai menjelek-jelekkan, apalagi merasa kelompoknya paling benar," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Polisi Diduga Memerkosa Dua Anak di Kaimana Papua Barat, Ditangkap di Maluku

News
| Senin, 24 Februari 2025, 23:07 WIB

Advertisement

alt

Menikmati Gua-Gua yang Tidak Boleh Dilewatkan saat Berwisata ke Turki

Wisata
| Jum'at, 21 Februari 2025, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement