Advertisement

BUMDes Panggungharjo Bantul Olah Plastik Tak Laku Jadi Bahan Bakar Minyak

Kiki Luqman
Kamis, 12 Juni 2025 - 10:57 WIB
Abdul Hamied Razak
BUMDes Panggungharjo Bantul Olah Plastik Tak Laku Jadi Bahan Bakar Minyak Arief (kemeja coklat) bersama teknisi sedang mengoperasikan mesin Pirolisi di Bank Sampah Panggung Lestari, Selasa (10/6/2025). Kiki Luqman - Harian Jogja

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL– Siapa sangka bau menyengat dari tumpukan sampah yang sering diabaikan oleh manusia, bisa menjadi berkah bagi warga sebuah desa di selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, DIY.

Di tengah tantangan lingkungan yang semakin kompleks, warga Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul, DIY, justru berhasil mengubah sampah plastik jenis daun yang selama ini dianggap tak bernilai menjadi bahan bakar minyak.

Advertisement

BACA JUGA: Pemkot Jogja Akan Olah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar

Semua ini berkat semangat warga dan inovasi teknologi pirolisis yang dikembangkan melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Panggung Lestari.

Bukan hanya sekadar inovasi, upaya ini telah menjadi model pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat yang menginspirasi banyak pihak. Inisiatif ini juga berhasil mengangkat kembali nilai ekonomis dari jenis plastik yang selama ini sulit dijual di pasaran.

Bermula dari Bank Sampah

BUMDes Panggung Lestari resmi berdiri sejak tahun 2013 dan menjadi pionir dalam pengelolaan sampah di Panggungharjo, pada awal kemunculannya, mereka mendirikan Bank Sampah Panggung Lestari sebagai langkah awal untuk mengatasi persoalan sampah rumah tangga.

“Bank sampah ini menjadi Bumdes pertama di sini, Panggungharjo, setiap hari Bank Sampah Panggung Lestari mengumpulkan hingga 50 kilogram sampah plastik jenis daun,” ungkap Ahmad Arief Rohman yang juga Direktur Kelompok Usaha Pengelola Sampah (KUPAS) BUMDes Panggung Lestari saat ditemui di lokasi, Selasa (10/6/2025).

Sampah ini berasal dari para pengepul di wilayah sekitar. Jika dibandingkan dengan sampah botol plastik jenis PET yang lebih mudah dijual dan memiliki nilai jual tinggi, sampah plastik daun seperti kantong kresek dan plastik kemasan lunak nyaris tidak dilirik pasar.

BACA JUGA: Bantul Olah Sampah Plastik Jadi Energi, Kirim RDF ke Cilacap

Harga jualnya sendiri hanya berkisar Rp100-200 perkilogram, jauh di bawah PET yang bisa mencapai Rp8.000-9.000 perkilogram. “Padahal volumenya jauh lebih besar dibanding botol, tapi hanya Rp100 rupiah perkilo sedang yang PET delapan ribu sampai sembilan ribu” kata Arief.

Arief dan timnya sadar, perlu ada langkah luar biasa agar plastik jenis ini bisa memiliki nilai. Maka dimulailah eksplorasi berbagai metode pengolahan, hingga akhirnya bertemu dengan teknologi pirolisis.

Teknologi Pirolisis Solusi untuk Plastik Tak Laku

Dengan dukungan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), KUPAS menerima bantuan mesin pirolisis buatan lokal dari Banjarnegara. Mesin ini bekerja dengan prinsip memanaskan plastik dalam suhu tinggi tanpa oksigen, yang akan melelehkan plastik dan menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian dikondensasi menjadi cairan berupa minyak mentah.

Prosesnya sederhana tapi efektif. Plastik jenis daun dipanaskan hingga meleleh dalam suhu tertentu. Saat meleleh, plastik akan menghasilkan uap yang mengandung minyak, lalu uap tersebut dialirkan melalui pipa dan dikondensasi menjadi minyak mentah.

BACA JUGA: Lima Orang Kena Denda Jutaan Akibat Buang Sampah Sembarangan di Sleman

Namun proses belum selesai di situ. Minyak mentah yang dihasilkan masih harus dibersihkan dari zat-zat yang tidak dibutuhkan. Salah satu hasil penyulingan itu yaitu solar, produk turunan yang juga memiliki nilai guna.

Hasil dari 50 kilogram plastik daun dapat menghasilkan sekitar 40 liter minyak. Produk ini kemudian dipilah menjadi tiga jenis bahan bakar bensin, minyak tanah, dan solar.

"Uapnya menghasilkan minyak. Jadi, plastik dipanaskan sampai menghasilkan uap, nanti uapnya dicairkan lagi lewat pipa sampai jadi minyak mentah, nanti di minyak itu nanti dibersihkan. Dari 50 kilogram plastik, bisa dihasilkan sekitar 40 liter minyak."

“Dari proses itu menghasilkan 3 jenis minyak, bensin, minyak tanah, dan solar, tapi paling banyak yang dihasilkan itu solar. Untuk bahan bakar mesin sendiri menggunakan kayu,” jelasnya sambil menunjukkan botol-botol berisi cairan berwarna cokelat kehitaman hasil dari proses pirolisis.

Meski saat ini hasil produksi belum bisa dijual bebas ke pasar karena kendala perizinan dan standar kualitas seperti nilai oktan (RON), namun bahan bakar tersebut sudah digunakan secara internal. Minyak hasil pirolisis saat ini menjadi sumber energi untuk kendaraan operasional dan mesin pres sampah milik BUMDes.

"Dari hasil minyak itu kami gunakan untuk truk atau kendaraan lainnya yang kami gunakan untuk operasional. Akhirnya untuk kendaraan operasional kami tidak mengeluarkan biaya. Dari segi mesin pun masih aman sejauh ini, mungkin cuma ada kotoran sedikit di filter mesinnya itu," tutup Arief.

Kini, BUMDes Panggung Lestari tidak lagi sekadar badan usaha desa, BUMDes Panggung Lestasi telah menjadi simbol gerakan lingkungan yang dibangun dari bawah, dan dari masyarakat itu sendiri. Dengan pirolisis sebagai ujung tombak, mereka membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari tempat kecil asal ada semangat dan kolaborasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Israel Serang Iran, Sejumlah Warga, Ilmuan hingga Pentinggi Militer Dilaporkan Tewas

News
| Jum'at, 13 Juni 2025, 11:07 WIB

Advertisement

alt

Destinasi Wisata Puncak Sosok Bantul Kini Dilengkapi Balkon KAI

Wisata
| Jum'at, 06 Juni 2025, 16:02 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement