Advertisement

Kekurangan Siswa, SMP Ma'arif Yani Kulonprogo Resmi Ditutup, Siswanya Diminta Pindah Sekolah

Khairul Ma'arif
Jum'at, 11 Juli 2025 - 10:37 WIB
Abdul Hamied Razak
Kekurangan Siswa, SMP Ma'arif Yani Kulonprogo Resmi Ditutup, Siswanya Diminta Pindah Sekolah Kondisi SMP Ma'arif Yani tampak sepi lantaran sudah resmi ditutup, Kamis (10/7/2025). Khairul Ma'arif - Harian Jogja

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGO—Gedung SMP Ma'arif Yani di Nanggulan Kulonprogo tampak lengang pada Kamis (10/7/2025). Tak terlihat ada aktivitas apapun di sekolah itu, baik dari guru ataupun tenaga pendidiknya.

Pintu ruang-ruang kelasnya tertutup rapat namun hanya satu ruang yang pintunya terbuka. Itu merupakan ruang kantor yang dipakai guru dan tata usaha beraktivitas.

Advertisement

Saat didatangi Harianjogja.com, hanya ada dua orang di ruangan itu. Satu orang guru bernama Nuryani satu lainnya Sutibah yang berperan sebagai staf tata usaha.

Kondisi SMP Ma'arif Yani yang sepi tanpa aktivitas bukan hanya karena sekarang masih libur sekolah. Melainkan, sekolah yang berada di Kalurahan Kembang, Nanggulan, Kulonprogo itu sudah resmi ditutup.

"Ya betul, resmi tutup tidak operasional lagi karena kami tidak mendapatkan siswa satu pun," ujar Kepala SMP Ma'arif Yani, Nuryani saat ditemui, Kamis (10/7/2025).

BACA JUGA: Diduga Diserang Anjing Liar, Sejumlah Hewan Ternak Milik Warga Nanggulan Mati di Kandang

Pada penerimaan murid baru di tahun ajaran 2025/2026, tidak ada satu pun calon siswa yang mendaftarkan diri ke SMP Ma'arif Yani. Pengelola tidak ada pilihan lain selain menyetop kegiatan operasional. Tidak ada lagi kegiatan belajar mengajar (KBM) di SMP Ma'arif Yani meski libur sekolah telah usai.

Keputusan itu juga sudah dirapatkan diinternal, antara guru dan yayasan. Sekolah itu sudah bubar atau bisa juga dikatakan bangkrut karena tidak mendapatkan murid baru. "Kami sudah berupaya maksimal secara door to door untuk mendapatkan siswa tetapi masih nihil," lanjut Nuryani.

Perempuan berusia 57 tahun tersebut mengungkapkan, upaya pihak sekolah untuk mendapatkan siswa bahkan sudah dilakukan sejak Desember 2024 silam. 

Nuryani mengaku, door to door yang dilakukannya untuk mendapatkan murid baru menyasar para kader NU. Namun, tidak ada satupun yang berminat menyekolahkan anaknya di SMP Ma'arif Yani.

Untuk diketahui, SMP Ma'arif Yani berada di bawah yayasan Lembaga Pendidikan Ma'arif yang menjadi bagian dari Nahdlatul Ulama (NU). "Mereka lebih memilih ke SMP negeri untuk anaknya atau malah pesantren," tuturnya.

Kondisi tidak mendapatkan siswa baru dialami kali ini.

Krisis siswa yang terjadi di SMP tersebut sudah terjadi sejak tiga tahun terakhir. Jumlah siswa yang masuk sekolah di SMP Ma'arif Yani mulai sedikit. Puncaknya terjadi pada tahun ajaran ini, tidak ada satupun calon siswa yang mendaftar.

Bahkan pihak sekolah pada tahun ini, hanya meluluskan 13 siswa saja. Sedangkan kelas VIII hanya memiliki seorang siswa dan kelas VII hanya tersisa dua siswa. Total siswa yang tersisa di SMP Ma'arif Yani hanya tiga orang saja.

Menurutnya, keputusan menutup SMP Ma'arif Yani ini tidak mendadak. Orang tua siswa yang masih menyekolahkan anaknya di SMP Ma'arif Yani sudah diinformasikan saat pembagian rapot. Bahkan, dalam momen itu diminta untuk segera mencarikan sekolah baru bagi anaknya. 

"Dua siswa yang naik ke kelas 8 pindah ke SMP Muhammadiyah 1 Kalibawang dan satu siswa yang naik kelas 9 pindah ke SMP Muhammadiyah 2 Samigaluh," ucap Nuryani.

Perempuan yang sudah mengajar di SMP Ma'arif Yani sejak 1995 ini mengungkapkan, penurunan siswa paling parah terjadi tiga tahun terakhir ini. Sebelumnya, sekolahnya masih mendapat siswa meskipun kadang hanya 10 orang saja setiap kelasnya.

Nuryani menilai, anjloknya siswa yang mendaftar di SMP Ma'arif Yani dimulai sejak adanya jalur zonasi atau sekarang disebut domisili untuk perekrutan SMP Negeri.

Keberadaan jalur zonasi menjadi penyebab utama mengakibatkan tidak mendapatkan siswa tahun ini. Kondisi diperparah karena adanya jalur tersebut dari operator SD mengarahkan mendaftar di SMP negeri.

"Sebelum ada jalur zonasi sekolah kami tetap mendapat siswa. Bukan siswa buangan karena memang daftar di SMP Ma'arif Yani itu memang berminat di sini terutama dari kader NU," bebernya.

Padahal, bersekolah di SMP Ma'arif Yani tidak menarik SPP tiap bulannya. Malah diberikan seragam sekaligus biaya menjahitnya. Tetap saja, tidak ada yang berminat di tahun ini untuk mendaftarkan anaknya.

Biaya operasional sekolah selama ini hanya bersumber dari dana BOS, donatur dari yayasan, dan siswanya mendapat beasiswa PIP. "Gaji guru perjam pelajarannya Rp12.500, perbulan paling maksimal pendapatan guru dan tenaga pendidikan (Tendik) hanya Rp300 ribu," ungkap Nuryani.

Dia menceritakan, SMP Ma'arif Yani sudah berdiri sejak 1967 dengan nama SMP Yani. Lantas berubah menjadi SMP Ma'arif Yani pada 1986 usai bergabung dengan lembaga pendidikan Ma'arif NU.

Sepanjang itu juga kepemilikan SMP Ma'arif Yani tidak pernah pribadi perseorangan melainkan punya Yayasan Ma'arif. Sepak terjangnya yang sudah melintasi berbagai zaman selama 58 tahun harus bubar di 2025 ini.

"Kalau aset gedungnya dijadikan apa selanjutnya kami tidak tau itu menjadi kewenangan yayasan," ucap perempuan yang mengajar IPS ini.

Para guru dan Tendik di SMP Ma'arif Yani sudah tunggang langgang mencari tempat pekerjaan baru. Namun masih menyisakan satu guru dan dua Tendik yang belum mendapatkan tempat pekerjaan baru alias menganggur.

Nuryani sendiri sudah mendapatkan sekolah baru. Dia berpindah ke SMP Muhammadiyah 1 Kalibawang dan akan memulai pekerjaan barunya pekan depan. "Satu guru seni budaya belum dapat sekolah baru dan dua tendik juga belum dapat tempat. Sisanya sudah pindah dan ada guru yang pensiun," tuturnya.

Satu Tendik yang belum mendapat pekerjaan baru ialah, Sutibah. Sejak 2000 dia berperan sebagai tata usaha di SMP Ma'arif Yani. Kini sekolah tempatnya mengais rizki sudah bubar disaat yang bersamaan belum ada ladang pekerjaan baru baginya.

Sutibah menceritakan, sejauh ini belum ada kepastian akan bekerja di mana. Dari yayasan pun belum ada komunikasi untuk menjanjikan sekolah baru untuknya bekerja.

"Manut sama yayasan mawon, belum nyari. Mau nyari ke mana di sekolah negeri tidak bisa, nyari di sekolah swasta TUnya sudah penuh semua tidak bisa nambah lagi," jelas Sutibah. Padahal, Sutibah sudah berstatus honorer daerah Pemkab Kulonprogo sejak 2003.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KEK Batang Harus Jadi Jantung Ekonomi Nasional

News
| Jum'at, 11 Juli 2025, 22:47 WIB

Advertisement

alt

Begini Cara Masuk Gratis ke Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Khusus Bulan Juli 2025

Wisata
| Rabu, 09 Juli 2025, 14:02 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement