Advertisement
Gunungkidul Alami Deflasi 0,05% pada Juli 2025

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—BPS Gunungkidul mencatat adanya deflasi pada Juli 2025. Hal ini terlihat dari tingkat inflasi Month to Month (m-to-m) antara Juli dengan Juni yang turun 0,05%.
“Kalau dari data memang tingkat inflasinya lebih tinggi pada Juni ketimbang Juli 2025,” kata Kepala BPS Gunungkidul, Joko Prayitno, Jumat (1/8/2025).
Advertisement
BACA JUGA: BPS Sebut Ada Deflasi di Gunungkidul, Segini Detailnya
Dia menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya deflasi karena turunnya harga jual sejumlah komoditas seperti kacang panjang, buncis, kankung, kelapa. Selain itu, ada juga cabai hijau, bayam, bandeng, sawi hijau hingga terong.
“Bulan Juni harga kelapa sempat tinggi, tapi pada Juli sudah menurun dan ini juga terjadi komoditas lainnya,” katanya.
Secara keseluruhan, untuk tingkat inflasi di Gunungkidul sejak Januari hingga Juli masih terkendali dengan besaran 1,8%. Angka ini masih dibawah estimasi batas toleransi antara 1,5-3,5 per tahunnya.
“Jadi masih aman. Meski secara Year on Year [Juli 2024 dengan Juli 2025] mencapai 2,66%,” ungkapnya.
Joko menambahkan, penyebab inflasi Juli ada sejumlah komoditas. Sebagai contoh, tertunggi terjadi pada komoditas pakaian dan alas kaki yang mencapi 0,36%.
Hal ini dianggap wajar karena Juli bersamaan dengan tahun ajaran baru di sekolah. Oleh karena itu, sejumlah peralatan sekolah diburu Masyarakat untuk membekali anak bersekolah.
“Jadi dengan adanya permintaan yang tinggi, maka ikut berpengaruh terhadap naiknya harga jual,” katanya.
Selain itu, inflasi juga disubang dari sektor transportasi sebesar 0,28%. “Memang ada yang naik, tapi ada juga yang turun seperti makanan dan minuman; perumahan air listrik dan bahan bakar rumah tangga. Jadi, dengan kondisi tersebut saat diakumulasikan terjadi deflasi,” katanya.
Senada diungkapkan oleh Statistik Ahli Pertama, BPS Gunungkidul Ardiyas Munsyianta. Menurut dia, perhitungan inflasi terus dilakukan setiap bulan, yang bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi di Masyarakat.
“Pasti tiap bulannya ada perhitungan inflasi mengacu pada indikator yang telah ditentukan dari pusat,” katanya.
Dia mengatakan, terjadinya deflasi tidak hanya terlihat di Juli. Pasalnya, di awal tahun atau tepatnya Januari dan Februari juga terjadi hal yang sama.
“Hasil perhitungan flutuktuatif dan kebijakan dari pemerintah pusat juga bisa berdampak terjadinya deflasi atau inflasi,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Gunung Lewotobi Laki-laki Kembali Erupsi Disertai Dentuman Keras pada Sabtu Dini Hari Ini
Advertisement

Wujudkan Pariwisata Berbasis Budaya, InJourney dan Kementerian Kebudayaan Sinergi Melakukan Pengelolaan Kompleks Candi Borobudur
Advertisement
Berita Populer
- Puluhan Buruh Mebel di Bantul Tidak Digaji, Ini Respons Bupati Abdul Halim Muslih
- Ndarboy Genk, NDX AKA, hingga GMLT Bakal Hibur Warga Bantul di Stadion Sultan Agung 4 Agustus 2025
- Mahfud MD Sebut Amnesti dan Abolisi Menunjukkan Kedua Kasus Kental Nuansa Politik
- DPRD Kulonprogo Dorong Pemkab Bangun Rumah Sakit Daerah di Wilayah Utara
- Siswa Kulonprogo yang Keracunan Setelah Menyantap MBG Masih Rawat Inap, Pemkab Tanggung Semua Biaya
Advertisement
Advertisement