Advertisement
Pemangkasan Danais Ancam Kegiatan Kebudayaan di Bantul

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL - Pemangkasan Dana Keistimewaan (Danais) Daerah Istimewa Yogyakarta berimbas langsung pada program kebudayaan di Kabupaten Bantul.
Kepala Dinas Kebudayaan Bantul, Yanatun Yunadiana, mengungkapkan bahwa turunnya anggaran membuat sejumlah kegiatan harus dikaji ulang, bahkan ada yang berpotensi dipangkas.
Advertisement
“Dampaknya jelas sangat terasa. Tahun ini anggarannya yang semula Rp1 triliun lalu menjadi sekitar separonya itu, jelas-jelas berdampak,” ujarnya, Rabu (27/8).
Menurut Yanatun, saat ini pihaknya masih dalam tahap penyusunan rencana anggaran untuk 2026 bersama tim terkait. Hingga Selasa malam (26/8), pembahasan bahkan masih berlangsung hingga larut.
“Belum fix, kegiatan mana yang mau dipotong dan mana yang akan diteruskan. Usulan tetap kita ajukan full seperti tahun-tahun sebelumnya, tetapi soal pemangkasan akan mengikuti keputusan dari provinsi,” jelasnya.
Ia menyebut, pada tahun ini Dinas Kebudayaan Bantul menerima alokasi sekitar Rp8 miliar, atau separuh dari tahun sebelumnya. Tren penurunan ini diperkirakan masih berlanjut.
“Tahun ini kita belum tahu akan dapat berapa, kemungkinan bisa turun lagi. Tapi yang pasti kami tetap ajukan penuh dulu,” katanya.
BACA JUGA: Dua Kasus Cacing Pita Ditemukan di Bantul, Dinkes Ingatkan Cara Masak Daging
Beberapa kegiatan membutuhkan anggaran besar, di antaranya Mataram Culture Fest yang digelar dua hari di Stadion Sultan Agung, menampilkan seni tradisi hingga musik modern karya grup-grup asal Bantul. Selain itu ada Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) di Bantul, Festival Rintisan Desa Budaya, hingga misi kebudayaan keluar daerah.
“Biasanya setiap tahun ada misi ke luar Jawa minimal sekali, tahun ini hanya diizinkan sekali ke Jakarta,” terangnya.
Meski anggaran terpangkas, Yanatun menegaskan bahwa event kebudayaan akan tetap dipertahankan. Sebab, kegiatan semacam itu tidak hanya menjadi sarana pelestarian budaya, tetapi juga penggerak ekonomi masyarakat.
“Event budaya penting karena melibatkan banyak pelaku UMKM. Ketika ada kerumunan, UKM masuk dan bisa tumbuh. Jadi sasaran kami bukan hanya pelestarian budaya, tetapi juga ekonomi,” tegasnya.
Selain festival, anggaran Danais juga digunakan untuk pelestarian dan perawatan cagar budaya. Saat ini di Bantul tercatat ada 213 warisan budaya, baik benda maupun tak benda, dengan target penambahan sekitar 20 setiap tahun. Namun, Yanatun mengakui ada keterbatasan dalam mendukung perawatan cagar budaya milik pribadi.
“Sebagian besar cagar budaya dimiliki perorangan. Kita tidak bisa memberikan hibah langsung untuk perbaikan, jadi yang bisa dilakukan adalah pelatihan perawatan agar bangunan tidak rusak,” jelasnya.
Dinas Kebudayaan rutin menggelar forum diskusi dan pelatihan perawatan cagar budaya dua bulan sekali untuk para pemilik, meski bantuan fisik tidak bisa diberikan penuh.
“Sebenarnya kami ingin sekali membantu, tetapi terbentur regulasi. Jadi sementara hanya bisa memberikan pendampingan dan pelatihan,” tambahnya.
Terkait kepastian besaran Danais yang akan diterima Bantul tahun depan, Yanatun menyebut masih menunggu keputusan final dari provinsi.
“Hari ini baru tahap entry, kemungkinan sore ini atau besok pagi sudah keluar nilainya. Tapi itu pun bisa saja tiba-tiba dipotong lagi oleh provinsi. Jadi kita belum bisa menyampaikan secara pasti,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Kebun Bunga Lor JEC Jadi Destinasi Wisata Baru di Banguntapan Bantul
Advertisement
Berita Populer
- Karyawan Taru Martani Mengadu ke Dewan
- Kasus Mafia Tanah Mbah Tupon Bantul Segera Dilimpahkan ke Pengadilan
- UGM Nonaktifan Dosen Jadi Tersangka Praktik Sekretom Ilegal
- Kronologi Keracunan MBG di SMPN 3 Berbah, Ada 166 Siswa Mual dan Diare
- Wakil Wali Kota Dorong Pemuda Jadi Kreator AI, Bukan Hanya Pengguna
Advertisement
Advertisement