Advertisement
Kapolda DIY Masih Dalami Kematian Mahasiswa Amikom Reza Sendy

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kapolda DIY, Irjen Pol Anggoro Sukartono, bertemu dengan Gubernur DIY, Sri Sultan HB X di Kepatihan, Selasa (2/9/2025). Saat ini Polda DIY masih mendalami kematian mahasiswa Amikom, Reza Sendy Pratama dan menyelidiki satu massa aksi yang ditangkap karena kedapatan membawa Molotov.
Kapolda menjelaskan pertemuan ini untuk menyampaikan situasi kamtibmas di Jogja saat ini. “Jogja dalam keadaan kondusif. Beberapa kegiatan masyarakat [demonstrasi] saat ini sedang berlangsung salah satunya di simpang tiga UIN Sunan Kalijaga. Aparat sudah melakukan pengamanan,” katanya.
Advertisement
Terkait identifikasi kematian Reza, mahasiswa Amikom yang meninggal diduga karena kekerasan aparat saat aksi di depan Polda DIY beberapa waktu lalu, sedang dilakukan pendalaman. “Ada tim dari Jakarta yang lakukan pendalaman terkait kejadian yang dialami mahasiswa Amikom,” ungkapnya.
Ia belum memastikan apakah terdapat pelanggaran dalam penanganan massa aksi hingga menewaskan Reza. “Sementara masih kita Kita analisa semua data keterangan yang bisa kita dapat dari berita media, dari keterangan orang tua, dan saksi-saksi yang masih kita dalami,” katanya.
terkait informasi yang beredar yang menyebutkan adanya surat pernyataan untuk tidak meminta otopsi dan tidak akan menuntut Polda DIY yang harus ditandatangani keluarga saat mengambil jenazah Reza, ia membantahnya.
BACA JUGA: Penanganan Kasus Amikom Jogja Diawasi Kompolnas
Kapolda menegaskan pihaknya justru menawarkan otopsi kepada keluarga, namun pihak keluarga menolaknya. “Saya belum lihat dan saya belum mengeluarkan [surat pernyataan]. Pada saat kejadian kita justru meminta untuk otopsi tapi keluarga menolak,” paparnya.
Pada saat kejadian itu, ia memastikan polisi mengevakuasi Reza ke dalam untuk diselamatkan. Kondisi di luar Polda chaos dan Reza dalam keadaan lemah. Di dalam, polisi memberikan pertolongan pertama dan mengirimnya ke rumah sakit.
“Ditangani oleh kedokteran kepolisian di dalam. Nah nanti dari sana bisa diketahui almarhum dibawa menggunakan ambulans tapi bukan menggunakan ambulans kita, karena situasi kita tidak bisa keluar. Nah kita pinjam dari Sardjito [RSUP Dr. Sardjito] dan diantar ke sana,” terangnya.
Adapun penanganan massa aksi yang dilakukan kepolisian pada malam hingga pagi hari itu diperlukan untuk kepentingan masyarakat yang akan beraktivitas. “Menjelang pagi harus kita bubarkan karena ada kegiatan masyarakat. Keamanan masyarakat Jogja itu yang utama. Dan hal yang kita lakukan sudah sesuai dengan SOP,” kata dia.
Dalam situasi itu, terdapat enam orang yang dievakuasi termasuk Reza. Ia juga menyebut ada korban luka bacok namun selamat. “Dari enam orang yang kita bawa, semua menjadi tanggung jawab rumah sakit pada saat kita serahkan. Pertolongan pertama di kami, sudah kami lakukan. Tapi situasi kita lihat bagaimana perusuh itu datang ke tempat kami,” ujarnya.
Pada aksi Sabtu malam hingga Sabtu pagi (29-30/9/2025), Polda DIY menangkap sebanyak 60 orang. Dari jumlah tersebut, 59 orang sudah dibebaskan dan satu orang anak masih dalam penyelidikan dan berada di Balai Permasyarakatan (Bapas). “Dia membawa Molotov, masih dilakukan pendalaman,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Pemkab Gunungkidul Gelontor Rp9 Miliar untuk Sarana Pembelajaran TK
- Disdukcapil Bantul Gencarkan Aktivasi IKD Hingga Tingkat Kalurahan
- Prakiraan Cuaca Hari Ini: Jogja dan Sekitarnya Diguyur Hujan Ringan dan Sedang
- Jalur Trans Jogja ke Malioboro dan Lokasi Wisata Lainnya, 2 September 2025
- Demokrasi Indonesia Merosot, Anak Muda Harus Ambil Peran
Advertisement
Advertisement