Advertisement
Kasus Menu MBG di SMPN 2 Sewon, SPPG Sewon 3 Lakukan Evaluasi Bahan Baku

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL – Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Sewon 3 menyebut akan mengevaluasi dan memaksimalkan aspek higienis dalam penyiapan dan penyaluran program Makan Bergizi Gratis (MBG). Ini merespons serangkaian temuan menu yang mengandung telur lalat, ulat dan jangkrik di SMPN 2 Sewon beberapa waktu terakhir.
Kepala SPPG Sewon 3, Wirandita Gagat menjelaskan pihaknya masih menelusuri penyebab menu yang tidak layak konsumsi dalam menu MBG tersebut. “Kami masih dalami apakah sumbernya dari bahan baku atau dari proses pengolahan. Kami sudah lakukan evaluasi internal agar kejadian seperti ini tidak terulang,” ujarnya, Rabu (3/9/2025).
Advertisement
BACA JUGA: Keracunan Massal MBG di Sleman Jadi KLB, Ini Kata Dinkes DIY
Wira mengatakan, kasus itu hanya ditemukan di SMPN 2 Sewon dan unik karena selama ini tidak ada keluhan serupa dari sekolah lain. “Temuan itu berasal dari kelas yang sama. Kami juga akan koordinasi langsung dengan penerima manfaat untuk mengetahui detail kronologinya. Masukan seperti ini akan jadi pembelajaran bagi kami,” katanya.
Ia menambahkan, distribusi MBG di Sewon mencapai 760 paket per hari. Jika ada menu yang bermasalah, sekolah bisa langsung menggantinya dengan paket cadangan. “Kami sudah komunikasikan dengan sekolah, bila ada item rusak atau kurang, bisa segera ditukar. Kalau jumlah paket kurang, sekolah bisa berkoordinasi dengan kami,” jelasnya.
Setelah kejadian itu Disdikpora Bantul dan Dinkes setempat telah melakukan serangkaian koordinasi baik dengan sekolah maupun SPPG. Dinkes Bantul hari ini juga berkunjung ke SPPG setempat untuk memeriksa prosedur pengolahan sampai penyaluran menu MBG ke sekolah.
Kepala Seksi Surveilans, Imunisasi, dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Bantul, Elina Chrisniati, mengonfirmasi bahwa kejadian tersebut terjadi tiga kali dalam tiga hari berbeda, yakni 27, 28 Agustus, dan 1 September 2025. Meski demikian, ia menilai kasus ini tidak tergolong kejadian luar biasa karena sifatnya parsial hanya di satu titik.
“Dari hasil pemantauan, prosedur pengolahan di SPPG sudah sesuai standar. Diduga sumber masalah berasal dari bahan baku yang sejak awal sudah terkontaminasi, misalnya telur lalat. Ke depan, pengawasan penerimaan bahan perlu lebih diperketat,” terang Elina.
Ia menambahkan, SPPG di Bantul sudah memiliki izin keamanan pangan dan seluruh penjamah makanan telah mengikuti bimbingan teknis. Namun, Dinkes tetap akan memperketat monitoring, khususnya pada aspek sanitasi dan keamanan makanan.
“Kasus ini jadi pengingat agar kontrol mutu dilakukan lebih ketat, mulai dari penerimaan bahan, pengolahan, hingga distribusi ke siswa,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Kejari Bantul Klaim Pulihkan Keuangan Negara Rp1,5 Miliar
- Sedayu Bantul Disiapkan untuk Dukung Program 3 Juta Rumah
- Kapolda DIY Masih Dalami Kematian Mahasiswa Amikom Reza Sendy
- Ini Kata Wakil Ketua DPRD DIY Seusai Mengunjungi Rumah Duka Rheza
- Waspadai Pohon Tumbang, DLH Kota Jogja Terjunkan Tim Khusus
Advertisement
Advertisement