Advertisement
Sekolah Iklim Penting untuk Optimalkan Hasil Pertanian di Gunungkidul

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Sedikitnya 60 petani mengikuti Sekolah Lapang Iklim yang berlangsung di Balai Kalurahan Pilangrejo, Nglipar, Senin (22/9/2025). Program ini dilaksanakan sebagai upaya antisipasi perubahan iklim guna menjaga keberlanjutan sektor pertanian khususnya di Bumi Handayani.
Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto dalam sambutannya mengatakan, pertanian masih menjadi sektor unggulan bagi masyarakat. Adanya perubahan iklim membuat sektor ini menjadi rentan sehingga butuh dilakukan antisipasi agar hasilnya tetap bisa dioptimalkan.
Advertisement
BACA JUGA: Bulan Imunisasi Anak Sekolah di Gunungkidul Capai 93 Persen
“Program Sekolah Lapang Iklim sangat pentiing untuk memperkuat kemampuan adaptasi para petani. Saya pun mengapresiasi program yang digagas BMKG,” kata Joko, Senin siang.
Menurut dia, program ini tidak hanya memberikan pemahaman kepada para petani tentang iklim. Namun, sambung Joko, peserta juga diajak untuk berlatih melalui metode by learning by doing. Sebab, petani tidak hanya belajar, tapi juga mempraktikan secara langsung,” katanya.
Diharapkan dengan pelaksanaan kegiatan ini, maka produktivitas hasil pertanian di masyarakat bisa terus dipertahankan, meski ada potensi anomli cuaca didalam pelaksanaan masa tanam. “Mudah-mudahan hasilnya tetap bagus dan petani bisa semakin paham berkaitan dengan masalah iklim untuk mendukung di sektor pertanian,” katanya.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, pentingnya kesiapan petani guna menghadapi fenomena cuaca ekstrem. Menurutnya, intensitas cuaca ekstrem, baik basah maupun kering, semakin meningkat dari tahun ke tahun.
“Cuaca ekstrem bisa diprediksi sehingga petani perlu terbiasa membaca informasi cuaca. akses sekarang mudah karena bisa diketahui lewat gawai,” katanya.
Dia menjelaskan, pengetahuan tentang informasi cuaca sangat penting untuk menyesuaikan pola tanam. Dengan cara ini, kerusakan tanaman dapat diminimalisir, hasil panen lebih optimal, dan ketahanan pangan semakin kuat.
“Kemampuan petani dalam memahami iklim akan berkontribusi pada keberhasilan swasembada pangan dan pengendalian inflasi,” kata mantan Rektor UGM ini.
Dwikorita berharap kegiatan ini dapat menjadi momentum penting dalam memperkuat ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat Gunungkidul. “Tentu kami akan terus melakukan pendampingan, salah satunya melalui program sekolah lapang iklim,” katanya.
Sebagaimana diketahui, peserta sekolah lapang iklim diikuti sebanyak 60 orang. Jumlah ini terdiri dari 47 petani hortikultura, 5 PPL/POPT, serta 8 perwakilan dari Kalurahan Kedungpoh. Mereka berasal dari berbagai kelompok tani dan kelompok wanita tani di wilayah Kapanewon Nglipar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

China Beri Perhatian Rencana Pertemuan Kim Jong Un dengan Trump
Advertisement

Wisata Budaya hingga Kekinian di Daerah Istimewa Yogyakarta, Ini Daftarnya
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement