Advertisement
Pemkab Bantul Siapkan Jembatan Darurat Lebih Besar di Wunut Imogiri
Penampakan jembatan darurat yang dipasang warga dan pemerintah setempat di lokasi jalan putus Padukuhan Wunut, Kalurahan Sriharjo, Imogiri, Bantul, Jumat (28/11 - 2025). Pemkab Bantul disebut akan membangun jembatan darurat yang lebih besar di lokasi itu agar bisa dilalui pemotor. Dokumentasi Istimewa
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Pemerintah Kabupaten Bantul berencana membangun jembatan darurat berukuran lebih besar di lokasi jalan putus di Padukuhan Wunut, Kalurahan Sriharjo, Imogiri. Fasilitas ini akan menggantikan jembatan rakitan warga yang saat ini hanya aman dilewati pejalan kaki.
Lurah Sriharjo, Titik Istiyawatun, menjelaskan warga membuat jembatan sementara dari bambu, kayu, dan palet pada Kamis (27/11/2025) pagi. Bentuknya menyerupai getek datar yang dipasang rendah di sisi utara titik longsor. Namun konstruksi itu tidak dirancang menahan beban berat.
Advertisement
“Jembatan itu khusus untuk pejalan kaki, terutama agar anak sekolah tetap bisa berangkat karena mereka tidak mau belajar daring. Kami sudah meminta warga tidak melintas dengan sepeda motor,” ujar Titik, Jumat (28/11/2025).
Pemkab Bantul, kata dia, telah menyiapkan jembatan darurat baru dengan dimensi jauh lebih besar. Lokasinya tidak dibangun tepat di titik longsor karena masih menunggu rekomendasi ahli geologi dan teknik sipil UGM. Rencananya jembatan dipindah sedikit ke sisi utara atau arah bukit, menyeberangi area tengah sawah.
BACA JUGA
Secara teknis, jembatan darurat itu akan dibangun dengan lebar dua meter, panjang 220 meter, dan tinggi sekitar satu meter dari permukaan tanah, sehingga aman dilalui pengendara motor. “Rencananya minggu depan mulai dibangun dan ditargetkan selesai dalam 10 hari. Setelah itu, jembatan rakitan warga tidak akan digunakan lagi,” katanya.
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menyebut solusi jangka panjang untuk ruas jalan di kawasan tersebut membutuhkan kajian mendalam. Karakter tanah yang labil, kedekatan dengan Sungai Oya, dan posisi yang tidak jauh dari Sesar Opak membuat proyek permanen harus direncanakan dengan sangat hati-hati.
“Dalam kajian 2023 direkomendasikan pembangunan jalan berkaki, tetapi biayanya sangat besar—sekitar Rp23 miliar pada saat itu. Karena itu ada opsi pemindahan trase jalan,” jelas Halim.
Ia menegaskan Pemkab tidak ingin terburu-buru mengambil keputusan karena beberapa kali perbaikan sebelumnya kembali rusak akibat pergerakan tanah. Selama masa darurat hingga 5 Desember mendatang, prioritas pemerintah adalah menjaga kelancaran mobilitas warga, terutama akses anak sekolah, serta memastikan kebutuhan dasar tetap terpenuhi.
“Jalan darurat tetap akan disiapkan, sifatnya sangat sementara, sambil kami berkonsultasi dengan pakar geologi dan konstruksi,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement





