Advertisement
Akses Srikeminut Terputus, Bantul Siapkan Jalan Darurat Bambu
Foto ilustrasi jalan terputus akibat bencana di Bantul. - Istimewa.
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Akses utama menuju kawasan Srikeminut, Kalurahan Sriharjo, Kapanewon Imogiri, yang terputus akibat longsor mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul.
Tahun depan, sekitar Rp2 miliar dari pos Belanja Tak Terduga (BTT) 2025 disiapkan untuk membangun jalan darurat dan memperkuat tebing di sekitar titik longsor yang berada di dekat aliran Sungai Oya.
Advertisement
Wakil Bupati Bantul, Aris Suharyanta, menegaskan penanganan cepat dibutuhkan karena akses tersebut merupakan jalur harian pelajar dan aktivitas ekonomi warga.
“Wunut itu kan terisolasi. Masyarakat Wunut yang akan ke Bantul kota harus muter jauh. Jadi, tahap awal ini, kita bikin jalan darurat untuk kendaraan sepeda motor,” kata Aris, Selasa (2/12/2025).
BACA JUGA
Rancangan jalan darurat akan menggunakan konstruksi berbahan bambu. Sementara pembangunan berlangsung, Pemkab juga mulai mengerjakan bangket di sisi selatan yang berbatasan langsung dengan Sungai Oya.
“Itu akan dibangun secepatnya, mulai bulan ini agar tidak meluas (longsor). Jadi pengerjaan jalan darurat dan tebing sebelah selatan dilakukan berbarengan,” ujarnya.
Meski penanganan awal segera dilakukan, penyelesaian permanen masih perlu melalui kajian mendalam. Pemkab akan melibatkan tim dari Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk menentukan opsi terbaik. “Nanti, kami akan melihat tekstur tanahnya seperti apa. Itu untuk menentukan perbaikan jalan yang rusak dengan memadatkan atau harus membuat jembatan pada tahun 2026,” ujarnya.
Aris menambahkan, penanganan jangka panjang kemungkinan memerlukan material besar serta alat berat. Untuk penanganan segera, jalur darurat dari bambu menuju utara yang melewati area persawahan warga dinilai cukup tanpa dukungan alat berat.
“Kalau penanganan darurat saat ini, pembuatan jalan dari bambu ke arah utara dan melintasi sawah warga, saya kira enggak butuh alat berat,” tambahnya.
Kepala Pelaksana BPBD Bantul, Mujahid Amrudin, memastikan jembatan darurat yang dibangun memiliki sifat sementara. “Untuk penanganan konstruksi ini sudah dikoordinasikan minggu kemarin,” kata Mujahid.
Jalur darurat tersebut ditujukan untuk membantu warga Padukuhan Wunut dan Sompok yang selama ini mengandalkan akses sempit buatan warga sebagai jalur alternatif. Upaya ini masuk dalam rangkaian penanganan masa tanggap darurat banjir dan longsor yang ditetapkan Pemkab Bantul sejak 21 November hingga 5 Desember 2025.
Selain penyiapan jembatan bambu, pemerintah pusat melalui Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO) mulai melakukan pengerukan sedimentasi di sisi selatan tebing Sungai Oya yang mengalami longsor.
“Kemudian yang non-fisik, kita sudah melakukan koordinasi dengan relawan, juga kepentingan logistik untuk pengungsi. Kemudian untuk yang jembatan darurat dari bambu ini sudah mulai dilakukan oleh teman teman DPUPKP," katanya.
BPBD juga menjadwalkan evaluasi situasi pada 4 Desember 2025, sehari menjelang berakhirnya masa tanggap darurat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Ledakan Hebat di Sydney Lontarkan Puing 100 Meter ke Udara
Advertisement
KA Panoramic Kian Diminati, Jalur Selatan Jadi Primadona
Advertisement
Berita Populer
- Malioboro Full Pedestrian, Dishub Siapkan 12 Kantong Parkir
- Alumni Santri Krapyak Perkuat Sinergi Ekonomi Lewat Ngobrol Bisnis
- Efisiensi Anggaran, Rapat ASN Kulonprogo Hanya Disuguh Air Putih
- Harga Turun, Penyerapan Pupuk Bersubsidi Gunungkidul Meningkat
- DIY Siap Hadapi Lonjakan 9,5 Juta Pergerakan Nataru
Advertisement
Advertisement



