Advertisement
Lama Tinggal Wisatawan di Bantul Turun Sepanjang 2025
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Rata-rata lama tinggal wisatawan di Bantul pada 2025 kembali turun untuk wisman maupun wisnus berdasarkan kajian Dinas Pariwisata setempat.
Penurunan ini tampak merata di hotel berbintang, hotel nonbintang, hingga homestay desa wisata. Wisman tercatat hanya bertahan rata-rata 2,30 hari, sedangkan wisnus 1,79 hari. Dinas Pariwisata menyebut dinamika kunjungan sangat dipengaruhi momentum libur sekolah, libur panjang, serta efek pembatasan studi tour dari sejumlah daerah.
Advertisement
Pelaku industri perhotelan menilai kondisi ini menuntut strategi promosi lebih agresif dan kolaboratif agar wisatawan tidak sekadar singgah. PHRI Bantul juga menyoroti banyaknya penginapan tidak resmi yang membuat data lama tinggal tidak sepenuhnya menggambarkan kondisi lapangan dan berdampak pada okupansi hotel.
Data dari Dinas Pariwisata setempat menyebutkan bahwa rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara (wisman) 2,30 hari, sedangkan wisatawan nusantara (wisnus) 1,79 hari. Angka ini menurun dari tahun lalu, yang mencapai 2,4 hari untuk wisman dan 1,9 hari untuk wisnus.
BACA JUGA
Sub Koordinator Kelompok Substansi Promosi Kepariwisataan Dinas Pariwisata Bantul, Markus Purnomo Adi menjelaskan, data lama tinggal wisatawan itu diperoleh dari hasil kajian yang dihimpun dari 83 sampel meliputi tiga hotel berbintang, 26 hotel nonbintang/guest house, serta 54 homestay di desa wisata.
"Untuk kategori homestay, lama tinggal wisman tertinggi tercatat pada Januari dengan 2,95 hari, sementara terendah terjadi pada Oktober dengan 1,36 hari. Untuk wisnus di homestay, puncaknya pada Maret mencapai 1,98 hari dan terendah pada Januari hanya 1,26 hari," katanya, Selasa (9/12/2025).
Adapun di hotel nonbintang, wisman menginap paling lama pada Januari dengan 2,91 hari dan terendah pada Mei 1,91 hari. Untuk wisnus, puncak lama tinggal terjadi pada Oktober dengan 1,67 hari, dan level terendah pada Mei 1,04 hari.
"Secara umum puncak lama tinggal wisman di Bantul terjadi pada Juli dengan 2,85 hari dan terendah pada November 1,76 hari. Sementara, lama tinggal wisnus paling tinggi pada Juni dengan 2,07 hari dan terendah pada April 1,60 hari," ucapnya.
Menurut Markus, penurunan lama tinggal ini tidak hanya terjadi di Bantul, tetapi juga di wilayah DIY secara umum. Ia menyebut pola perjalanan wisatawan sangat dipengaruhi momentum liburan. "Pengaruh pelarangan studi tour dari berbagai wilayah memang sangat terasa di tahun ini dan berdampak pada lama tinggal," katanya.
Ketua PHRI Bantul, Yohanes Hendra Dwi Utomo menambahkan, lama tinggal wisatawan tidak hanya bergantung pada event wisata semata, tetapi juga momentum libur panjang. "Wisatawan domestik biasanya cenderung bepergian saat libur Lebaran atau libur sekolah, sedangkan wisatawan mancanegara menyesuaikan musim di negaranya,” ujarnya.
Hendra menilai perlunya strategi promosi yang lebih kreatif agar wisatawan tidak sekadar singgah, tetapi betah memperpanjang liburannya di Bantul. Ia mendorong kolaborasi antara pelaku industri dan pemerintah untuk menciptakan daya tarik yang berkelanjutan.
Ia juga menyoroti rendahnya tingkat okupansi hotel yang dipengaruhi maraknya penginapan tidak resmi di wilayah ini. Kondisi itu menurutnya, berdampak pada validitas data lama tinggal wisatawan. “Banyak wisatawan memilih penginapan yang tidak tercatat dalam sistem resmi, sehingga data menjadi tidak sepenuhnya menggambarkan kondisi lapangan,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kemendikdasmen Pastikan Akses Ganti Ijazah bagi Korban Banjir Sumatera
Advertisement
Wisata Bali Utara, Gerbang Handara Semakin Diminati Turis Mancanegara
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement




