Advertisement

Sirkus Barock, Berkarya Tanpa Henti, Melintas Zaman Tanpa Tepi

Fahmi Ahmad Burhan
Selasa, 10 April 2018 - 11:05 WIB
Nugroho Nurcahyo
Sirkus Barock, Berkarya Tanpa Henti, Melintas Zaman Tanpa Tepi Sirkus Barock memainkan lagu karya mereka yang diaransemen ulang di Studio Riverside, Dusun Kalireso, Desa Candibinangun, Pakem, Sleman, Senin (9/4/2018). - Harian Jogja/Gigih M. Hanafi

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Sirkus Barock, 42 tahun mewarnai belantika musik Tanah Air. Era sudah berubah, selera musik anak muda pun bergeser. Namun Sirkus Barock tetap mempunyai jiwanya sendiri, memberi warna dari kalangan tua sampai kawula muda, termasuk bagi generasi yang belum terlahir saat Sirkus Barock sedang naik daun.

Alunan lagu Rindu dari Sirkus Barock menghentak di sore hari menjelang Matahari terbenam. Joel Tampeng sang gitaris terlihat mencakar gitarnya dengan tenang, hentakan drum membahana seisi ruangan, pukulan perkusi dari Denny Dumbo memberi nuansa eksotis, ditambah sayatan biola mengiringi lagu Rindu dengan syahdu.

Advertisement

Sore itu semua instrumen menyatu membantu vokal Sawung Jabo si penulis lagu. Di Studio Riverside, Dusun Kalireso, Desa Candibinangun, Pakem, Sleman, Senin (9/4/2108) Sirkus Barock membahana, menghentak satu ruangan khusus untuk Sirkus Barock beraksi. Sudah 42 tahun Sirkus Barock melanglang buana lintas generasi.

Seolah tak pernah mau hilang ditelan Bumi, tak lekang zaman, Sirkus Barock tetap bergerak di bawah tanah, memberi nuansa berbeda dalam belantika musik Tanah Air, khususnya Jogja sebagai tempat lahirnya kelompok musik ini.

Kelompok musik ini terkenal dengan penampilannya yang dikolaborasikan secara teatrikal. “Sebagian personel bahkan ada yang sudah meninggal,” ujar keybordis Sirkus Barock Bagus Muzasupa kepada Harianjogja.com, Senin(9/4).

Terhitung sejumlah album sudah digarap Sirkus Barock dari sejak didirikan, Anak Setan, Bukan Debu Jalanan, Kanvas Putih, sampai yang terbaru Menjadi matahari.

Tahun ini, Sirkus Barock akan meluncurkan album Menjadi Matahari, beberapa lagu lama diaransemen kembali dengan nuansa berbeda. “Album baru ini kami seolah-oleh membawa pendengar untuk berkontemplasi,” kata Bagus.

Menurut Bagus, lirik-lirik yang dibuat Sawung Jabo baik pada lagu baru atau lagu lama yang diaransemen kembali, dibawa oleh tiap personel yang memainkan instrumen dengan improvisasi sendiri.

Pada album ini Sirkus Barock bekerja sama dengan DF Studio sebagai label yang memproduksi album secara digital. Sementara, sebagai kelompok musik lawas, kata Bagus, album fisik tetap dibutuhkan. "Kami kan sudah 42 tahun, ya pasti fisik albumnya juga tetap dibutuhkan sampai saat ini," ucapnya.

 

Bebas & Tanpa Pakem

Bagus bergabung dengan Sirkus Barock pada 2006, setelah sebelumnya sering tampil bareng dengan Sawung Jabo. Bagus ditarik menjadi keybordis.

Menurut Bagus, kebebasan untuk berekspresi membuat musik Sirkus Barock bisa menyesuaikan dengan beragam tipikal personelnya.

"Tidak ada pakem khusus musik Sirkus Barock itu seperti apa, tiap personel punya gaya sendiri-sendiri meskipun kami sudah berganti-ganti personel," ujar Bagus.

"Tiap personel juga punya proyek musik masing-masing, seperti Ucok punya grup Nos, Sinung Garjito punya Simendelic.”

Penggemar Sirkus Barock pun beragam, mulai dari tua sampai muda. "Banyak juga anak muda yang jadi penggemar, kami libatkan ke komunitas, kami tidak berjarak, ada juga penggemar yang bikin grup sendiri namanya Anak Angin," katanya.

 

 Ketokohan

Kini untuk regenerasi komunitas, banyak anak muda yang masuk sebagai bagian dari penikmat musik Sirkus Barock.

"Kami juga tidak bisa lepas dari ketokohan Sawung Jabo dan ada juga pengaruh dari Oi [Orang Indonesia]-nya Iwan Fals, karena dulu Sawung Jabo sama Iwan Fals ada di grup Swami," kata Bagus.

Sejumlah penggemar Sirkus Barock kemudian membentuk kelompok, ada Barockers ada juga yang sudah membentuk kelompok musik sendiri seperti Anak Angin.

"Anak Angin itu sudah kami anggap seperti sekutu sendiri, kadang ketika kami manggung, ada acara mereka juga ikut tampil," katanya.

Sirkus Barock tidak bisa dipisahkan dari sosok Sawung Jabo. Personel sudah berkali-kali berganti, tetapi Sawung Jabo tetap menjadi sosok tak tergantikan.

“Pada dasarnya semua personel ini komandan, semuanya memberi nuansa beda-beda,” ujar Sawung Jabo di sela-sela penampilannya.

 

Tak Peduli Eksistensi

Menurut Sawung Jabo, selama ini yang dilakukannya bersama Sirkus Barock hanya bisa mempersembahkan karya.

“Bagi saya, semua karya punya nasib dan rezeki masing-masing, saya juga tidak mengerti awalnya, kok lagu Bento itu bisa ngehits, sekarang kami bisa saksikan, lagu Bento itu sangat terkenal sekali,” ujarnya.

Bagi Sawung Jabo, semua karya yang sudah diciptakan, tidak lantas ia pikirkan akan laku di pasaran atau tidak. “Semua lagu yang sudah saya ciptakan tidak terlalu saya pusingkan, saya juga tidak menerima royalti atas semua karya yang saya ciptakan,” kata Sawung Jabo.

Begitu juga dengan penikmat musik Sirkus Barock yang terus setia mendengarkan beragam alunan lagu dari Sirkus Barock seperti Belalang dan Semut, Benda-Benda Cahaya, Burung Putih sampai Penjelajah Alam.

Di tengah era musik yang kian berkembang, Sirkus Barock menghadirkan nuansa dan idealisme musik yang tetap sama. "Kami tidak mencari eksistensi, kami hanya berkarya saja," ujar Sawung Jabo.

Bagi Sawung Jabo, tidak ada karya yang uzur, meskipun sudah 42 tahun Sirkus Barock bergelut di dunia musik, dengan kualitas musik yang sama, sampai saat ini masih ada penikmat dan penggemar musik Sirkus Barock dari beragam lintas zaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Pastikan Tidak Impor Bawang Merah Meski Harga Naik

News
| Kamis, 25 April 2024, 13:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement