Advertisement

Aksi Balsem & Jamu Sindiran Khas Warga Gaya Jogja kepada Elite Politik

Salsabila Annisa Azmi
Kamis, 19 April 2018 - 04:17 WIB
Kusnul Isti Qomah
Aksi Balsem & Jamu Sindiran Khas Warga Gaya Jogja kepada Elite Politik Koyok Istimewa saat beraksi di Bundaran UGM Jogja, Rabu (18/4/2018). - Harian Jogja/Salsabila Annisa Azmi

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Anggota Koyok Istimewa, Agung Bondhok, turut memberi tanggapan atas aksi kirim balsem, telur ayam kampung, koin kerokan, dan jamu beras kencur pada Rabu (18/4/2018) di Bundaran Universitas Gadjah Mada (UGM).

 Agung mengatakan, aksi mengirim balsem dan jamu tersebut merupakan sindiran khas gaya Jogja. "Semoga akademisi, politikus dan agamawan tersebut segera menyadari kondisinya dan tidak 'masuk angin'," kata Agung, Rabu (18/4/2018).

Advertisement

Agung menambahkan, kalimat-kalimat pemecah belah dan provokatif harus disikapi dengan kritis. Warga Jogja harus selalu waras dalam nalar sehingga bisa kritis. Syukurlah jika kalimat provokatif bisa untuk guyonan saja.

Ketika ditanya apakah sindiran khas Jogja ditujukan untuk Amien Rais, Agung hanya tertawa. "Kelihatannya begitu," kata dia.

Sore kemarin, warga Jogja yang tergabung dalam Koalisi Rakyat Yogyakarta (Koyok) Istimewa menggelar aksi kirim balsem, telur ayam kampung, dan jamu beras kencur untuk elite politik yang mendikotomikan parpol menjadi dua kubu yaitu Partai Setan dan Partai Allah. 

Balsem, koin kerokan, telur ayam kampung, dan jamu beras kencur adalah simbolisasi harapan mereka agar elite politik yang dimaksud selalu sehat pikirannya dan tidak lagi mengumbar kalimat pemecah belah persatuan.

Memang ada-ada saja tingkah orang Jogja untuk menyampaikan suara dan gagasannya. Pada Juli 2011 silam, saat warga di Bumi Mataram sedang memperjuangkan Keistimewaan DIY melalui regulasi Undang-Undang, beberapa pejuang keistimewaan DIY menggelar aksi yang cukup menggemaskan: Serangan Ketapel.

Ratusan orang yang tergabung dalam Sekretariat Bersama Gerakan Keistimewaan Yogyakarta, membidik ketapelnya ke arah langit di perempatan Nol Kilometer Jogja. Serangan ketapel itu ditujukan ke pesawat yang membawa Presiden RI saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono, yang pada hari aksi dilakukan, dijadwalkan mengunjungi Jogja.

Serangan ketapel itu tentu cuma teatrikal. Unjuk rasa itu hanya untuk memperlihatkan betapa jengkelnya rakyat DIY terhadap kepemimpinan SBY dalam urusan Keistimewaan Yogyakarta.

Menyerang dengan katapel menjadi simbol gerakan menolak kebijakan-kebijakan SBY yang dianggap merugikan warga DIY.

Pada momentum yang sama, beberapa warga Jogja dari Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB) juga menggelar ritual mengelilingi istana kepresidenan Gedung Agung sambil membaca Surat Yasin dan membakar kemenyan. Ritual itu juga sebagai simbol upaya mendoakan SBY agar diberikan pemahaman lebih jernih terkait isu Keistimewaan DIY.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus

News
| Jum'at, 26 April 2024, 10:57 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement