Advertisement

Begini Kronologi Lengkap Pengadangan Peserta Lari Wanita yang Pakai Hotpants Versi Tokoh Mlangi

Irwan A Syambudi
Senin, 07 Mei 2018 - 11:19 WIB
Nugroho Nurcahyo
Begini Kronologi Lengkap Pengadangan Peserta Lari Wanita yang Pakai Hotpants Versi Tokoh Mlangi Kolase potongan video pengadangan warga kepada peserta Lets Run with Physiotherapy Be Better & Healthy yang diselenggarakan oleh Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Selasa (1/5/2018). - Facebook

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN--Insiden pengadangan peserta lomba lari yang melintas di Dusun Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, DIY, oleh sejumlah warga, dinilai sebagai buntut kurangnya sosialisasi panitia lomba lari kepada warga yang  wilayahnya dijadikan rute lari.

Pengurus Pondok Pesantren Aswaja Nusantara, Dusun Mlangi, Muhammad Mustafid mengaku menyayangkan adanya anggapan warga Mlangi cenderung intoleran. Padahal menurutnya memang kawasan Mlangi memiliki budaya tersendiri karena merupakan kawasan pesantren.

Advertisement

Menurutnya, memang sudah seharusnya kegiatan yang ada di kawasan tersebut menyesuaikan dengan budaya lokal. Namun dalam penyelenggaraan kegiatan lomba lari pada (1/5/2018) belum ada koordinasi dan sosialisasi terhadap warga. Pemberitahuan kegiatan hanya singkat kepada Plt Kepala Dusun Mlangi yang tidak berdomisili di Dusun Mlangi.

“Intinya panitia belum pernah sosialisasi ke warga tentang rute tersebut. Kami sejatinya tidak menolak jika dijadikan rute, namun harus mematuhi adat dan norma yang berlaku. Salah satunya adalah pakaian,” kata dia, Minggu (6/5/2018).

Di sisi lain, menurutnya kejadian pengadangan pelari acara Lets Run with Physiotherapy Be Better & Healthy yang diselenggarakan oleh Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Selasa (1/5/2018) lalu itu sebenarnya tidak terjadi di Dusun Mlangi.

"Kejadian itu secara administratif tidak terjadi di Mlangi, tapi di Dusun Sawahan, dusun sebelah selatan Mlangi, yang bergandengan dengan Mlangi," ujarnya.I "tu terjadi sekitar 100 meter dari pesantren As Salafiyah pimpinan Gus Irwan dan Kyai Hasan."

Namun demikian ia mengaku sudah sudah bertemu langsung dengan pemuda yang berada di lokasi  kejadian tersebut. Sejumlah pemuda pun telah menjelaskan adanya peristiwa pengadangan tersebut dan siap untuk minta maaf.

"Mereka siap minta maaf jika dianggap berlebihan karena emosi saat itu. Namun panitia mestinya juga minta maaf. Sebab saat ini masyarakat Mlangi merasa disudutkan," ujarnya.

Insiden tersebut menurutnya bukanlah persekusi. Dia menjelaskan saat itu salah satu rombongan lari lewat utara nembus Mlangi menuju Unisa. Sebelum masuk Mlangi lewat sebelah utara itu, sudah diingatkan oleh masyarakat  agar para perempuan yang bercelana pendek ketat tidak lewat Mlangi. Sebagian ambil rute lain, sebagian nekat tetap lewat.

Ketika lewat Mlangi ada seorang tua yang mengingatkan baik baik, tidak digubris, kebetulan orang tua yang sepuh ini kemudian memakai motor ke arah yang sama dengan pelari sampai memasuki wilayah Sawahan.

"Di sini dingatkan lagi sampai  turun dari motor. Ketika lewat daerah Mlangi tidak terjadi apa apa. Ketika diingatkan kedua kalinya oleh orang tua tadi,  malah semacam nantang nantang dengan tidak sopan. Nah, beberapa anak muda  yang ada tidak jauh dari lokasi mendatangi lokasi,  akhirnya emosi, karena dari jauh terlihat seperti membentak bentak. Terjadilah itu. Ketegangan, debat, pegang baju, dan desakan-desakan," ungkapnya 

"Kealpaan  panitia adalah tidak memberikan sosialisasi memadai kepada masyarakat tentang adanya rute lari yang melewati jalan kampung itu. Pihak panitia dan universitas pasti tahu Mlangi, kampung pesantren yang memiliki norma norma kearifan lokal, yang mestinya dihargai," kata Mustafid. 

Sebelumnya, Ketua Milad ke-27 sekaligus Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Unisa, Ruhiyana, mengatakan permasalahan tersebut telah diselesaikan. Dia menjelaskan insiden terjadi antara peserta lari dan warga di Dusun Mlangi.

Ruhiyana menjelaskan, saat sejumlah peserta sampai di kilometer dua, terjadi peristiwa yang dialami kelompok pelari. Beberapa warga menghentikan, mengintimidasi, bahkan memukul bagian sensitif peserta lari wanita karena dianggap berpakaian tidak sopan. Sejumlah peserta lari laki-laki yang berusaha membela mendapatkan perlakuan yang sama.

"Tindakan itu sebagai peringatan. Warga menilai peserta memakai pakaian tidak layak, hotpants. Tapi itu tindakan pemukulan juga tidak benar," kata Ruhiyana saat ditemui wartawan, Sabtu (5/5/2018).

Ruhiyana menegaskan acara yang digelar sesuai dengan prosedur yang ada serta merupakan bagian dari kerja sama dengan Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) DIY, sehingga rute maupun pakaian yang digunakan para peserta sesuai standar atlet profesional, tetap sopan dan nyaman.

"Persoalan ini sudah dianggap selesai. Pada Jumat [4/5/2018] kami sudah bertemu tokoh di Mlangi. Sudah dibicarakan dan sebenarnya tidak perlu terjadi," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

AS Disebut-sebut Bakal Memberikan Paket Senjata ke Israel Senilai Rp16 Triliun

News
| Sabtu, 20 April 2024, 17:37 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement